Ch.9 | The First Buddy

117 35 10
                                    

Shiroichi merengkuh lututnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shiroichi merengkuh lututnya. Di bawah pohon yang besar nan rindang, di antara rerumputan tepi sungai, angin bertiup menemani. Tidak begitu besar, tetapi cukup membuat Shiroichi yang saat itu sedang demam sedikit menggigil.

          Kemarin, setelah ia berhasil membuat Tsubaki menangis, ketika gadis kecil itu berlari meninggalkannya, rasa menyesal memenuhi seisi batin. Kaki-kakinya tergerak untuk berlari mengejar gadis kecil itu. Tetapi sengaja melambatkan kecepatan agar tidak ketahuan. Dengan keadaan Tsubaki yang kacau, ia jadi khawatir. Ia hanya ingin memastikan gadis kecil itu sampai di rumah dengan baik.

          Namun ternyata, Tsubaki malah dihadang oleh seorang anak bertubuh gempal, yang tiba-tiba saja mendorongnya.

          Shiroichi tidak melihat dengan jelas kejadian itu. Tetapi yang pasti, ia sangat marah. Ia memukul anak bertubuh gempal itu sampai menangis. Anak itu berlari sambil meraung, sementara ia menceburkan diri ke sungai, menolong Tsubaki yang sudah tak terlihat lagi di permukaan air.

          Shiroichi menggigil lagi. Lantas mengencangkan pelukannya di kedua lutut. Seharusnya saat ini ia tidak berada di sini. Tetapi ia juga tidak mau hanya berdiam diri di rumah, bersama seorang pelayan tua yang tenaganya saja kalah dengan anak berusia sembilan tahun. Sementara ayahnya ... tidak usah ditanya. Ayah tidak pernah peduli dengan Shiroichi meski mati sekalipun, begitulah pikirnya.

          PLUK!

          Lamunannya buyar oleh sebuah benda yang mencipratkan sedikit air di hadapannya. Benda itu menghasilkan riakan kecil, bersamaan dengan retina milik Shiroichi yang bergerak ke arah datangnya lemparan tadi.

          "Halo!"

          Dan matanya bertemu dengan sesosok gadis kecil dengan bandana pita di kepalanya. Gadis kecil itu melambai-lambai. Senyum semringah terukir di wajah. Ia mendekat, duduk di samping Shiroichi tanpa merasa risih atau canggung sedikit pun setelah apa yang anak itu perbuat padanya kemarin.

          "Tadi aku cari Kakak di sekolah. Ternyata Kakak tidak masuk, ya?"

          Shiroichi memperhatikan gadis kecil ini dengan takjub. Kejadian di mana ia mengganggu Tsubaki, dan waktu saat gadis kecil ini tenggelam di sungai, itu kemarin, 'kan? Tetapi lihatlah sekarang. Wajah anak itu begitu ceria seperti biasanya, seperti tidak terjadi apa-apa. Tidak ada trauma sedikit pun. Bahkan hari ini masih tetap sekolah, dengan seragam yang bersih dan rapi, dengan tampilan bak bunga matahari yang menyegarkan padang gurun nan gersang.

          Apa anak ini punya mantra tertentu yang membuatnya selalu tetap ceria?

          Seolah mendengar pertanyaan di benak Shiroichi, Tsubaki berkata, "Kakak pasti bingung, 'kan, kenapa aku bisa langsung masuk sekolah?" lalu terkekeh kemudian.

          Shiroichi berdecak. Ia palingkan wajah dari Tsubaki, lantas membenamnya di antara kedua lutut yang masih terangkat. "Aku tidak peduli," ucapnya lirih, nyaris tak terdengar.

You are My Dogwood [Extended Ver.]Where stories live. Discover now