N!TW--23: Dimulai

40 19 165
                                    

Beberapa menit sesudah Rayyan pergi, kelas mulai ramai. Para murid berdatangan masuk kelas. Namun, Angel gelisah ketika tidak mendapati Krisna di antara mereka. Akhirnya, dia pun menunggu di depan pintu kelas dengan berdiri menggunakan wolker. Melihat hal tersebut, Ake mendekat.

“Kamu nungguin Krisna, ya, Ngel?” tanya Ake.

“Iya. Apakah dia nggak masuk hari ini? Aku tadi malam minta tolong dia buat mengantarkan pulang,” jawab Angel jujur.

“Katanya hari ini dia nggak akan masuk. Makanya, jadi orang jangan ngerepotin. Yang sekolah siapa, yang direpotin orang lain. Seharusnya kamu nggak di sini, Ngel. Nyusahin sahabatku saja,” sahut Nalia yang tiba-tiba sudah berdiri di depan wolkernya.

Perkataan Nalia membuat Angel menundukkan kepala. Hal itu memang benar adanya.  Dia selalu merepotkan orang lain.

Melihat Angel tidak merespons, Nalia tersenyum sinis.

“Mana sanggahanmu, Ngel? Habis, ya? Kali ini kamu nggak bisa ngejawab?” tanya Nalia.

“Kukira kamu beneran polos, Ngel. Ternyata kamu haus perhatian cowok. ‘Kan iya, dia cacat. Mumpung ada kesempatan gitu,” kata Ake menambahi.

Sementara itu, Brama yang masih sibuk memainkan handphone-nya. Tiba-tiba dia menghentikan aktivitasnya setelah mendengar perkataan Ake tadi kepada Angel. Brama tak menyangka perempuan yang dia kejar-kejar untuk mendapatkan hatinya ternyata semudah itu menilai seseorang. Bahkan lebih parah ketika dia menilai Angel dahulu. Padahal, Brama yang mau mengenal Angel pun kesusahan karena dia tak mudah percaya sama orang lain. Bagaimana mungkin Angel haus akan perhatian cowok?

Brama pun masih sabar mendengar ucapan mereka yang saling menyahut untuk mem-bully Angel. Namun, dia langsung beranjak dari bangkunya, kemudian menghampiri Angel saat Ake berani mendorong tubuhnya ke belakang.

Ketika Angel akan terjatuh ke belakang, untung Brama sigap. Akhirnya, Angel berada di pelukannya. Kini mata Brama telah menatap dekat manik hitam Angel, dia pun masih terdiam memandangnya sebab jantungnya mulai berdebar.

Angel yang tahu jantung Brama berdebar dia mengerutkan kening bingung.

“Terima kasih, Bram. Namun, jantungmu kenapa? Degubnya keras gitu?” tanya Angel untuk mengalihkan debaran jantungnya juga. Jujur, posisi ini membuat Angel ingin pingsan saja, tetapi dia bisa menutupi semuanya dengan baik.

“Heh? Jantungmu juga berdegub, kenapa? Oh, ya. Nanti, kalau Krisna nggak bisa denganku saja. Maaf, tadi malam habis baca chat-mu kuotaku habis jadi aku nggak bisa balas,” jawab Brama, masih dengan posisi yang sama.

Meski Angel sudah tidak kuat dengan degupan jantung dan pegal di kaki beserta punggungnya, dia menatap Brama dengan intens.

“Iya, tak apa, Bram. Jantungku sudah biasa berdegup seperti ini.” Demikian Angel beralibi. ”Bram, maaf dan tolong, bisa tegakin aku nggak? Mulai pegal, nih, kaki dan punggung,” pinta Angel.

Mendengar hal itu, Brama terkejut dan langsung melepaskan Angel. Untung Angel jatuh dengan posisi terduduk meski pinggulnya terasa sakit akan hal itu. Namun, dia hanya meringis menahan seraya memandang wolkernya yang terpental tak jauh dari situ, sedangkan Ake dan Nalia yang melihat hal tersebut tertawa lalu mereka menghampiri Angel.

“Oh, jadi kamu minta tolong juga sama Brama? Dasar cewek sana-sini mau,” ejek Ake sesekali tertawa.

“Terus, mau adegan romantis lagi seperti di drama-drama Korea. Ya, mana bisa? Brama tadi sebenarnya jijik dengan adegan itu. Iya ‘kan, Bram?” tanya Nalia sembari menatap Brama.

Ucapan Nalia membuat Brama menghela napas. Dia tidak habis pikir. Kenapa, sih, mereka sebegitunya dengan Angel? Apakah karena dia punya keistimewaan tersendiri? Usai menghela napas dan menekan sedikit pelipisnya, Brama tersenyum sinis lantas membalas tatapan Nalia.

“Coba katakan, mengapa aku jijik melakukan hal itu?” tanya Brama.

Pertanyaan Brama membuat Nalia tersenyum kemenangan, dia yakin Brama memihak kepadanya.

“Dia ‘kan cacat. Sok polos, padahal dia mengemis perhatian cowok,” jawab Nalia.

Brama pun yang mendengar itu tertawa lalu setelah tawanya mereda, dia menatap Nalia dengan sinis, sedangkan Angel yang belum bangkit dari jatuhnya hanya sesekali memandang Brama heran.

“Apakah kisah kita akan dimulai dari sini, Bram? Lalu, mengapa kamu lakukan itu? Padahal, kamu nggak pernah seperti ini sebelumnya. Ah, sudahlah, kamu cuma membantuku saja,” batin Angel.

*****

Not The WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang