N!TW---27: Kegelisahan

20 4 0
                                    

Tiba di rumah, Krisna dan Angel tidak disambut oleh Wanti seperti biasanya jika Angel pulang. Akhirnya, Krisna sendiri yang membantu Angel turun dari motor. Setelah Angel berdiri dengan wolker dan Krisna berdiri di sampingnya, Angel sayup-sayup mendengar suara ribut di dalam rumah. Dia langsung saja masuk mendahului Krisna. Temannya pun khawatir lalu membuntuti Angel dari belakang.

Di dalam rumah Angel mendapati sang papa telah berdebat lagi dengan mamanya. Angel pun tak habis pikir, beliau sudah pulang dari Surabaya, tetapi  tak ada niat untuk menjemputnya.

Malah Arka terus menyalahkan Wanti perihal perselingkuhannya dengan wanita lain, bahkan dia menyalahkan Wanti tentang dirinya karena cacat. Pendapat Arka, kecacatan Angel adalah karma Wanti atas dia tidak nurut dengan suami.

Komentar Arka yang menyudutkan membuat Angel muak dan geram. Dia pun langsung saja membanting gelas yang berisi teh hangat itu di atas meja dengan tangan kanannya, sedangkan yang kiri dia gunakan untuk berpegangan wolker.

Prang!

Gelas kaca itu pecah berkeping-keping tepat di depan Arka yang membelakangi Angel dan Krisna. Krisna yang mengetahui Angel sedang emosi berinisiatif mengelus pundak kanannya agar Angel tenang.

Arka pun yang mendengar pecahan gelas itu langsung saja balik badan. Dia terkejut mendapati Angel berdiri bersama Krisna di sana.

“Siapa dia, Ngel?” tanya Arka. “Kalau pulang nggak usah sama cowok, bisa tidak? Malu-maluin saja,” ucap Arka to the point.

Pertanyaan Arka membuat Angel tersenyum sinis.  Dia menatap sang papa dengan lekat.

“Lebih malu-maluin siapa? Angel yang pulang sama cowok selain Mas Rayyan, dengan Papa yang selingkuh?” tanya Angel.

Mendengar balasan sang anak, Arka terkejut. Debat dengan Angel memang ujung-ujungnya dia terpojokan dan tertohok, berbeda jika dengan Wanti. Dia selalu merasa bersalah lalu memaafkannya.

“Kamu ngelawan sama Papa, Ngel? Katamu, cowok harus dihormati. Mana hormatmu kepada Papa?” bantah Arka.

“Hormatku masih ada, Pa. Namun, rasa percayaku sudah hilang. Oke, lanjutin saja debatnya! Suara Angel nggak pernah didengar, kalian terlalu egois.” Angel pun setelah berkata demikian, langsung saja berjalan dengan wolkernya meninggalkan Krisna.

Tingkah Angel membuat Krisna menghela napas. Usai dia mendapat izin dari Wanti untuk menyusul Angel, sebelum itu dia mampir dahulu ke dapur buat mengambil segelas air putih, kemudian sasaran pertama adalah kamar Angel. Namun, dia tidak menemukan sang empunya di dalam. Untung, meski baru dua kali Krisna ke rumah Angel yang ini, tetapi dia sudah tahu bagian-bagian rumah itu.

Akhirnya, Krisna pun menemukan Angel yang sedang duduk di kursi panjang di belakang rumah. Semakin Krisna mendekat, semakin jelas pula suara napas Angel yang dia atur untuk mengontrol emosinya. Krisna yang sudah duduk di samping Angel tanpa sepengetahuannya, menyodorkan segelas air putih tadi kepada Angel.

“Minunm, gih! Biar adem,” perintah Krisna.

Memandang gelas itu ada di depannya, Angel mendesah.

“Nggak, Kris. Nanti saja,” tolak Angel.

“Oke,” jawab Krisna lalu dia memangku gelas itu sembari menatap langit.

“Kenapa kamu nggak pulang, Kris? Maaf, untuk pemandangan tadi,” ucap Angel.

Permintaan maaf Angel membuat Krisna menoleh dan tersenyum.

“Nanti dulu, masih mau di sini sama kamu. Ngapain minta maaf? Wajar kalau seorang papa khawatir jika anak perempuannya pulang dengan cowok yang bukan saudaranya. Papamu sayang sama kamu, lho, Ngel,” jawab Krisna.

Bukan Yang SalahOnde histórias criam vida. Descubra agora