Chapter 4 - Reckless Girl

623 388 281
                                    

Air berjatuhan dari langit dengan tempo yang sangat cepat. Membuat jalanan sedikitnya digenangi air tersebut. Orang normal biasanya akan menunggu air hujan itu berhenti saat hendak bepergian ke luar, apalagi kalau harus menyeberangi jalan yang bukan hanya tergenang saja tapi juga dipenuhi oleh kendaraan yang melaju dengan cepat.

Park Yerin sepertinya memang bukan orang normal, meskipun dengan keadaan jalanan yang seperti itu, dirinya tetap melanjutkan langkah meski kini suara berisik klakson kendaraan mulai meneriakinya. Satu mobil besar bahkan sudah berdiri di hadapannya—berhenti secara mendadak, namun hal tersebut tak menghentikan kakinya untuk terus berjalan.

"Kau cari mati, hah?" Bahkan suara teriakan pengendara itu tak ia indahkan.

Lampu merah kini menampakan diri. Soobin segera berlari mendekat ke gadis yang menjadi pusat perhatian. "Park Yerin," suaranya tercekat, hampir tidak terdengar tertutupi gemuruh hujan. Belum sempat Soobin menggapainya, gadis itu sudah berlari saja.

Apa yang direncanakan gadis itu sebenarnya?

Soobin kembali berlari, kini menemukan gadis itu menatap sebuah gedung bertingkat dua. Gedung itu mempunyai lorong kecil seperti pintu di tengahnya, tapi Yerin tidak pergi memasuki lorong tersebut, dia berjalan ke sisi gedung. Sementara Soobin agak ragu apakah dia harus ikut ke sana atau tidak, tapi karena rasa khawatir terhadap Yerin lebih besar, Soobin memutuskan untuk mengikuti gadis itu sampai akhir.

Di sisi gedung tersebut ada sebuah tangga kecil yang mengarah langsung ke atap, Yerin menaikinya dan otomatis Soobin mengikuti hingga kini keduanya sampai di atas. Tentu saja Soobin bersembunyi, tetap mengamati gadis itu dari belakang.

Hujan besar kini sudah berhenti, hanya ada rintik kecil yang masih turun. Park Yerin menjatuhkan dirinya, tertunduk di lantai dan mulai menangis. Melihat semua itu Soobin tidak tau harus melakukan apa. Haruskah dia hampiri gadis itu? Atau bersembunyi terus saja seperti yang dia lakukan saat ini.

Kekhawatiran semakin menyerang Soobin tatkala melihat gadis itu mengeluarkan pouch kecil di dalam ranselnya, mengambil benda kecil dalam pouch itu, sebuah silet. Soobin terus memperhatikan apa yang hendak gadis itu lakukan dengan benda tersebut, lalu tersentak saat dia mulai bergerak menyayat pergelangan lengannya.

"Tidak. Berhenti di situ!!"

Soobin hendak berjalan menghampiri, namun suara itu menghentikannya. Tapi tidak. Itu bukan suara yang ditunjukkan untuknya. Seseorang itu berteriak untuk Yerin, dan kini menghampiri gadis itu—yang sepertinya tidak berniat untuk menghentikan aksinya sama sekali.

"Kubilang berhenti, Park Yerin!!"

Wanita berumur tiga puluhan itu memegang pergelangan tangan Yerin, merebut pisau kecil darinya dan membuangnya jauh dari gapaian gadis tersebut.

"Kau sudah gila?!" bentaknya satu kali lagi. Wanita itu terlihat tak habis pikir dengan apa yang baru saja dilakukan Yerin.

Percikan darah mulai mengalir dari pergelangan gadis tersebut. Kepanikan langsung terlihat dari wajah wanita itu, dia memegang lengan Yerin lembut, "kita harus mengobatinya, ayo turun." Dia menyuruh Yerin berdiri, sementara gadis itu hanya tetap bergeming di tempat. Terpaksa dia menarik tubuh gadis itu, menyeretnya untuk kembali turun dari sana.

Soobin bersembunyi di balik ruang penyimpanan kecil, membiarkan dua orang itu hilang menyisakan dirinya sendiri di atap.

Pada akhirnya Soobin hanya jadi penonton saja, tidak melakukan apapun. Dia menyebut dirinya pelindung? Menghentikan gadis itu menyayat nadinya saja dia malah bergeming, terlalu banyak berpikir. Bagaimana kalau wanita tadi tidak datang dan Yerin berhasil memutus nadinya. Jika hal itu terjadi, Soobin tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri yang sudah berjanji akan melindungi gadis tersebut.

"Ahh... jadi seperti itu," Ahjussi menyahut menanggapi cerita Soobin.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku hanya terus mengikutinya tapi tak pernah melakukan sesuatu," Soobin lanjut menyalahkan dirinya sendiri sebab tidak berhasil melakukan apapun tempo hari.

"Aku mengerti maksudmu," ujar Ahjussi menenangkan. "Tapi jika kau tetap ingin menolong, kupikir kau harus mencoba menunjukkan dirimu padanya."

Iya. Soobin juga berpikir hal yang sama. Soobin tidak pernah menunjukkan dirinya di depan gadis itu lagi setelah dirinya merasa menerima penolakan. Dan hal itu tidak bisa menolong Yerin sama sekali. Dia berpikir untuk berhenti mengikuti dari belakang dan mulai menemani gadis itu secara langsung. Haruskah ia mencobanya lagi sekarang?

Saat sedang memikirkan hal itu, mata Soobin tidak sengaja melihat sosok Yerin yang berjalan lesu menuju gedung di sebrang sana. Gedung itu baru saja dikosongkan karena hendak diperbaiki, murid-murid tentu saja dilarang untuk masuk ke sana.

Soobin otomatis merasa khawatir lagi, dia segera beranjak, "aku harus pergi," pamitnya pada Ahjussi. Tanpa menunggu persetujuan lawan bicara, dia segera berlari begitu saja ke arah gedung yang kini dimasuki gadis tersebut.

Kakinya dengan cepat menaiki tangga-tangga itu, seakan sudah tahu kalau Yerin akan pergi ke atap. Dan benar saja, gadis itu sudah ada di sana, berjalan mendekati ujung gedung.

Tidak. Jangan melakukan hal yang menyakiti dirimu lagi. Soobin berharap dalam hati. Rupanya harapan Soobin tidak didengar, sebab kini ia melihat gadisnya sudah berdiri di ujung gedung sana, lalu sesaat kemudian, tidak peduli dengan bahaya yang mungkin akan dihadapinya, Yerin dengan sengaja menaiki pagar pembatas.

Gadis itu berhasil melewati pagar besi setinggi kakinya, tangannya berpegangan pada besi yang sudah terlihat berkarat tersebut, dia hanya perlu melepaskannya dan melompat sedikit saja untuk bisa terjun ke bawah sana.

Tidak, tidak. Jangan lakukan itu.

"Park Yerin, tunggu!" Soobin berteriak, berlari menghampiri gadis itu. Namun Yerin terlihat seperti tidak memperdulikannya sama sekali.

Soobin sudah berada tepat di belakang Yerin, terengah-engah mengatur napasnya. "Tunggu. Jangan lepaskan tanganmu. Ayo kembali ke bawah." Dia berujar dengan hati-hati. Tetap saja gadis itu mengacuhkannya. "Kumohon. Pegang tanganku. Ayo kembali." Dia mengulurkan tangan pada gadis di depannya, berharap dia akan menyambut.

Namun Yerin tetap tidak mendengarkan kata-kata Soobin, dia malah melepaskan satu pegangan tangannya dari pagar pembatas, tapi tidak untuk menggapai tangan Soobin. Gadis itu malah terlihat siap untuk melompat ke bawah sana. Soobin terkesiap, jemarinya segera meraih pergelangan gadis itu.

Dan hasilnya, nihil.

Bukan karena gadis itu tiba-tiba melompat. Tidak. Yerin masih ada di sana. Tapi Soobin tidak berhasil menggenggam tangan itu, seakan dirinya baru saja mencoba meraih udara.

Merasa kebingungan, Soobin terdiam sesaat, lalu dengan ragu mencoba meraih lengan itu satu kali lagi. Tapi tak ada hasil sama sekali. Dia benar-benar tidak bisa memegangnya. Apa yang sedang terjadi?

Tidak mempercayai apa yang dilihatnya, dia kembali meraih Yerin, berkali-kali. Tetap saja, nihil. Setiap kali Soobin menyentuh gadis itu, tangannya selalu melesat.

Kepanikannya kini semakin menjadi. "Park Yerin kumohon, menyingkir dari sana," Soobin bahkan sudah berteriak, tapi Yerin tidak mendengarnya sama sekali. Ini membuatnya gila. "Kau bisa mendengarku? Ayo kembali."

Soobin melihat sekeliling, mencari siapapun yang mungkin bisa membantunya menghentikan aksi nekat gadis itu. Seseorang kumohon, siapa saja. Kepalanya pening saat dia tidak mendapati siapapun di sana kecuali dirinya dengan gadis tersebut. Dia juga tidak bisa pergi untuk mencari pertolongan lalu meninggalkan Yerin begitu saja.

Soobin putus asa. Suaranya hampir habis dipakai untuk berteriak—tidak membuat perubahan apapun. Dia bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Kenapa dia tidak bisa menyentuh Yerin? Kenapa gadis itu tidak bisa mendengar suaranya? []

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now