Chapter 6 - Who am I?

576 372 232
                                    

Choi Soobin.

Hanya nama itu saja yang bisa dia ingat tentang dirinya. Tentang hal lain seperti dari mana dia berasal, apakah dia punya anggota keluarga, sampai kapan tepatnya dan kenapa dia bisa mencapai kematian, Soobin tidak ingat sedikit pun.

Sekolah sudah kosong. Langit sudah berubah menjadi warna hitam. Soobin termenung duduk di bangkunya, sendirian di dalam kegelapan. Dia sudah merenung seperti ini sejak kelas berakhir dan semua orang pergi dari sana. Mempertanyakan eksistensinya.

Soobin baru sadar kalau selama ini dia hanya terus berkeliaran di sekolah, tidak menyadari sama sekali bahwa dia tidak pernah pulang ke rumah. Ngomong-ngomong soal rumah, di mana dia tinggal ya saat masih hidup?

Jika diingat-ingat kembali, selama ini Soobin memang selalu sendiri. Awalnya dia pikir semua itu terjadi sebab dia memang lebih suka dengan hal itu—tidak ingin diganggu orang lain, jadi semua temannya hanya membiarkan ia sendirian. Tapi ternyata tidak seperti itu, mereka meninggalkan Soobin karena memang mereka tak bisa melihatnya. Itulah sebab kenapa tidak ada seorang pun yang mengajaknya bicara. Iya, sekarang semuanya masuk akal.

Tapi tunggu dulu. Ada satu orang yang bisa dia ajak bicara. Satu orang yang secara tidak sadar selalu dia temui saat ingin menghilangkan beban di kepala. Ahjussi penjaga kebun. Ahjussi bisa melihatnya, bahkan mengobrol dengannya. Jika dia benar-benar sudah mati, kenapa Ahjussi bisa melakukan itu, apa dia orang yang bisa melihat arwah?

Soobin terus memikirkan hal itu sampai tiba-tiba saja cahaya matahari sudah menyorotinya. Seorang murid bahkan sudah datang ke kelas, duduk di bangku, dan mulai mengisi soal-soal di buku begitu saja. Soobin menghampiri pemuda itu, mencoba menyentuhnya sekali, dan seperti yang sudah diperkirakan, dia tidak bisa melakukan hal tersebut.

Dia segera beranjak pergi, hendak menemui orang yang semalaman dia pikirkan untuk memastikan sesuatu. Dia mencari-cari Ahjussi di taman, namun beliau masih belum menampakkan diri. Soobin berakhir berjalan tanpa arah, hanya terus berkeliaran tidak tahu harus kemana. Benar juga, hal ini yang memang selalu dia lakukan selama ini, hanya mengelana seperti ini, menunggu Yerin datang ke sekolah lalu mengikutinya. Hanya saja hari ini bukan gadis itu yang ia tunggu.

Soobin sudah memastikan gadis itu masuk ke kelas dengan aman begitu melihatnya di gerbang sekolah tadi, lalu dirinya kembali berkeliaran, tidak repot-repot mengikuti kelas seperti sebelumnya, toh guru-guru juga tidak bisa melihatnya.

Saat itu barulah dia mendengar seseorang menyapa, "kau tidak masuk ke kelas, apa yang terjadi?"

Soobin sedikit terkesiap, lamunannya terhenti karena suara itu. "Ahjussi? Kau bisa melihatku?" dia langsung menghampiri orang yang sudah dia tunggu sedari tadi.

"Tentu saja aku bisa melihatmu. Ada apa, tidak biasanya kau keluar di saat jam pelajaran?" Ahjussi menunjukkan ekspresi kebingungan. Apalagi saat dengan tiba-tiba pemuda di hadapannya itu menggenggam kuat kedua tangannya.

"Aku bisa menyentuhmu," dia berteriak antusias, membuat Ahjussi sedikit menjauhkan diri dari Soobin.

"Tentu saja," balas Ahjussi kelabakan.

"Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi padaku, aku tidak bisa menyentuh orang lain. Aku sudah berusaha berbicara pada mereka dan tak ada yang mendengarku," cerita Soobin, pemuda tersebut yang sekarang terlihat kelabakan, "bagaimana anda bisa melakukannya?" dia masih memegang tangan Ahjussi, matanya menatap pria paruh baya itu seakan meminta penjelasan.

Hopeless Shadow || TXT SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang