Chapter 8 - Disadvantages

540 346 203
                                    

Sudah seminggu lamanya sejak Soobin menyadari bahwa dia adalah seorang arwah. Tapi dalam waktu seminggu itu dia masih belum menemukan apapun. Sebenarnya dia tidak yakin dari mana harus mulai mencari tahu. Jadi selama itu dia hanya bergentayangan tidak jelas.

Selama seminggu itu juga Yerin tidak pernah mencoba menyakiti dirinya lagi. Soobin sangat bersyukur sekali dengan fakta tersebut.

Sebab tidak bisa dilihat oleh siapapun Soobin kini tidak hanya mengikuti gadis itu di sekolah saja, dia juga mengikuti Yerin sampai ke tempat tinggalnya.

Yerin tinggal di sebuah apartemen kecil. Gedung yang kemarin dia datangi setelah berlarian menembus hujan itu adalah rumahnya. Tidak bisa disebut apartemen sebenarnya, karena dia hanya menetap di satu kamar.

Gedung itu memiliki banyak kamar di dalamnya. Pemilik gedung menyewakan kamar-kamar tersebut kepada siswa dan mahasiswa yang sedang belajar di sekolah dan universitas di dekat lingkungan itu. Alih-alih apartemen, tempat itu mungkin lebih cocok disebut share house.

Ada tiga kamar di masing-masing sisi kiri dan kanan. Di tengah kamar-kamar itu menjulang satu tangga untuk menuju lantai atas. Di belakang tangga, terdapat dapur yang lumayan luas dan sebuah penatu kecil, tentu saja ruangan tersebut harus dibagi dengan penghuni lain. Untungnya dalam satu kamar sudah terdapat kamar mandi dan toilet masing-masing, jadi penghuni di sana tidak perlu saling menunggu hanya untuk bisa membersihkan diri.

Sementara kamar Yerin berada di lantai dua, sebelah kiri tepat di depan ujung tangga. Di atas sini juga terdapat enam kamar, tiga di sebelah kanan, dan tiga di sebelah kiri. Bedanya hanya tidak ada dapur saja di atas sini, penghuni bagian atas otomatis harus pergi ke bawah jika ingin memasak makanan.

Hari itu Soobin mengikutinya lagi setelah gadis itu menginap semalam di perpustakaan. Yerin berjalan agak sempoyongan karena kelelahan. Lalu seorang nenek tua tiba-tiba membuat langkah Yerin terhenti, entah apa yang dikatakannya pada gadis itu, namun nenek itu terlihat was-was, menatap ke arah Soobin.

Soobin mengerutkan dahi. Dia tidak yakin sebenarnya jika wanita itu melihat ke arahnya. Kepalanya langsung celingukan sendiri mencari orang sungguhan yang mungkin sedang dilihat nenek itu, namun tidak ada siapapun. Sekarang Soobin jadi yakin tatapan itu memang ditunjukkan untuknya.

Apa dia seorang arwah juga? Tapi tidak mungkin, jelas-jelas Yerin bisa melihat nenek itu, gadis tersebut bahkan mencoba menghindar darinya, dan berlari dari tempat itu saat sudah mempunyai kesempatan.

Menyaksikan gadisnya terusik seperti itu, Soobin jadi khawatir, dia kembali berjalan hendak menyusul, namun langkahnya dihentikan wanita tua tadi.

"Kau... berhenti mengikuti gadis itu," meskipun masih terlihat gusar, perkataan itu jelas-jelas terdengar mengancam.

"Tunggu, anda benar-benar bisa melihat saya?" tanya Soobin, "anda manusia, 'kan?" dia bertanya memastikan.

Alih-alih menanggapi pertanyaan Soobin, nenek itu kembali membicarakan hal yang tidak Soobin mengerti sama sekali, "aku tidak akan membiarkanmu mengikuti gadis itu lagi, kau sudah mengambil semua energi positif darinya."

Soobin mengernyit kebingungan, apa maksudnya? Memangnya siapa nenek ini sampai mengatakan hal begitu? Soobin jadi kesal sendiri, apalagi saat nenek itu dengan sengaja menghalangi langkah Soobin ketika hendak meninggalkannya dan menyusul Yerin yang sudah berlari ke depan sana.

"Apa masalah anda?!" Soobin berteriak kesal.

"Kau akan menghancurkan hidup gadis itu."

Wanita gila, pikir Soobin. Omong kosong macam apa itu. Kekesalan Soobin sudah menumpuk, pemuda itu kini menatap nenek tua di hadapannya dengan tatapan mengerikan, "berhenti mengatakan omong kosong, nenek tua!!" Dia berteriak, mengeluarkan seluruh suara di kerongkongannya, terlihat begitu murka.

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now