Chapter 2 - Her Guard

668 430 282
                                    

"Baiklah, karena bel sudah berbunyi, sampai sini saja untuk hari ini."

Kepala Yerin mendongak dengan tiba-tiba begitu Pak Kim Seokjin—guru Bahasa mereka yang barusan berceloteh tentang istilah-istilah memusingkan itu berpamitan untuk undur diri dari kelas.

Seakan baru saja disadarkan, Soobin juga mengerjap menatap Yerin yang tengah mengusap wajahnya pelan, menyambut serpihan nyawa yang berhamburan akibat pelajaran Bahasa barusan.

Isi kelas yang tadinya hening—menyisakan suara Pak Kim, kini riuh dengan suara-suara lain. "Jangan lupa untuk membaca buku yang sudah Bapak rekomendasikan, kita akan membahasnya di pertemukan minggu depan," ujar Pak Kim sekali lagi sebelum melangkahkan kaki keluar dari kelas.

Helaan napas tak suka saling menyahut di sana sini, namun mereka tetap menjawab ujaran sang guru, "Baik, Pak."

Soobin masih menatap ke arah Yerin yang kini menunduk, mendengar gadis di sampingnya mengajak gadis lain untuk pergi ke kantin, mendengar beberapa umpatan dari pemuda di belakangnya kepada Pak Kim, dan umpatan pemuda lain untuk pemuda yang mengumpati Pak Kim.

Semua suara berbaur, pintu kelas dibuka lebar-lebar, suara langkah kaki, suara teriakan, umpatan dan tawa. Namun saat kepala Yerin terangkat, semua suara itu menghilang sekejap mata, menyisakan dirinya sendirian dalam keheningan.

Tanpa Yerin sadari, Soobin masih ada di belakangnya, merasakan hal yang sama.

Dan yang seperti ini terus saja terulang setiap harinya.

***

Mulut Soobin tertutup rapat, kepalanya tertunduk menatap nampan makanan yang tak kunjung ia sentuh. Dia sudah sangat lapar sebenarnya, tapi mengetahui gadis favoritnya duduk dan melahap makan siang tepat di hadapannya, sontak saja membuat seluruh tulang dalam tubuh Soobin serasa menghilang entah kemana.

Hari ini Soobin dengan sengaja pergi ke kantin lebih dulu daripada gadis itu—untuk menghilangkan kecurigaan tentu saja. Namun saat dia sudah siap dengan makanan di tempat biasa dia makan dan memerhatikan Yerin, tiba-tiba gadis itu datang dan duduk di hadapannya.

Soobin tidak bisa bergerak sedikit pun. Mati gaya. Terlalu canggung dengan kehadiran Yerin. Padahal Yerin tidak pernah melirik Soobin barang sekalipun. Gadis itu sibuk sendiri dengan makan siang dan sebuah buku yang ia pegang dengan tangan kirinya.

Soobin tahu hari ini ada tes di kelas, tes Matematika.

Dia bahkan tahu Yerin sangat membenci Matematika setengah mati. Yerin selalu tidur saat pelajaran itu sedang berlangsung di kelas, dan tentu saja dia tidak akan pernah mau membuka buku pelajaran di rumah. Tapi karena hari ini ada tes dan sepertinya Yerin tidak mau mendapat semburan amarah dari wali kelas karena selalu mendapat nilai kecil dalam pelajaran tersebut, maka dia terpaksa harus menjejalkan rumus-rumus sialan itu ke kepalanya, hanya untuk hari ini.

Mata gadis itu berpindah dari buku pelajaran Matematika pada lauk makan siang yang ia ambil dengan asal. Kemudian tubuhnya terlihat seakan membeku, matanya menatap lurus pada potongan wortel yang ia apit dengan sumpit. Setelah bergeming beberapa saat dia melemparkan sumpit itu pelan.

Soobin agak terkejut saat Yerin menutup buku Matematika dan beranjak membawa nampan makanan pada penjaga kantin dengan terburu-buru. Apa yang terjadi? Soobin masih bisa menghitung setiap pergerakan yang dibuat gadis itu. Yerin hanya makan tiga suap dan dia sudah selesai? Bukan hal aneh bagi Soobin memang, Yerin terkadang selalu menyisakan makanannya jika sedang tidak berselera. Tapi hei, ini tidak seperti biasanya. Dia semakin bertanya-tanya saat melihat Yerin berlari keluar dari area kafetaria.

Soobin ikut berlari sampai tak memerhatikan sekitar, tahu-tahu dia sudah hampir masuk ke toilet wanita kalau saja tidak ada dua siswa perempuan yang berjalan keluar dan berteriak menemukan Soobin hendak masuk ke area terlarang tersebut.

Soobin malu bukan main. Dia segera mundur dengan langkah kikuk dan berjalan mendekati toilet pria, memutuskan untuk menunggu di sana. Ingin sekali dia masuk untuk memastikan Yerin baik-baik saja di dalam sana, tapi Soobin tidak bisa berbuat seenaknya.

Sepuluh menit berlalu, Yerin keluar. Mata gadis itu memerah dan wajahnya terlihat sangat pucat. Lihatlah, sesuatu yang salah lagi-lagi terjadi padanya. Soobin menatap khawatir, mengikuti kaki kecil Yerin yang berjalan pincang menuju tempat favoritnya, perpustakaan. Dari hasil mengikuti Yerin setiap saat Soobin tahu tempat ini sering sekali Yerin datangi. Tak pernah sehari pun Yerin absen untuk mengunjungi perpustakaan.

Yerin biasa datang saat pelajaran kosong atau saat jam istirahat seperti ini, jika kursi perpustakaan penuh Yerin akan pergi ke bagian lebih dalam, duduk berselonjor di antara rak-rak buku yang tinggi, membaca semua jenis buku hingga ia kelelahan dan tertidur dengan buku di pangkuannya. Terkadang gadis itu tak sadar waktu hingga membuatnya terpaksa menginap di tempat yang dipenuhi buku tersebut. Bersembunyi saat penjaga perpustakaan sedang berbenah untuk pulang. Dan Soobin akan selalu ada di belakangnya. Selalu. Kemana pun gadis itu pergi Soobin akan selalu mengikutinya. Menjadi bayangan yang tak terlihat.

Tentu saja, Soobin akan berusaha tak terlihat sebaik mungkin. Berusaha tak mengganggu ketenangan gadis tersebut. Bersembunyi saat gadis itu terlihat was-was. Tetap diam bahkan saat debu-debu dalam perpustakaan membuat hidungnya gatal luar biasa.

Hari ini pun dia berusaha tidak dicurigai. Soobin segera mengambil buku secara acak dan duduk di kursi yang bersebrangan dengan gadis yang kini terpejam di atas meja panjang perpustakaan setelah melanjutkan acara belajar Matematikanya tadi. Waktu berlalu bersama Soobin yang terus mengamati Yerin melalui sela-sela buku di depan wajahnya, melirik sesekali agar tidak dicurigai oleh siapapun bahwa dia sedang membuntuti Yerin.

Kepala Soobin menoleh ke segala arah, menyadari semua orang di ruangan tersebut sudah berangsur pergi—dirinya sendiri menolak untuk pergi.

Soobin beranjak mendekati Yerin yang terlelap dengan kening mengerut. Dia menarik kursi di samping Yerin dengan pelan dan tanpa suara, ikut meletakan kepala pada permukaan meja, menatap wajah dengan mata terpejam di hadapannya.

Gadisnya ini bermimpi buruk. Soobin segera mengangkat tangan perlahan, mengusap kening Yerin dengan lembut, mencoba membuat kerutan itu menghilang dari sana. Tersenyum saat wajah Yerin sudah terlihat lebih tenang.

"Hei, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja, 'kan?" Soobin berbisik lirih. Dia tidak berharap pertanyaan tersebut akan dijawab—memilih untuk tidak mendengar tanggapan apapun, itu lebih baik dari pada harus ketahuan mengikuti Yerin dan membuat gadis itu semakin tidak nyaman.

Namun sepertinya harapan Soobin tidak didengar. Tepat setelah itu, dia melihat wajah tenang Yerin memudar, keningnya berkerut gusar, matanya yang terpejam terbuka sedikit demi sedikit. Soobin tidak sempat melarikan diri saat iris gadis itu melebar menatap Soobin yang sama-sama terkejut.

Baiklah, Soobin merasa udara di ruangan ini menghilang seketika. Dia tidak bisa bernapas, sementara jantungnya menghentak begitu keras.

Ahh. Dia tertangkap basah. []

Hopeless Shadow || TXT SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang