Chapter 39 - The Rabbit and The Bear

136 28 5
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa minggu terakhir tinggal bersama Beomgyu pun sudah terlewati begitu saja.

Entahlah... padahal awalnya Soobin menerima Beomgyu karena terpaksa, sekarang ketika tahu waktu bersamanya hanya tersisa beberapa hari saja, Soobin malah merasa hampa. Rasanya sayang sekali harus mengucap perpisahan pada satu sama lain.

Di minggu terakhir kemarin, Soobin sebisa mungkin tidak menyia-nyiakan sisa waktu yang ada. Sehabis pulang bekerja Soobin pasti memanggil Beomgyu keluar, mengajaknya bermain ke berbagai tempat. Mereka mencoba berbagai kegiatan seperti menonton film di bioskop, pergi ke karaoke, bermain di arkade, escape room, ice skating, memetik strawberry, bahkan sampai memancing dan menangkap belut di kolam berlumpur. Semuanya sudah mereka lakukan.

Hari-harinya jadi lebih sibuk. Tapi juga lebih menyenangkan. Tidak sedikit pun dia membenci semua hal yang terlewati. Pasalnya, ini adalah kesempatan terakhir yang dia miliki untuk menjalani hidup, Soobin harus menggunakannya semaksimal dan sebaik mungkin.

Beomgyu tentu saja senang bisa menemani Soobin ke mana pun, karena memang itulah yang Beomgyu inginkan selama ini, bermain bersama sepuas hati.

Setelah banyak menghabiskan waktu bersama, sepertinya Beomgyu juga mulai memiliki rasa kepedulian terhadap Soobin. Oleh karenanya di sore hari itu, saat mereka berdua menatap matahari terbenam di pantai, Beomgyu mengatakan pada Soobin untuk tetap hidup. Dia berharap Soobin bisa mengubah keputusannya.

Dari awal, sebenarnya Beomgyu memang sudah menentang keinginan Soobin yang ingin mati menggantikan Yongbin. Waktu itu Soobin tidak tahu apa alasannya, tapi sekarang dia sudah mengerti. Seperti Soobin yang tanpa sadar mulai menyayangi Beomgyu, pemuda itu rupanya juga memiliki afeksi yang sama. Namun Soobin tidak bisa mengabulkan keinginan Beomgyu yang satu itu. Soobin tidak bisa mengubah pikirannya lagi, dia sudah memutuskan, dan dia tidak akan berbalik arah.

Jadi ketika Beomgyu menangis dan memohon padanya agar tetap hidup, Soobin hanya bisa mengatupkan mulut rapat-rapat seraya mengeluarkan air mata. Di lubuk hati terdalam, dia juga ingin hidup, ingin bertemu dan bersenang-senang lagi bersama Beomgyu. Tapi dia tidak ingin egois. Kalau Soobin bisa sebahagia ini, Yongbin juga harus merasakannya. Maka dari itulah Soobin menitipkan Yongbin pada Beomgyu, meminta pemuda itu menjaga adiknya saat Soobin telah tiada nanti.

Di sisa hari itu mereka tak mengatakan apa pun pada satu sama lain. Rasanya menyesakkan setiap kali mata mereka bertemu. Namun keduanya tidak ingin terus-terusan merasa sedih, jadi mereka berusaha bersikap normal sebisa mungkin. Kendati demikian, di malam hari dalam tidurnya, Soobin malah mendengar Beomgyu terisak sendirian. Hal itu lagi-lagi membuat hatinya pedih.

Soobin mendekat ke arah Beomgyu yang meringkuk membelakanginya. Dia menyentuh kepala pemuda itu lalu mengusap-usapnya, berusaha memberikan ketenangan.

Semakin mendekati hari terakhir, hatinya pun semakin berdebar, dia harus mulai memikirkan cara bagaimana menyelamatkan dua orang itu di waktu yang bersamaan. Agak sulit kalau dipikirkan, terlebih Beomgyu berkata kalau Soobin hanya memiliki satu kesempatan, tidak mungkin dia menyelamatkan dua orang sekaligus di waktu yang sama, dia harus memilih salah satu di antara mereka. Tapi Soobin tidak mau memilih, bagaimanapun dia akan mencari cara supaya keduanya bisa selamat.

Sembari itu juga, Soobin menatap kertas berisi daftar keinginan Beomgyu. Hanya tinggal tersisa beberapa daftar lagi untuk dikabulkan.

- Menyalakan kembang api di pantai

- Melakukan acara barbeque dan api unggun

- Pergi ke taman hiburan

- Merayakan ulang tahun

Hopeless Shadow || TXT SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang