Chapter 18 - Nightmares

443 240 119
                                    

June, 2017

Semua orang pasti memiliki hal itu. Setidaknya satu. Hal yang sudah berusaha dilupakan, tapi masih terus tertanam di dalam otak.

Park Yerin juga memiliki itu. Meskipun dirinya sudah menolak, ingatan itu selalu mendatanginya setiap saat, menerornya tak tahu waktu. Saat dirinya sedang berjalan, saat dirinya sedang makan, terlebih lagi saat dirinya sedang terlelap dalam tidur. Kepingan ingatan itu akan selalu datang menghantui tanpa belas kasih.

Satu ingatan pada saat dirinya kehilangan harapan hidup satu-satunya. Ingatan saat napas berharga itu berhembus untuk yang terakhir kalinya.

Setiap malam, tak pernah absen satu kali pun, kenangan buruk itu akan datang di dalam bunga tidur. Setiap itu pula Yerin akan berusaha untuk menghentikan. Mencegah kejadian mengerikan itu terjadi walau hanya angan-angannya saja.

Namun, mau seberapa kali pun kejadian itu terulang kembali di kepalanya, semua tidak dapat dia ubah. Dia tidak bisa menyelamatkan orang itu. Dia tidak bisa mencegahnya untuk membiarkan Yerin saja yang mengalami hal mengerikan yang telah terjadi. Karena Yerin yakin sekali seharusnya memang dia yang mengalami itu.

Kali ini pun, Yerin kembali ke malam itu lagi. Malam yang merubah hidupnya untuk selamanya. Menemukan pemuda itu berlari mendekat ke padanya, dia berteriak, "tidak Soobin, jangan mendekat!"

Benar, jangan mendekat. Biar dia saja yang mendapatkan hantaman dari benda besar yang menyilaukan itu. Jangan Soobin, biar dia saja.

Tetap saja, harapan itu tidak bisa dia gapai. Mau seberapa kali pun dia berteriak melarang Soobin mendekat, orang itu masih menghampirinya, mendorong dia jauh dari jalanan, membuat pemuda itu sendiri terhantam hingga melayang jauh ke depan sana.

Tiap kali itu terjadi, saat melihat tubuh berlumuran darah itu tergeletak di jalanan, Yerin akan berteriak sampai kerongkongannya kering.

"Choi Soobin!!!"

Gadis itu terhentak. Napasnya memburu cepat. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Masih terengah-engah dia menatap sekeliling, menemukan langit-langit kamarnya yang gelap. Dari celah jendela, gadis itu bisa melihat bahwa hari masih terbalut gelapnya malam.

Sudah empat bulan lamanya Yerin mendapatkan mimpi yang sama, tapi tak pernah terbiasa—tidak akan pernah terbiasa. Mimpi itu masih memberikan rasa sesak yang tidak berubah, rasa sesak yang sama persis seperti yang dia rasakan saat hari mengerikan itu terjadi.

Dia meremas rambut di kepalanya keras-keras, berharap kenangan buruk itu menghilang dari sana. Tidak berhasil. Semua itu malah membuatnya merasakan rasa sakit dan kesedihan tak terbendung.

Yerin sangat menyesal. Andai saja hari itu dia tidak gegabah, Soobin pasti tidak perlu menyelamatkannya, dan Soobin tidak perlu meninggal dunia secepat ini.

Iya. Choi Soobin sudah meninggal, dan itu semua salah Yerin.

Gadis itu menangis kala mengingat bahwa sosok pemuda itu tidak akan pernah bisa ia temukan lagi di manapun. Dia telah pergi, membawa sebagian dari gadis itu juga pergi.

Dia meringkuk di atas pembaringan, menghabiskan sisa malam dengan penyesalan, meratapi kepergian Soobin. Sepertinya dia tidak akan puas menangis sampai air matanya habis pun.

Setelah kehilangan dua orang paling berharga di hidupnya dalam waktu berdekatan, hidup Yerin berubah, semua itu sudah tidak ada artinya lagi. Yerin tidak bisa tersenyum seperti dulu. Dia tidak bisa bahagia.

Gadis itu membenci semua hal yang ada di dunia ini. Dia tidak ingin melakukan apapun—yang ingin dia lakukan hanya pergi menyusul dua orang yang ia cintai.

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now