Chapter 1 - Her Shadow

851 460 414
                                    

Summer, 2017

Bagaimana rasanya menyukai seseorang secara diam-diam?

Choi Soobin segera menoleh ke arah kiri, menatap punggung yang bersinar karena timpaan cahaya matahari, dan tersenyum. Sudah dua bulan lamanya Soobin melakukan aktivitas seperti ini, menatap gadis yang duduk pada bangku di samping jendela, mengamati gadis itu secara diam-diam.

Sementara kepala gadis yang sedang dia amati beberapa kali tertunduk karena kantuknya. Soobin seharusnya juga merasa demikian dengan satu jam pelajaran Bahasa yang membosankan, namun kehadiran gadis itu membuat rasa kantuk hilang entah kemana.

Bibirnya kembali membuat cekungan manis. Kenapa gadis itu bisa terlihat begitu cantik dari belakang sini, apa yang akan terjadi jika Soobin bisa melihatnya dari depan atau berhadapan langsung dengan gadis itu, Soobin mungkin akan sangat menggila.

Tidak tahu seperti apa tepatnya, bagaimana rasanya menyukai seseorang secara diam-diam seperti ini. Menyenangkan bisa menyukai gadis itu tanpa takut membuatnya merasa tidak nyaman. Dan yang pasti terasa menyakitkan mengingat dia hanya bisa melihat gadis itu dari belakang tanpa bisa menemani atau membuat gadis itu bahagia karena dirinya.

Park Yerin, nama gadis itu.

Dua bulan sudah berlalu sejak kedatangan pertamanya ke sekolah ini, kendati begitu Park Yerin tidak pernah bertegur sapa dengan Soobin sekalipun. Padahal mereka berada di kelas yang sama. Bukan sepenuhnya salah Soobin yang selalu diam dan terlalu takut memulai pertemanan, gadis itulah sebabnya.

Yerin selalu berjauhan dengan orang lain, dia lebih memilih untuk sendirian dibanding berbaur dengan teman-teman di kelas. Soobin tidak pernah tahu apa alasannya, gadis itu sering sekali terlihat murung, tapi dia tak pernah satu kali pun mencoba mencari teman. Bahkan saat ada seseorang yang mendekat dan mengajaknya berteman gadis itu selalu menghindar. Anak-anak di kelas juga otomatis mengabaikannya, mereka pikir Yerin terlalu angkuh, dan tidak ingin berteman dengan siapapun.

Awalnya Soobin juga tidak terlalu peduli dengan gadis itu. Walau terkadang dia penasaran kenapa Yerin tidak pernah berbaur. Soobin bahkan selalu menatap ke arah Yerin saat bel istirahat berbunyi, berharap bisa menemukannya pergi ke luar bersama anak perempuan lain di kelas, tapi tak pernah terjadi.

Yerin selalu menunduk, menyembunyikan wajah di atas lipatan lengan di meja. Tidur. Soobin pikir gadis itu memang tertidur dan membiarkannya sendirian saja di kelas. Berusaha tidak memperdulikan Yerin seperti yang teman-temannya lakukan.

Tapi di hari itu dia menyaksikan semuanya.

Tubuhnya mandi keringat saat dia memutuskan untuk pergi ke kelas setelah pelajaran olahraga. Di musim panas seperti ini berlari di lapangan akan sangat menyiksa karena terik matahari. Soobin tidak tertarik mengikuti teman-temannya pergi ke kafetaria. Dengan cuaca sepanas ini pergi kafetaria yang selalu disesaki murid lain bukan ide yang terdengar bagus. Soobin pikir kelas lebih menyenangkan apalagi untuk tidur, dan yang lebih menyenangkan lagi dia tidak akan mendapat gangguan dari siapapun sebab kelas selalu ditinggal kosong saat pelajaran olahraga selesai.

Soobin kira memang begitu, semua orang pergi ke kafetaria waktu itu. Namun saat dia membuka pintu kelas dengan tenaga yang hampir habis sisa berlari, Soobin agaknya terkejut melihat Yerin ada di sana.

Si murid baru itu sudah tertidur saja di atas mejanya, bahkan Soobin tidak tahu kapan Yerin sampai di kelas.

Seperti biasa dia berusaha mengabaikan si gadis dan berjalan agak sempoyongan menuju tempat duduk. Dirinya masih merasa kepanasan kendati pendingin ruangan sudah dinyalakan. Tidak puas dengan kerja mesin pendingin itu, Soobin melangkah satu kali, memutuskan duduk di meja Huening Kai—pemuda blasteran di kelasnya, yang kebetulan berada tepat di bawah mesin tersebut.

Dia menghembuskan napas pelan, di hadapannya Yerin tertidur pulas, pundak gadis itu naik turun dengan teratur. Well, tidak ada masalah. Yerin bahkan tidak terganggu dengan suara langkah kaki Soobin dan suara gemeretak kursi yang dia tarik secara asal.

Kenapa juga dia mengkhawatirkan Yerin akan bangun? Lagi pula Yerin tidak akan bangun atau bergerak dari sana walau kelas hancur sekalipun. Dia hanya akan terus seperti itu, bersikap tak peduli.

Baiklah, Soobin juga akan bersikap demikian.

Soobin menyimpan wajah di atas meja dan mulai memejamkan mata, lalu kemudian suara itu mengusiknya, suara yang berasal dari gadis di hadapannya. Soobin mengangkat wajah cepat-cepat memastikan suara itu memang milik Yerin dan benar saja.

Di balik kepala yang menunduk itu terdengar isakan kecil tertahan. Yerin menangis tanpa seorang pun yang tahu. Terlihat begitu menyakitkan dengan bahu kecilnya yang bergetar.

Rasa kantuk serta lelah Soobin menghilang seketika. Rasa lain hinggap pada dirinya. Rasa bersalah. Dia tidak tahu bahwa ada satu gadis yang terlihat begitu kesepian dan diabaikan orang lain.

Dia hanya terdiam menyaksikan tangisan yang ikut membuatnya terluka tanpa sebab. Sejak hari itu Soobin memutuskan untuk tidak pernah beranjak dari duduknya. Memutuskan untuk menghilangkan sikap tak pedulinya dan menemani gadis kesepian itu.

Soobin tahu caranya sedikit salah. Harusnya dia hampiri saja gadis itu dan mencoba membuat sebuah pertemanan dengannya. Mungkin Soobin takut diberi penolakan lagi, karena pernah satu kali Soobin mengajak gadis itu bicara saat semua teman sekelasnya sudah berhamburan keluar kelas. Soobin bahkan sudah menyiapkan senyum terbaiknya saat berdiri di hadapan Yerin.

"Hai. Mungkin kau juga sudah tahu, namaku Choi Soobin. Kalau tidak keberatan ayo makan siang bersama."

Namun sayang sekali, kata-kata yang berusaha ia rangkai beberapa menit lalu itu menguap begitu saja. Yerin beranjak pergi, tampak tak memperdulikan Soobin sedikit pun. Mengabaikannya. Membuat Soobin bergeming menatap punggung yang selalu terlihat lesu itu hilang di balik tikungan kelas.

Soobin tertawa agak miris mengingat semuanya. Namun itu tidak membuat Soobin menyerah dan kembali meninggalkan Yerin. Soobin tahu, Yerin tidak seperti itu. Dalam pandangannya Yerin adalah gadis pemalu yang selalu merasa canggung dengan orang lain, gadis yang bahkan tidak tahu bagaimana caranya berteman. Gadis yang seakan dengan diam-diam meminta Soobin untuk melindunginya.

Apapun yang orang lain katakan tentang Yerin, dia tidak pernah setuju. Jika mereka berkata gadis itu terlalu angkuh karena selalu ingin sendirian, maka itu salah. Mereka hanya tidak tahu, karena sesungguhnya orang yang sering sendirian bukan berarti mereka benar-benar ingin sendirian, tapi justru bisa saja orang itu sangat kesepian dan membutuhkan orang lain.

Itu juga yang Soobin rasakan. Dia tidak tahu kenapa dia tidak punya teman yang benar-benar dekat dengannya di sekolah ini. Mereka hanya menjadi teman karena memiliki kelas yang sama, tidak menjadi teman dengan arti sesungguhnya.

Soobin kesepian. Yerin mungkin lebih dari itu. Mereka sama. Sama-sama membutuhkan orang lain. Tapi bagaimana cara untuk mencari orang lain itu mereka tidak tahu. Dan Soobin merasa dia sudah menemukan seseorang, inilah waktunya untuk keluar dari tempat gelap bernama kesepian miliknya.

Sebab itulah Soobin mulai memperhatikan Yerin secara diam-diam.

Bukannya dia tidak ingin mencoba mendekati Yerin secara terang-terangan seperti yang pernah dia lakukan tempo hari, dia tidak takut jika Yerin akan menolaknya lagi. Hanya saja, Soobin mulai berpikir, mungkin gadis itu merasa tidak nyaman dengan keberadaannya.

Soobin hanya ingin memperhatikan gadis itu dari belakang, menjadi bayangan dan melindunginya. []

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now