Chapter 36 - Babysitting 1

176 36 60
                                    

"Terima kasih. Saya akan bekerja keras."

Soobin menundukkan badan beberapa kali, lalu meninggalkan pria berumur empat puluhan yang baru saja menerimanya sebagai pegawai baru di sebuah minimarket.

Setelah seharian mencari pekerjaan, Soobin akhirnya menemukan satu tempat yang sedang membutuhkan tenaga kerja tambahan. Tanpa berpikir lama, dirinya langsung menawarkan diri. Hanya butuh beberapa menit saja melakukan wawancara bersama seorang manajer, dan dia sekarang sudah diterima menjadi pekerja di minimarket tersebut. Soobin sangat bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan hanya dalam waktu satu hari.

Sang manajer lantas mengajak Soobin berkeliling, mengenalkan lingkungan kerja, menjelaskan apa-apa saja yang harus Soobin kerjakan nanti. Dia diberi jadwal bekerja di shift pagi, dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang. Setiap hari, dari hari Senin sampai Jumat-kecuali akhir pekan.

Kegiatan kerjanya di sini lebih sederhana dibandingkan pekerjaannya di kedai ayam milik Yoongi Sajangnim, walau di tempat ini dia tidak akan mendapat bonus seperti di sana. Tidak masalah, yang penting Soobin mampu mendapatkan uang agar bisa makan dan mengabulkan semua keinginan Beomgyu.

Soobin akan mulai bekerja esok hari. Jadi setelah berkenalan dengan tempat kerja barunya, dia melangkah pulang. Mampir sebentar di sebuah kedai makanan demi membeli makan malam untuk dirinya dan anak itu.

Tadi Beomgyu sempat ikut keluar bersamanya. Sambil mencari pekerjaan, sambil dirinya membeli kebutuhan. Malah dia menemukan lowongan itu saat sedang berbelanja. Akhirnya dia menyuruh Beomgyu pulang duluan membawa belanjaan mereka, sementara Soobin lanjut melamar kerja.

Soobin tidak tahu ke mana Beomgyu pergi saat ini. Dia tidak mendapati Beomgyu ada di kamar begitu dia sampai. Bahkan kresek belanjaan pun tidak dia temukan. Ke mana anak itu?

Baru beberapa saat kemudian dia mendengar pintu diketuk dari luar, berkali-kali, hingga sedikitnya membuat keributan di sana. Suara melengking milik Beomgyu juga terdengar oleh telinganya. "Hyung!! Buka pintunya!!"

Nah, ini dia si sumber masalah. Kepalanya langsung berdenyut pusing. "Buka saja sendiri!!" Dia balas berteriak.

"Aku tidak tahu caranya!!" Suara anak itu semakin meninggi saja. "Cepat!! Tanganku sudah pegal!!"

Soobin berjalan enggan, membuka pintu dengan perasaan kesal. Wajah Beomgyu yang muncul dengan cengirannya membuat Soobin tak tahan ingin menjitak kepala pemuda itu. "Masa membuka pintu saja tidak bisa?!"

Beomgyu masuk melewati Soobin, masing-masing tangannya membawa satu kresek. "Hyung 'kan tak pernah mengajariku bagaimana caranya. Jadi aku tidak tahu," elaknya. "Aku menunggumu di luar dari tadi. Aku sudah memanggilmu, tapi Hyung tak mendengar." Dia mengeluh.

Jadi sejak tadi anak itu hanya menunggunya di luar sebab tak bisa masuk? Soobin tidak habis pikir. Apa susahnya membuka pintu? Dia hanya perlu menekan nomor sandi lalu pintu sudah bisa terbuka dengan otomatis. Manusia macam apa yang membuka pintu saja harus diajarkan dulu?

Sekarang dirinya jadi ingat kejadian kemarin saat mereka hendak melahap makan malam. Soobin memesan Jjajangmyeon untuk mereka berdua, makanan khas saat pindahan yang biasa orang-orang beli karena praktis dan bisa menghemat energi setelah kelelahan beres-beres.

Keduanya duduk berhadapan di karpet. Makanan pun sudah siap dihidangkan di atas meja pendek. Soobin langsung melahapnya tanpa ampun karena perutnya sudah keroncongan sejak tadi siang. Sementara Beomgyu, dia malah melamun bingung sembari memainkan sumpit dengan tangannya.

"Kenapa tidak dimakan?" Mulut Soobin yang dipenuhi makanan itu bertanya. Penasaran akibat Beomgyu tidak segera mengenyam makanan di hadapannya, padahal tadi dia bilang sudah sangat kelaparan.

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now