Chapter 16 - Don't Ever Leave Me

443 252 103
                                    

Apa yang orang-orang bilang memang benar adanya. Saat sedang mempunyai hal mengganjal di kepala, dan ingin merasa lebih baik, kau harus mencari seseorang terpercaya untuk mengeluarkan semua itu dari dalam sana.

Membicarakan masalah pada orang terpercaya, memang benar-benar bisa membuat hati lebih tenang.

Itulah yang sekarang sedang Yerin rasakan. Meskipun Yerin pikir semua orang sudah tahu tentang keadaan dirinya dari wali kelas, Choi Soobin masih bersedia mendengarkan keluh kesahnya. Kembali menceritakan soal kepergian ibunya, dan kemana ia pergi setelah itu. Soobin mendengarkan dengan sabar sembari menepuk dan mengusap punggung resah Yerin dengan pelan.

Yerin jadi tidak ragu sama sekali untuk menceritakan semua hal pada pemuda itu.

"Setelah Mama pergi, aku merasa sudah tidak punya alasan untuk hidup," cerita gadis itu, ada sedikit isakan terdengar di akhir kalimatnya. "Sebab itulah aku,-" Yerin menatap pergelangan tangan.

"Itu sebabnya kau melukai dirimu sendiri?" Soobin yang duduk di sebelahnya menanggapi.

Mereka berdua bersandar ke dinding dekat pintu, meneduh dari dinginnya butiran salju yang sudah turun lagi sejak mereka mulai berbicara satu sama lain.

Yerin hanya menunduk, tidak menjawab. Itu karena Soobin sudah tahu jawabannya tanpa dia beritahu.

"Tapi kau benar. Aku tidak seharusnya melakukan hal ini. Aku tidak seharusnya melarikan diri apalagi dengan cara seperti ini."

"Syukurlah kalau kau sudah sadar."

"Iya. Aku sadar akan hal itu saat aku melihatmu lagi hari ini."

"Aku?" Soobin mengernyit menatap lawan bicaranya, tidak mengerti.

"Saat melihatmu, aku sadar kalau aku masih punya alasan untuk hidup." Yerin menghela napas. "Jadi, aku mohon padamu, kau juga tidak boleh melakukan hal itu lagi."—mencoba menghilangkan nyawamu lagi. Yerin masih menemukan Soobin menatapnya dengan tatapan keheranan, namun tidak menanggapi hal itu, dirinya kembali berujar lembut, "jangan pernah pergi meninggalkanku."

Yerin bisa merasakan semburat merah muncul di wajah, dirinya segera berpaling menatap salju yang turun lima centi meter perdetik dari atas langit. Bel tanda istirahat berakhir sudah berbunyi, "kita harus masuk." Yerin menggunakan kesempatan tersebut untuk kabur dari hadapan pemuda itu, tidak sanggup lagi menatap wajahnya.

Dia malu sekali mengatakan hal tersebut secara terang-terangan pada Soobin, namun tidak dapat dipungkiri, itu semua memang berasal dari hatinya.

***

January, 2017

Hari demi hari berlanjut. Murid-murid di sekolah sudah mulai belajar lebih sering dari hari-hari sebelumnya. Ujian akhir semester akan dilaksanakan dalam beberapa hari lagi, jadi demi mendapatkan nilai memuaskan, para murid harus merelakan waktu luang mereka untuk membaca dan belajar lebih banyak, latihan mengisi soal lebih sering.

Ya. Seharusnya memang begitu. Seharusnya semua siswa mulai fokus untuk belajar. Tapi tidak untuk pemuda satu itu. Pemuda yang Yerin buntuti setiap hari.

Hari ini Yerin tidak sengaja—oke, dia sengaja sebenarnya—menguping pembicaraan guru wali kelasnya dengan Soobin. Pak Kim menegur Soobin karena selalu mendapatkan nilai yang buruk di ujian harian, jauh sekali dari yang seharusnya dicapai. Beliau menyuruh Soobin untuk fokus belajar, apalagi sekarang ujian akhir semester sudah ada di depan mata.

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now