Chapter 10 - Why is She?

544 327 202
                                    

Bagi Soobin yang sudah tidak mempunyai siapapun lagi di dunia ini, Yerin adalah satu-satunya harapan. Harapan yang bisa membuat Soobin melewati hidup dengan tenang. Jadi dia bertekad tidak akan pernah meninggalkan gadis itu. Sekarang, setelah dia mengetahui fakta bahwa dia sudah mati dan menemukan alasan kenapa Yerin begitu terpuruk dan selalu melakukan hal-hal gila adalah karena dirinya, Soobin semakin tidak ingin pergi.

Lalu nenek gila di depannya dengan sok tahu berkata kalau Soobin harus menjauhi gadis itu. Hal yang tidak mungkin bisa dia lakukan. Jadi dia menjawab perkataan nenek itu dengan berujar, "aku tidak mau."

Nenek mendelik, "itulah kenapa aku bilang kau akan menghancurkan gadis itu. Dia tidak akan berhenti melakukan hal buruk sampai kau berhenti mengikutinya."

Mendengar itu, hati Soobin jadi goyah. Dia sadar kalau selama ini, sejak saat pertama kali dia mengikuti Yerin kemana pun, gadis itu memang selalu terlihat murung. Dia selalu terlihat sedih seakan semua hal positif dalam dirinya telah disedot habis. Apa itu benar-benar disebabkan oleh Soobin?

Tapi Soobin tidak ingin meninggalkan gadis itu. Dia tahu dia egois sekali. Meskipun sebenarnya... di sisi lain dia juga ingin melihat Yerin menjalani kehidupan normal dengan bahagia. Apa yang harus dia lakukan? Jika yang dikatakan nenek itu benar, untuk bisa membuat gadis itu tersenyum lagi, Soobin harus pergi meninggalkannya.

Itu sulit sekali. Soobin juga tidak bisa pergi ke alam baka begitu saja—dia harus menunggu orang yang belum merelakan kematiannya untuk mengikhlaskan dia pergi. Dan dia yakin sekali kalau orang itu adalah Yerin.

Yerin belum merelakan dia pergi—dan dirinya juga tidak rela untuk pergi, namun dia harus pergi agar gadis itu bisa berbahagia lagi, tapi Yerin ternyata tidak bahagia dengan Soobin yang sudah tidak ada di dunia ini. Memusingkan sekali memang.

Dia melompat-lompat karena kesal. Di sepanjang jalan menuju sekolah dirinya tidak bisa berhenti memikirkan hal itu. Haruskah dia pergi? Haruskah dia terus mengikuti Yerin?

Tanpa sadar Soobin tiba-tiba saja sudah ada di sekolah, di taman tempat di mana dia dan Ahjussi sering mengobrol. "Ahjussi? Anda ada di sini?" Matanya menatap sekeliling, mencari sosok arwah pria tua itu.

"Iya, aku ada di sini." Ahjussi sudah muncul saja tanpa memberi peringatan. Duduk di kursi taman seakan dirinya memang sudah ada di sana sejak awal. "Ada apa?" beliau bertanya.

Soobin ikut duduk di sampingnya, mulai menceritakan semua hal yang mengganjal di kepala. Tentang siapa dirinya, tentang gadis itu. Ahjussi mendengarkan dengan seksama, mengangguk-anggukkan kepala memberi tanggapan.

"Bagaimana aku bisa pergi kalau Yerin belum merelakanku?"

Ahjussi terdiam sebentar, lalu sesaat kemudian mulai berbicara, "kau tahu, untuk membuat orang lain bisa melepaskan, kita sendiri yang harus bisa merelakan terlebih dahulu. Kau mengerti maksudku, kan?" Ahjussi bertanya sebelum melanjutkan, "kita tidak bisa memaksa orang lain untuk melakukan hal yang kita inginkan, tapi kita sendiri bisa melakukan itu."

Soobin memiringkan kepala, agak bingung dengan ucapan Ahjussi.

Ahjussi yang menyadari hal itu, kembali menjelaskan, "Begini, jika dengan berhenti mengikutinya gadis itu bisa kembali mendapatkan hidupnya lagi, dan kau bersedia melakukan hal itu, maka lakukan saja." Beliau menatap Soobin yang hendak menyangkal, namun sebelum itu dia sudah berbicara kembali, "kau tidak perlu khawatir, gadis itu mungkin terpuruk karena baru saja kehilangan, tapi aku yakin dia akan melupakanmu seiring berjalannya waktu."

Ahjussi berkata seperti itu sambil menatap langit, seakan sedang berbicara pada seseorang nan jauh di sana. Mengetahui bahwa anaknya belum merelakan beliau pergi, Soobin yakin sekali bahwa perkataan Ahjussi barusan itu mewakili harapannya sendiri.

Hopeless Shadow || TXT SoobinWhere stories live. Discover now