1. awal√

10.2K 660 19
                                    

BAB 1. Awal

Saat ini di gelapnya malam, tampak seorang pemuda sedang duduk di depan balkon kamarnya, pandangannya tak pernah lepas dari gelapnya langit hitam di atas. Dengan kaos tipis, membiarkan angin malam yang berhembus dingin, menusuk tajam kulit putih pucatnya.

Dia Altair Saskara Sebasta pemuda tampan dan manis. Si pemilik mata indah yang sedikit sipit, hidung mancung bak prosotan dan bibir tebal berwarna merah ceri. Matanya tak pernah lepas melihat bintang yang menghiasi langit malam. Seolah jika ia mengalihkan pandangannya, bintang itu akan pergi dan menghilang dari jangkauannya.

Al, pemuda yang sangat menyukai sesuatu yang berhubungan dengan galaxi.  Ia selalu bermimpi jika sudah sukses nanti, ia akan menjadi seorang astronot yang bisa terbang tinggi menggapai bintang.

“Al pengen jadi bintang, biar gak sendirian lagi. Bunda juga udah jadi bintang, tapi kenapa Al gak?” tatapan semula binar kini meredup menjadi sendu.

Dirinya sangat menginginkan seorang pendamping dalam hidupnya. Bukan sebagai pasangan namun sebagai keluarga. Yah, keluarganya memang terlihat utuh, ada Mama, Ayah dan kedua Abang kembarnya. Hidupnya juga bisa di bilang berkecukupan, Ayahnya seorang direktur besar yang memiliki cabang di mana-manamana-mana bahkan, hidupnya sangat bergelimang harta.

Namun siapa sangka, hidup bergelimang harta bukan berarti bahagia. Semua yang mereka lihat, tidak sepenuhnya salah, keluarganya mungkin memang harmonis, tapi tidak untuk dirinya.

 Yang Ia dapatkan justru kembalikannya. Tidak ada keluarga yang benar-benar menyayanginya, mereka semua hanya memperalat dirinya menjadi anjing mereka, yang harus patuh pada majikannya.

Al adalah remaja ceria dan polos. Namun, justru karena sifat polosnya itu membuat Al di campakan keluarganya sendiri.

 Padahal tak jauh dari itu, sebenarnya Al adalah remaja yang ber-IQ tinggi, tapi karena sifat polosnya yang ingin tahu segala hal, membuat Al harus di klaim sebagai anak bodoh.

Dari dulu, sejak umurnya 5 tahun Al sudah di tuntut menjadi anak mandiri dan sempurna. Apapun yang Al lakukan harus sesuai dengan apa yang keluarganya inginkan.  Jika terdapat kesalahan sekecil apapun itu, Al akan di anggap anak yang tak berguna dan bodoh.

Al adalah remaja yang tidak tahu menahu tentang dunia luar. Karena kehidupan Al tidak pernah lepas dari yang namanya belajar. Ia menghabiskan waktunya hanya untuk belajar belajar dan belajar. Tidak ada sedikitpun waktu untuk bermain, karena  Ayahnya sudah menjadwalkan kegiatannya. Dari membuka mata sampai kembali menutup mata.

Kehidupannya tidak jauh dari kata kekangan dan peraturan. Dari Tk sampai SMP Al hanya homeschooling dan ketika beranjak SMA Ayahnya itu baru mengizinkannya untuk sekolah umum, itupun sehabis sekolah langsung pulang dan belajar.  Benar-benar tidak ada kata bermain dalam hidupnya.

Kembali pada Al, pemuda itu masih tetap nyaman berada di luar, tidak ada niatan sekalipun untuk beranjak masuk kedalam kamarnya. Ia memandangi buku yang berada di tangannya, buku yang menjamin kehidupannya di rumah itu.

Terkadang ia juga merasa lelah dengan kehidupannya yang sangat monoton. Tidak ada kebahagiaan ataupun kesedihan yang ia rasakan hanya sebuah kekosongan. Hidupnya tidak jauh dari kata hampa, ia muak sangat muak. Tapi mau bagaimana lagi, inilah hidupnya. Jika memang ia masih ingin hidup maka ia juga harus membayarnya bukan? Di dunia ini tidak ada yang gratis bahkan dengan keluarga sendiri sekalipun.

Ah, apakah mereka juga menganggapnya sebagai keluarga? Entahlah, selama ia hidup tidak pernah sekalipun mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Mau itu Ayahnya ataupun kedua abang kembarnya.

Matanya beralih menatap jam dinding yang ada di kamarnya, menunjukkan pukul 01:15. Sudah selarut itu, namun Ayahnya belum juga menyuruhnya untuk tidur, padahal Al sendiri sudah sangat mengantuk malam ini. Sudah di bilang bukan, bahwa kegiatan Al sudah dijadwal oleh Ayahnya dari bangun tidur sampai tidur kembali.

Kehidupan Al tidak sebebas kehidupan orang lain pada umumnya. Di umurnya yang dibilang masih remaja labil ia tidak pernah melihat dunia luar kecuali saat sekolah. Membuat ia tidak tau cara berinteraksi dengan orang lain. Yang membuat Al tidak memiliki banyak teman , hanya satu yaitu sahabatnya ketika pertama kali masuk SMA.

Setelah malam terasa bertambah sangat larut, Al memutuskan masuk kedalam kamarnya. Tentunya Al akan kembali menuju meja belajar, melanjutkan kegiatannya sembari menunggu sang Ayah.

"Al harus belajar, biar bisa pintar dan gak malu maluin Ayah sama Mama, dan bisa kayak bang Vano sama bang Vino" Gumamnya memberikan semangat pada dirinya sendiri.

Satu jam berlalu. Sekarang sudah jam 02:30 matanya sudah sangat lelah namun, tidak menghentikan kegiatanya. Sampai pintu kamar terbuka menampakan seorang pria paruh baya yang memasuki kepala 4.

ceklek

"Kamu boleh istirahat sekarang" setelah mengucapkan itu pria tersebut langsung menutup pintu dan pergi dari sana. Dia adalah Mahendra Sebasta, Ayah dari Altair dan kedua abang kembarnya.

"Hah,, Ayah cuma mau ngomong itu ya, padahal Al berharap Ayah ucapin selamat malam buat Al, hahaha Al bodoh banget ya, mengharapkan sesuatu yang mustahil Al dapatkan” Al menertawakan dirinya yang terlalu beharap akan sesuatu. Kemudian membereskan bukunya dan mulai menaiki kasur untuk menuju alam mimpinya.

 


#udah di bilang gak akan banyak yang berubah, hanya keberadaan Air aja yg gw hilangkan.
Typo tandain📌
Tolong vote dan koment🙏
Dan berikan tanggapan tentang bab ini🙏

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now