3. hukuman

5.3K 471 20
                                    

 

Kali ini tujuan Vino taman belakang sekolah, tempat yang sering siswa-siswi gunakan untuk nongkrong. Sampainya di sana Vino melihat pemuda yang tampak familiar baginya, Ia melangkahkan kakinya mendekat. Dan benar saja orang yang sedang tertidur di kursi adalah Al.

"BANGUN!” Teriaknya  lantang membuat Al terjangkit berdiri dengan linglung. Ia memutar tubuhnya dan menatap Vino yang sudah ada di depannya dengan kaget. Sejak kapan ada abangnya di sini, dan jam berapa ini. Pikirnya.

"S sejak kapan a abang  disini" Tanya Al dengan gugup.

"Ini udah bel masuk kenapa lo masih ada di sini" Bukannya menjawab, Vino malah balik bertanya dengan suara dinginnya.

"A anu ini tadi Al lagi ngeringin baju karena basah semua" Al tidak berbohong, namun sialnya baju Al sudah terlihat kering tanpa basah sedikitpun.

"Gw gak mau tau ikut gw sekarang" Vino berjalan terlebih dulu masuk ke dalam sekolah.

"Hufh,, di hukum lagi ya" Gumamnya  mengikuti Vino. Karena mau melawan pun ia yang akan tetap di salahkan.

Disini mereka sekarang, di tengah lapangan indor yang sangat luas. Vino menyuruh Al berlari 10 putaran tanpa berhenti. Sedangkan terik matahari sedang terik teriknya.

Setelah selesai Al menghampiri Vino yang sedari tadi mengawasinya.

"Al udah selesain lari nya, jadi Al udah boleh masuk kan" Tanyanya. Tanpa menjawab apapun, Vino pergi dari sana meninggalkan Al sendirian.

Al mengangkat bahunya acuh,  sudah biasa. Kemudian melangkahkan kakinya menuju kelas 10 B.

"Permisi bu maaf saya telat" Ucap Al sopan membuka pintu kelas.

"Keluar kamu, gak usah ikut pelajaran saya, saya muak dengan semua alasan kamu” ucap guru tersebut marah. Karena memang Al selalu telat masuk kedalam kelas. Entah itu di jam pelajaran apapun, alasanya satu ada urusan yang harus ia urus. Apa itu? Tentu saja di bully dan mendapatkan hukuman.

"Tadi saya ngeringin baju dulu bu karena basah"

"Alah banyak alasan kamu, sekarang kamu keluar dan jangan ikuti pelajaran saya"

"Tapi bu saya harus belajar dan ikut ulangan kalo gak nanti ayah saya marah"

"Saya gak peduli, salah siapa telat, sekarang keluar kamu"

"Bu saya mohon kali ini aja, izinin saya buat ikut pelajaran, saya janji gak akan ngulangi kesalahan saya lagi" Ucap Al memohon dengan mata yang sedikit berkaca kaca. Namun guru itu tidak menggubrisnya dan kembali menyuruhnya keluar.

"Keluar!”

Dengan berat hati Al kembali keluar dari kelasnya dan duduk di Koridor dengan nafas yang memberat. Al tau apa yang akan terjadi kalau ayahnya mengetahui ia tidak mengikuti ulangan.  

Sudah di pastikan, ia akan mendapatkan hukuman. Al tidak masalah dengan pukulan ataupun cambukan, namun yang Al takutkan adalah ketika Ayahnya mengeluarkan kata kata menyakitkan yang membuat traumanya kembali.

Al mulai menggigiti kukunya hingga tanpa sadar sudah berdarah. Seorang guru yang kebetulan lewat di depan Al menghentikan kegiatannya.

"Hey jari kamu berdarah nak" Kata guru tersebut menunjuk jari Al yang sudah mengeluarkan darah.

"Eh saya gak tau pak" Jawab Al menatap jarinya.

"Kenapa kamu gak masuk, kan udah jam pelajaran" Tanya guru tersebut melihat Al duduk sendirian di depan kelas.

"Em saya telat jadi bu guru nyuruh keluar dan gak bolehin saya ikut pelajaran"

"Yasudah kalo gitu kamu jalani saja hukumannya dan jangan ulangi lagi ya"

"Iya Pak"

Setelah itu guru tersebut kembali berjalan pergi dari sana.

Memang semua orang terkadang hanya ingin tau apa yang kita lakukan tanpa mengerti apa yang kita rasakan. Al kembali menatap jarinya dan berfikir 'kenapa ia tak merasakan sakit?'

 Jam istirahat berbunyi, sekarang Al sudah berada di kantin sendirian, karena temanya sedang pergi ke rumah neneknya di luar kota.

Prang

Sedang asik makan seorang siswi terjatuh di sampingnya yang mengakibatkan semua makanan yang di bawa siswi tersebut tumpah berhamburan. Al yang memang anak baik ingin menolongnya, namun siapa sangka kaka kelas tersebut malah menangis.

"Eh kaka gak papa?” Tanya Al membantu kekel tersebut.

"Hiks kamu apa apaan sih kamu sengaja ya nyandung kaki aku?" Jawab kakel tersebut mengundang berbagai tatapan dan cemooh memandang buruk Al.

"Hah?, kakak ngomong apa, Al gak ngerti” Al bingung karena Al tidak merasa menyandung kaki kakel di depannya itu.

"Kamu sengaja kan, kamu marah ya karena aku deketin abang kamu, kamu gak mau kan kalo abang kamu baik ke aku, jadi kamu sengaja nyandung kaki aku buat balas aku hiks hiks"

"Tunggu, maksud kaka apa Al gak ngelakuin apa apa ke kaka, kenapa kaka nuduh Al yang gak gak. Terus ngebales apa?”

"Hiks kenapa kamu jahat banget pura-pura gak tau hiks" Seluruh siswa siswi yang ada dikantin mulai menyalahkan Al dengan berbagai hinaan.

Tak menghiraukan tatapan mereka, Al melihat tetesan air yang menetes di depan matanya. Kemudian Al langsung mengusap kepalanya, menatap mie yang ada di tangannya.

Semua siswa-siswi berpekik seakan merasakan sensasi kuah panas bakso yang baru saja di tuangkan di atas kepala Al.

Namun lain halnya dengan Al, ia malah mengangkat kepalanya dan menatap Gavin dkk yg sudah ada di depannya.

“Kamu apa apaan sih main nyiram aja, emang aku ada salah sama kamu" Kesal Al  melihat Gavin memegang mangkok bakso.

Tak

Gavin menaruh mangkok yang ia pegang di atas meja lalu berdiri mendekati Al.

"Yang lo sandung itu kakak gw btw, jadi ini balasan lo karena udah nyakitin kakak gw" Jawab Gavin santai melipat kedua tangannya di depan dada.

"Siapa yang nyandung kaka kamu, aku aja gak ngerasa, kaka kamu itu jatuh sendiri!" Habis sudah kesabaran Al. Sepertinya pemuda itu sudah muak dengan semua drama yang menimpa dirinya.

"Hahaha lo mau ngelak apa lagi, semua yang ada di sini tau kalo lo emang gak suka kakak gw deketin abang lo iya kan"

"Ya aku emang gak suka liat kakak kamu deketin abang aku, tapi aku gak sebodoh itu buat ngelukain orang ya!”

"Hahahahah bacot lo"

Bugh

Satu Boreman mendarat di wajah Al hingga membuat bibirnya robek.

"Kamu! Selama ini aku udah sabar ya gak ngebales. Tapi kamu makin di biarin makin kurang ajar sama orang*

“Kakak juga, kenapa nuduh aku kalo aku nyandung kaki kakak, dan alasan apa itu membalas karena tak suka?, kakak gak usah playing victim deh, justru kakak yang ngejauhin aku dari abang aku sendiri. Kakak yang selalu nuduh aku gak gak, dan ngebuat abang aku jadi benci sama aku, kalian berdua itu sama, sama sama biadab!” Marah Al pada Gavin dan Caca.

"Hiks ko kamu malah nuduh aku yang gak gak hiks" Tangis Caca dengan air mata buayanya.










#Vote komen jangan lupa.
Kasih tanggapan kalian di setiap bab. Itu bisa bikin gw kembali semangat 📌

Spam kome boleh banget❤

Tanah Tandus || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang