bab 30. hadian untuk Caca

3.9K 482 351
                                    

Pagi ini di kediaman Sebasta, Mahendra telah mengerahkan semua bawahannya untuk mencari keberadaan Al. Raut wajah yang sangat jelas penuh dengan amarah itu, membuat bingung seluruh keluarganya terkecuali 2 wanita licik yang terlihat puas akan hal itu.

Semuanya telah berkumpul di meja makan termasuk Vano dan Vino. Mereka berdua di buat bingung dengan wajah sang ayah yang terlihat tengah menahan amarah.

"Ada apa ayah" karena merasa penasaran, Vino memberanikan dirinya untuk bertanya langsung pada sang ayah.

Bukannya sebuah jawaban yang ia dapat, Mahendra justru pergi dari sana meninggalkan tanda tanya di hati si kembar.

Vino merasa seperti ada yang tidak beres, ia menoleh pada Caca. Tatapan itu bertubrukan seolah Caca memang memperhatikan nya sedari tadi.

"Vino kenapa natap Caca kayak gitu" ujar Caca dengan nada sedikit takut.

"Apa yang lo rencanain kali ini?" ujarnya menatap tajam Caca.

"M,, maksud kamu apa, Caca gak tau"

"Gw tau, selama ini lo yang selalu buat masalah sama Al kan"

"Hiks ko kamu nuduh aku sembarangan hiks"

"Vin, maksud lo apaan nuduh dia tanpa alasan" Timpal Vano.

"Lo, asal lo tau. Semua yang terjadi dengan dirinya sendiri, semua ulah dia sendiri. Dia melibatkan Al, adek gw sebagai mainannya. Buly? Adek gw gak akan ngebully orang kalo orang itu gak nyari masalah"

"Lo tau, Al dia anak baik anak polos yang gak tau apapun tentang dunia ini Van. Ta,, tapi sekarang lo liat kan, perubahan besar terhadap dirinya. Semua itu karena kita, kita yang selalu menyalahkan semuanya sama dia"

"Dan lo, bahkan gw tau kalo lo yang nusuk perut lo sendiri!" tunjuknya pada Caca.

"Vino, kamu itu apa apaan sih, Caca kan gak tau apa-apa tentang keluarga kita" Sonya memberikan perlawanan pada Vino, ia memeluk Caca seolah menenangkan nya.

"Kita? Gw gak pernah nganggap lo sebagai keluarga gw!"

"VINO!" teriak Vano tak Terima, ia merasa Vino sudah keterlaluan.

"Apa! Gak usah munafik No, lo juga sama kayak gw" marahnya ikut pergi dari sana.

"Mulai sekarang, gw gak ada urusan lagi sama kalian. Gw gak akan lagi mau di bodohin sama orang kayak kalian, apalagi di perbudak"

"Dan lo, gw berharap, lo cepet sadar. Bahwa apa yang kita lakukan selama ini salah. Terserah lo mau percaya atau gak, bahwa Al adalah korban sebenarnya" Setelah mengucapkan hal terakhir pada Vano, Vino ikut berlalu pergi dari sana.

Ia pergi menuju sekolah dengan mengendarai motornya dengan kecepatan penuh. Pikirannya hanya satu, Al. Ia akan meminta maaf padanya.

Namun di balik itu semua, ia kembali berfikir bahwa apakah ia bisa mendapatkan maaf dari adiknya?. Apakah ia bisa dekat kembali dengan adiknya sama seperti dulu?. Ia tau, apa yang ia lakukan belum tentu bisa menyembuhkan luka yang adiknya alami. Tapi ia berjanji, bahwa ia akan berusaha menebus semuanya.

"Hah,," Vano menghela nafasnya lelah. Pikirannya masih tertuju pada kejadian kemarin di UKS, perkataan Al selalu terngiang di kepalanya.

Sedangkan di sebuah apartement Al, Kara sudah terbangun dari tidurnya. Karena masih dalam setengah sadar, ia melirik tempat di sampingnya. Mengira bahwa Al masih tertidur.

"Al, bangun. Sekolah ege" ujarnya membuka selimut. Namun siapa sangka, bukan Al yang ada di sana, melainkan sebuah bantal guling.

"Oke, mungkin dia udah bangun" ujarnya kembali berfikir positif. Kemudian masuk kedalam kamar mandi menuntaskan keperluannya. Dirasa cukup, ia keluar dengan seragam yang sudah terbalut apik di badannya.

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now