26. I hate this feeling

5.3K 590 358
                                    

BAB 26. I hate this feeling

 

 

Mereka semua yang ada di sana menatap bingung pemuda yang berdiri di depan meja mereka.

Kecuali Al, pemuda itu masih memakan makanannya dengan santai. Mengabaikan seseorang yang menatapnya tajam.

Namun itu tidak menutupi bahwa ia tahu siapa yang datang. Entah ada angin apa, abang ke satunya datang dan berdiri bak patung di depan mejanya.

Kavi, pemuda itu tersenyum kecil melihat raut wajah Vano yang gampang sekali tertebak olehnya.

Ia jadi ingin memanasi pemuda itu. Dengan niat terselubung, Kavi menggeser bakso yang belum ia sentuh sekalipun, karena sibuk memperhatikan Al makan dengan lahap.

Ntahlah, sekarang melihat pemuda yang sudah ia anggap menjadi adiknya sendiri membuatnya merasa senang, bahkan hanya dengan melihat Al makan pun rasanya ia sudah kenyang terlebih dulu.

“Makan yang banyak, biar adek abang lebih berisi” ujarnya mengelus surai hitam Al.

Mereka yang ada di sana memang sudah biasa, hanya Kara lah yang memutar bola matanya malas melihat tingkah kakak kelasnya itu yang mengklaim sahabatnya menjadi adiknya sendiri.

Padahal kalo di bilang mah mereka juga baru kenal kemarin kemarin.

Vano kembali panas melihat senyum mengejek yang Kavi layangkan untuknya, ditambah Al yang sepertinya tidak terganggu sama sekali. Bahkan anak itu memakan pemberian Kavi dengan santai. Kali ini bertambah 3 mangkok bakso yang ia habiskan.

“Ikut gw, gw mau bicara sama lo” Vano mengepalkan tangannya kencang. Entah kenapa tubuhnya bereaksi sendiri melihat adegan adik kaka di depannya itu. Bahkan dengan tak tau malunya ia sekarang sudah berdiri di depan meja mereka.

“Lo ngomong ama sape? Ngomong tuh sebut nama. Oh apa lo ngajak gw? ” tanya Aldi sedikit bergurau

“Najis”

“Dih, canda doang” Andre menatap Vano sedikit kesal.

“Altair”

“Hah,,” Jengah Al berdiri dari duduknya. Ia benar benar sangat malas menghadapi orang orang aneh yang berada di sekelilingnya.

“Al? ” ucap Kara ikut berdiri.

“Tunggu di kelas, gw pergi dulu” ujarnya pada Kara dan Kavi.

“Kalo ada apa apa bilang sama abang” Kavi menepuk pundak Al dengan lembut. Setelah itu mereka semua bubar.

Kavi dkk dan Kara yang memasuki kelasnya masing-masing, dan Al yang berjalan mengikuti Vano dari belakang.

Beberapa menit berjalan Al di bingungkan dengan Vano yang membawanya ke UKS.

“Duduk” ujarnya dingin memerintahkan Al duduk di brangkar. Dan dengan malas Al duduk sesuai perintah. Sudah di bilang bukan hari ini ia sedang sangat malas menghadapi orang orang aneh di sekitarnya.

“To the point, gw mau ke kelas”

“Buka jaket lo”

Al menaikan alisnya bingung, maksudnya apa?.

“Gak” jawabnya berdiri dan hendak pergi, namun sebelum itu.

ceklek. Clik

Pintu di kunci dari dalam oleh Vano, dan pemuda itu mengantongi kuncinya di dalam saku celana.

“Lo apa apaan sih, minggir gw mau ke kelas” kesal Al menatap Vano malas.

“Lepas sendiri atau gw lepasin” Peringatnya.

Tanah Tandus || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang