24.mari selesaikan

4.8K 581 330
                                    

BAB 24. Mari selesaikan

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 04:00 subuh. Namun sepertinya pemuda yang sedari tadi duduk di depan balkonnya tidak ada niatan sama sekali untuk memanjakan tubuhnya di atas kasur. Ia hanya diam menikmati pencahayaan bulan dan bintang yang menerangi langit yang  masih menggelap.

Ditangannya terdapat figura rocket berwarna abu abu pemberian sang sahabat. Namun matanya masih tidak teralihkan pada pemandangan indah di atasnya. Bisa di tebak, pemuda itu sedang memikirkan banyak hal dalam pikirannya.

“Hah,, bunda Al sadar bahwa keputusan apapun yang akan Al lakukan selanjutnya akan berdampak besar bagi hidup Al di masa yang akan datang. Al udah punya prinsip bunda, yaitu gak akan ngizinin siapapun buat mengambil alih kemudi bus yang Al jalankan”

“Dulu, saat Al masih polos yang gak tahu soal apapun,  Al hanya bisa jadi ekor, Ya, ekor. Ekor yang senantiasa mengikuti ucapan mereka walau sebenarnya hati Al menentang”

“Tapi sekarang bunda gak usah khawatir, mata Al udah terbuka. Hidup buat Al belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri tanpa adanya interupsi”

“Bunda jangan kecewa sama perubahan Al yah. Al juga sebenarnya gak mau bunda, tapi kalo gak kayak gini, mereka akan terus memperalat Al. Tapi Al janji abis semuanya selesai Al akan pergi jauh dari mereka semua” ucapnya panjang lebar entah pada siapa. Tak terasa setetes air mata jatuh dari tempatnya.

Hatinya merasakan kekosongan dan kerinduan secara bersamaan. Kekosongan yang tiada henti semenjak kepergian sang bunda, dan kerinduan yang begitu menyiksa di di relung hatinya.

Rindu pada sosok bidadari yang kini telah jauh di atas sana, meninggalkan nya sendirian tanpa seorang kawal pun.

Di titik tertentu, Al juga seperti itu. Menangis tersedu memunguti kembali puing-puing kehancuran diri sendiri satu persatu. Saat merenungi betapa sakit, hancur muak dan benci pada dirinya sendiri yang tidak berdaya. Yang ia lakukan hanya menerimanya sambil terus berjalan maju. Sebab di luaran sanapun iblis tau, tak ada pilihan lain selain itu.

Ting ting ting ting ting

Notifikasi dari ponselnya sedari tadi berbunyi. Namun ia tak menggubrianya sama sekali, mengabaikan seseorang yang mungkin sangat menghawatirkan dirinya di luar sana.

Kini pandangannya beralih pada rocket yang ia genggam sedari tadi.

“Al bisa bebas kan bunda?”

“Al emang gak sakit, tapi rasanya semuanya kaku. Semuanya mati rasa”

Yah, itulah Al. Remaja yang tampak dingin diluar, namun ketika di dalam dan sendirian ia akan menceritakan semua keluh kesahnya pada sang bintang. Seolah berbicara dengan seseorang, ia akan memanggil bundanya di setiap tutur kata yang keluar dari mulut kecilnya. Seolah mengadu, ia mencurahkan semua yang sekiranya mengganggu pikirannya.

Setelah di rasa cukup, ia mulai masuk. Menaruh figuranya dan mengambil laptopnya.

Kemudian setengah berbaring di kasur dengan punggung yang ia sandarkan pada kepala ranjang.

Nampaknya mata itu memang tidak ada sedikitpun rasa kantuk yang menyerang. Padahal semalaman ini ia belum tidur sama sekali.

Tanpa tunggu lama, dengan gerakan cepat dan lihai, jari lentiknya mulai mengetikan sesuatu disana.

Di sana, tertera banyak sekali foto foto dan video yang ia ambil sendiri selama ini.

Bukankah sudah dikatakan, bahwa selama ini Al telah mencari bukti bukti yang selama ini ia butuhkan?.

Tanah Tandus || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang