15. eskrim

4.9K 505 14
                                    


B

AB 15. Eskrim

 

Pagi ini di mansion Sebasta Al di kejutkan dengan keberadaan Caca di meja makan, cewek itu duduk di sebelah Sonya, ibu tiri ke tiga anak Mahendra.

Mereka semua sudah tau bahwa Caca adalah ponakan dari Sonya, namun yang tidak mereka ketahui ada sesuatu di balik hubungan keduanya, dan hanya Al yang tau, karena selama ini Al sudah menyelidiki semuanya tinggal tunggu tanggal mainnya.

Sonya meminta izin pada Mahendra agar Caca bisa tinggal bersamanya karena orang tuanya kecelakaan, sedangkan Gavin, anak itu ikut dengan adik Sonya.

Mahendra menyetujuinya tanpa tahu alasan apa di balik semuanya. Vano dan Vino juga nampak tak terganggu, mereka semua duduk dengan santai melingkari meja makan.

Namun yang membuat Al bingung, belum ada yang memulai makan seperti biasanya.

Saat kakinya ingin melangkah pergi dari sana suara berat milik Mahendra masuk ke dalam indra pendengarnya.

“Al, duduk dan sarapan” ucapnya dengan nada sedikit lemah.

Tak ingin membuat keributan, dengan malas Al duduk di samping Vino, jelas itu membuat sang empu merasa senang sekaligus bahagia bisa duduk disamping sang adik.

Yah, Vino sudah bertekad akan memperbaiki hubungannya dengan sang adik, ia sungguh merasa bersalah dengan Bundanya, dan juga ia tidak suka dengan perubahan Al yang jelas ia akan memperbaiki semuanya, ia akan melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai seorang kaka.

Mereka semua makan dengan tenang tanpa kecuali, Vino memberikan sayur di piring Al, perlu diketahui Al adalah pecinta sayur, apalagi lobak hijau untuk campuran mie instan.

“Kau suka ini kan”

Al hanya diam menerima dan memakannya tanpa beban, tak memusingkan tentang perubahan mereka semua terhadap dirinya, ia hanya perlu makan dan segera pergi dari sana.

Vino merasa sangat senang karena pemberiannya tidak di tolak oleh Al, sedangkan semua orang menatap mereka dengan diam.

Vano dan Mahendra memiliki perasaan iri sekaligus tidak suka, hatinya memanas seolah terbakar.

“Al, kalung kamu bagus deh, beli di mana?” tanya Caca mengalihkan perhatian mereka.

Al menatap kalungnya dan mmemasukannya ke dalam baju, ia kembali makan tanpa menjawab pertanyaan tak berguna itu, dan pergi setelah selesai mengisi perutnya.

“Dimana sopan santun mu Al, apakah seperti itu caramu keluar dari rumah?” Dingin Mahendra.

Al berhenti, “Saya tidak memiliki sopan santun karena tidak ada yang mengajarkan saya apa itu sopan santun” Jawabnya lebih dingin dan pergi meninggalkan mereka semua yang terdiam dengan perasaan masing-masing.

“Vano, nanti aku bareng kamu yah” ucap Caca mengalihkan perhatian mereka aemua.

“Iya, nanti kamu bareng Vano, ya kan Vano” bukan Vano yang menjawab, melainkan Sonya. Vano hanya diam tanpa menjawab.

“Mas, mau bawa bekal apa, biar aku siapin”  Sonya berdiri hendak menyiapkan bekal untuk suaminya.

“Gak perlu” jawab Mahen, kemudian pergi dari sana.

Dibawah meja, Sonya mengepalkan tangannya kuat, kesal karena baru saja di abaikan oleh sang suami.

“Vino”

Sebelum bertanya Vino juga ikut berdiri pergi dari sana, di ikuti Vano.

“Caca, kamu harus buat mereka tunduk sama kamu, bikin mereka semua benci sama anak itu, mengerti” Lirihnya menatap Caca penuh ambisi.

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now