8. berubah part 3

5.9K 585 72
                                    

Setelah pengakuan mengejutkan seluruh kelas itu, kini Al dan Kara sudah duduk anteg di kursi kantin dengan berbagai macam makanan yang ada di atas meja mereka.

Pelakunya adalah Kara, pemuda royal dengan suara pekikan yang mirip dengan lumba lumba itu memean banyak makanan seperti siomay, batagor, bakso mi ayam dan berbagai macam ciki.

Jangan salah, walaupun sekolah itu tergolong sekolah kalangan atas, namun tetap melestarikan jajanan ana muda pada masanya.

Kara memakan makanannya dengan mata yang terus menatap Al dengan serius seperti mengintimidasi.

“Sekarang lo jelasin ke gw kenapa berubah, gw kaget njir balik balik lo udah kaya orng lain. Mana tampang tabok eble lo itu hah” ocehnya sembari menyuapi mulutnya.

“Hah,,” helaan nafas kasar keluar dai mulut Al yang sudah jengah mendengar pertanyaan yang di lontarkan sahabatnya itu.

“Gw capek” dua kata yang membuat Kara mulai fokus kearah pembicaraan.

Walaupun Kara dan Al berteman belum terlalu lama, namun hubungan pertemanan mereka sudah sangat dekat, bahkan Kara sudah menganggap Al sebagai adik polosnya.

Tentang apa yang Al alami di keluarganya, Kara juga sudah mengetahuinya sejak lama, karena Al selalu menceritakannya padanya.

“Akhirnya, selama ini penantian gw buat nunggu lo berubah terkabul juga. Menurut gw, lo udah bener, apa yang lo lakuin sekarang adalah untuk diri lo sendiri. Lo juga berhak bebas Al” ucap Kara mengangkat kedua tangannya bersyukur.

“Terus kenapa lo kaget liat perubahan gw”

“Ya gimana gak kaget, ekspetasi ge gak setinggi itu ya bayangin lo seberubah ini, gw kan bayanginya lo jadi bocah nakal ke gw, gak dingin lempeng gini” jawab Kara membuat Al memutar bola matanya malas.

“Terus terus reaksi keluarga lo gimana liat perubahan lo”

“Ya gak gimana gimana, orang gw liat mereka aja ogah”

“Widih,,, perlu gw acungin jempol perubahan lo, tapi lo gak boleh dingin dingin sama gw ya, awas aja pokokya. Huhu,, Al gw yang polos nyerempet goblok udah gak ada, udah berubah jadi kanebo kering huaaa,,, tapi gak papa. Gw selaku orang yang lebih tua dari lo, akan selalu mendukung apapun keputusan terbaik lo”  ucap Kara menghapus air mata buayanya di akhiri dengan tepukan kuat di dada.

Al yang melihatnya hanya menghela nafas pasrah dengan kelakuan sang sahabat, sudah biasa kranya begitu jadi ia tidak kaget lag.

Mereka melanjutkan makannya dengan tenag, hingga suara tikus terjepit merusak pendengaran mereka.

KLANG

“Hiks s sakit,, hiks kaki aku sakit hiks hiks” Caca, kakak kelas itu sudah duduk di lantai dengan memegang kakinya yang sedikit berdarah.

Al dan Kara saling pandang dan mengangkat bahunya acuh. Udah biasa juga mereka melihat drama itu.

“HIks kamu itu ada masalah apasih sama aku, selalu aja begini hiks” tangisnya lagi menatap Al dengan raut wajah tersakiti.

Al menaikkan satu alisnya, merasa dejavu dengan situasi ini, Ah ia ingat saat kejadian di kantin 5 hari lalu yang berakhir ia mendapatkan hukuman dari sang Ayah.

Kara, pemuda bar bar itu menyemburkan minumanya pada rambut Caca. Terkejut dengan apa yang barusan Kakel cengeng itu katakan.

“Hiks kamu apa apaan sih hiks jorok tau” ujar Caca menguap rambutnya yang basah.

“Hehe sory ngab, gw syok tadi”

“dan juga, lo tadi ngomong apa? Lo nuduh temen gw?” marahnya tak terima, namun kembali meminum minumannya.

“Hiks emang dia kan yang nyandung kaki aku sampe jatuh, hiks liat minuman aku tumpah semua dan kai aku berdarah kena pecahan gelas hiks” tuduhnya menunjuk luka kecil di pergelangan kakinya.

“Lah njir luka segitu doang nangis gila, anak kecil aja luka segitu langsung berdiri lanjut main, ck ck ck”

“Hiks sakit tau hiks hiks”

“Idih jijay,,,”

Al hanya menonton pertunjukan di depannya sambil menyuapkan siomay milik Kara ke mulutnya. Al hanya akan bersikap lembut hanya pada orang yang membuatnya nyaman, contohnya Kara.

Hingga kedatangan Vano dkk mengalihkan perhatian selurh penjuru kantin.

Mereka langsung menuju keributan tersebut, menatap Caca yang udah bersimpuh di samping meja Al.

“Ck, gw udah peringatin sama lo untuk gak buat masalah lagi Al” kata Vano membantu Caca berdiri.

Al tak bergeming, ia masih memakan siomay milik Kara hingga sang pemilik mengaga.

Siomay gw..gw baru makan satu njir batin Kara menatapi siomaynya yang sudah habis di makan Al, dilanjutkan dengan jus miliknya.

Jus gw,,,, bentar sejak kapan si Al jadi tukang palak ngab. Ujarnya kembali menelan ludahnya kasar melihat jakun Al yang naik turun menelan semua jus miliknya.

BRAK

“Lo denger gak sih hah! Gw ngomong sama lo, Ayah udah meringatin lo biar gak bikin masalah lagi, tapi apa yang barusan lo lakuan brengsek” kesal Vano menggebrak meja mereka.

“Weshh santai bang, santai ni makanan gw ntar tumpah semua, mubazir kalo kebuang, nyari duit susah nih” jawab Kara menormalkan mejanya yang bergoyang, sangat beda jauh dengan dirinya yang selalu menghamburkan uang.

“Hiks Vano tadi kaki aku di sandung sama dia hiks liat jus aku tumpah dan kaki aku berdarah” adu Caca memprofokasi keadaan. VAno yang memang gampang emosi langsung mengangkat kerah Al.

Sedangkan Al hanya menatapnya dengan santai namun tatapanya dingin dan menusuk. Semua yang ada di sana kembali bungkam todak ada ang berbicara sedikitpun, termasuk melihat perubahan Al yang jauh berbeda hari ini.

“Gw gak ngapa ngapain” jawabnya datar. Semuanya tersentak dengan nada dingin itu, termasuk Vano dkk. Dan jangan lupakan Kara yang tersenyum miring merasa bangga dengan sahabatnya.

“Terus ini apa hah, Caca bilang lo yang nglukai dia, jawab hah”

Al menatap kaki Caca dengan datar, luka sekecil itu di permasalhkna heh? Ok mari kita buat luka yang sesungguhnya.

Menepis  tangan Vano dari kerahnya dengan kasar, dan berjalan menghampiri Caca yang berdiri di belakang Vano dengan raut cemas.

Caca mundur beberapa langkah, sungguh tatapan Al membuatnya takut.

Kemudian Al berhenti di depan Caca, masih dengan mata yang menatap kakinya.

BRUK

Tak di sangka, tanpa aba aba Al menendang kaki Caca hingga cewek tersebut kembali jatuh.

Semua yang ada di sana membelalakan matanya tak terkecuali.

“Udah, sekarang gw udah ngelakuin apa yang lo katakan, see gw tunggu hukumannya di rumah, ralat neraka” ucapnya berbalik menatap Vano dingin dengan menekan kata neraka. Dan pergi dari sana di susul Kara.

Eh, tapi liat deh, itu baju Al basah kena jus yang kak Caca bawa kan yah, soalnya kalo kak Caca di sandung kan jatuhnya kesamping yang oomatis baju Al gak akan kena dong. Wah,, kak Caca pasti boong dan nuduh Al sembarangan.

Ujar siswi yang memperhatikan semuanya dari awal, membuat mata mereka tertuju pada punggung Al yang basah berwarna merah.

Sedangkan di pojok kantin terdapat pemuda yang tersenyum miring menyaksikan drama di depannya.

Menarik.

 










#tebak aja siapa😆
Gitu ajalah gw lagi males pokoknya kasih tanggapan.
Vote koment harus jan cuma baca doang, gw juga kadang kesel liat vote sama liat beda banget😀

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now