12. ada apa dengan mereka?

5.6K 543 20
                                    

BAB 12. Ada apa dengan mereka?

Banyak orang yang menilai orang lain hanya dari luarnya. Bagi mereka, memberikan penilaian pada orang lain itu lebih mudah daripada menilai diri sendiri.

Segala hal di nilai, entah dari segi fisik, penampilan, karakter, sikap dan lain sebagainya.

Bahkan dengan orang yang pertama kali bertemu pun mereka akan melakukan hal seperti itu.

Sama seperti Al, dengan perubahan Al yang kian mencolok, membuat semua pandangan seluruh orang berubah menilainya.

Tidak ada tatapan menghina, tidak ada tatapan jijik, semua berubah sejak Al memperbarui penampilan dan karakternya.

Seolah lupa dengan perlakuan mereka dulu, kini mereka mulai memuja ketampanan dan kewibawaan Al.

Mereka mulai mendekatinya, menatap kagum padanya, bahkan mereka tak segan untuk memberikan beberapa hadiah. Namun, Al yang dulu dan yang sekarang itu berbeda, jika itu dulu mungkin Al akan menerima semua hadiah dari mereka dan menyimpannya dengan senang.

Tapi, untuk Al yang sekarang, jangan harap, ia akan menolak semua hadiah tersebut tanpa basa basi.

Kini tujuan hidupnya hanya dua, membuat mereka menyesal, dan hidup tenang tanpa sosok keluarga.

Al muak dengan yang namanya keluarga, baginya mereka yang kalian sebut keluarga tak lain hanya sebuah luka.

Jujur saja, Al tak sepenuhnya berubah, ia juga manusia biasa yang masih bisa merasakan apa itu yang namanya sakit.

Walau mungkin yang ia maksud dengan sakit bukanlah luka fisik.

Selama ini, mereka yang di sebut keluarga adalah pemeran utama dalam setiap lukanya, jika orang lain bilang keluarga adalah tempat pulang ternyaman, dan rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, maka bagi Al, keluarga adalah luka terhebat yang Al punya, dan rumah adalah tempat paling mengerikan yang pernah ia tempati.

Di mana, dibangunan itu Al akan menerima banyak pukulan, cambukan, hinaan dan kata kata menyakitkan yang ia dapatkan.

Ayah yang mereka sebut sebagai superhero anak laki-laki nya, bagi Al, Ayah adalah monster mengerikan yang pernah ia lihat.

Kedua saudaranya, yang mereka sebut sebagai panutan, nyatanya mereka juga turut andil dalam menyobek luka di hatinya.

Namun sekarang, semuanya sudah berubah, ia tidak akan membiarkan siapapun kembali mengambil haknya, yaitu kebahagiaan.

Sudah cukup kiranya ia mengalah, sekarang ia akan berjuang semaksimal mungkin, hingga bisa bertemu dengan bundanya.

Ia akan menguak semua masalah yang telah menghancurkan keluarganya, tidak, tapi hidupnya.

Sekarang kita kembali pada sang pemeran utama. Hari ini semua adalah hari Senin, dimana semua murid akan di kumpulkan dalam satu lapangan dengan terik matahari yang menemani mereka, hari yang paling di benci semua murid, bahkan Al sendiri.

Ia sudah berbaris rapi di barisan kelasnya, di sampingnya ada Kara yang tengah bersembunyi di balik tubuh tinggi Al.

Memang sudah biasa, Al akan menjadi payung dadakan untuk kawan bar barnya itu, lihat saja Kara sedari tadi menyuruhnya agar tidak bergeser, ataupun bergeser untuk menyesuaikan bayangan teduhnya.

“Al, geseran dikit sini, muka gw kena sinar, ntar kusam lagi” decak Kara menarik tubuh Al, agar berada di posisi yang tepat seperti keinginannya.

“Sinian lagi, sini sini, nah eh, sini lagi, nah ok. Inilah gunanya punya temen bongsor mwehehe” lagi, Kara kembali mengatur posisi yang pas dengan menarik baju Al, dan sialnya Al hanya diam tak mau menanggapi.

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now