18. penyerangan

4.7K 555 87
                                    

BAB 18. Penyerangan

 

Hidup adalah serangkaian masalah, itulah kenyataannya. Mau semenyangkal apapun kamu, tapi kenyataannya memang seperti itu.

Satu masalah belum selesai, timbul masalah lainnya. Seolah semesta memang tidak mengizinkannya untuk beristirahat barang sebentar.

Lihatlah sekarang, saat ini ada banyak orang yang menghadang jalannya, mereka semua memiliki perawakan tinggi dan besar.

Sekitar 20 orang sudah mengepung mobilnya, yah ingatkan Al untuk membeli motor setelah ini.

Driver yang mengemudi takut dengan situasi yang terjadi sekarang, semua orang berbadan besar itu benar-benar mengepung mobilnya tanpa celah.

Mereka terus mengetuk kaca mobil dengan keras, menimbulkan suara brisik yang mengganggu pendengarannya.

“Den, ini gimana? Atau saya telfon polisi aja?”

“Gak perlu, pergi” Al mengeluarkan 2 lembar uang berwarna merah lalu keluar dari mobil dan menyuruh driver itu pergi meninggalkannya sendirian dengan banyaknya orang yang sudah mengepung dirinya.

Saat ini memang Al berasa dalam kawasan yang sepi, karena misi yang ia lakukan berhubungan dengan dunia luar.

“Apa maksud kalian” ujarnya dingin, matanya menatap tajam orang yang diyakini adalah bos dari mereka semua.

“Wah wah,, hanya bocah ingusan seperti ini kenapa harus menyuruh beberapa orang hanya untuk menghabisinya”  jawabnya menilai Al dari atas hingga bawah, sungguh Al benci itu. Dari semua orang kenapa suka sekali menilai orang dari luarnya saja heh.

“siapa?!”

“Hohoho,, sangat to the point bukan. Tidak usah terburu buru nak, mari kita bermain sebentar aku akan mengantarmu bertemu dengan ibumu, ah aku berfikir apakah dia sangat cantik? Aku jadi ingin menyicipnya”

Al mengeraskan rahangnya, giginya bergemelatuk menahan gejolak amarah yang mulai menguasai dirinya, berani beraninya bajingan itu menghina ibunya dengan mulut menjijikkannya itu.

“Ok tak usah basa basi, serang!”

Mendapat interaksi dari bosnya, mereka semua mulai menyerang Al dengan membabi buta, dan Al menerimanya dengan senang hati.

Ia tidak masalah jika ia di hina orang lain, namun jika sudah menyangkut sang ibu ia tidak akan mentolerirnya.

Terjadilah perkelahian yang sangat tidak seimbang, 1 lawan 20 orang. Mereka semua menggunakan senjata dan untungnya Al selalu membawa barang miliknya yang sudah ia beli di toko barang antik. Yaitu belati berukiran naga di gagang dan besinya.

Al juga tak kalah lihai dalam bertarung, ia sudah sangat hafal dengan semua gerakan menggunakan senjata sekalipun, karena ia telah belajar pada orang yang tepat.

Al menyerang mereka dengan membabi buta tidak ada kata sakit di hidupnya, walau beberapa goresan dan pukulan sudah ia dapatkan sedari tadi.

Bugh bugh set krak

Bugh bugh bugh krak bugh

Bugh krak bugh krak sret kuakh,,,

Arghh,,, bugh krak Argh... Kuakh,,,

Suara pukulan, patahan tulang goresan alat tajam dan teriakan mengerikan menjadi satu mengisi gang yang terlihat sepi itu.

Semua lawannya tumbang, wajahnya sudah kotor berwarna merah karena percikan darah dan luka bocor di kepalanya, hingga menyebabkan darah mengalir membasahi mata dan pipinya.

Tanah Tandus || ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora