bab 31. proses

2.5K 336 23
                                    

Di lain tempat, tepatnya kelas Al dan Kara. Terjadi keributan yang di sebabkan oleh Vino. Ia tengah beradu argumen dengan Kara karena menanyakan keberadaan Al.

“Udah gw bilang dari tadi, gw gak tau Al dimana!” teriak Kara tak Terima saat Vino menuduhnya menyembunyikan keberadaan Al.

“Lo temennya jadi lo pasti tau dia dimana kan!” Jawab Vino tak mau kalah. Ia yakin, bahwa Kara tahu dimana Al.

“Heh tolol, dimana mana sodara lebih tau keberadaan adiknya di banding temennya bodoh!”

“Semalem dia gak pulang. Dia juga gak ngabarin dia dimana”

“Ya gimana mau ngabarin, orang nomor nya aja kalian blok! Dasar bego”

Vino terdiam, ia teringat sekarang. Bukan ia yang tak mempunyai nomor Al, melainkan mereka lah yang memblokir nya karena merasa terganggu.

Karena dulu, Al akan selalu mengirimkan pesan apapun itu. Mulai dari hal kecil maupun besar, Al akan mengirimkan pesan kepada mereka tentang apa yang dia alami dan sukai.

“Nah kan, nyadar lu. Kemarin kemarin kemana lo hah. Giliran dia berubah aja pada peduli”

“Gw heran sama sistem keluarga lo. Anak orang di sayang di baek baek, anak sendiri malah gak dianggap di siksa lagi. Ups,,” Cibir Kara menutup mulutnya di akhir. Sungguh kesal rasanya melihat perubahan saudara Al yang baru sadar akan kesalahannya sekarang. Itu benar-benar membuatnya merasa jengkel.

“Gw tanya sekali lagi, dimana Al. Lo pasti tau kan dia dimana!” bukannya menjawab, Vino justru kembali bertanya mengenai Al yang tidak berangkat hari ini.

“Bodo lah, orang di bilang gw gak tau juga. Lagian yah, kalaupun gw tau, gw juga gak akan kasih tau lo ege! Udah sana lo pergi ganggu orang aja”

“Ck” setelah mendapatkan jawaban yang tak sesuai dengan harapannya, Vino benar benar pergi meninggalkan Kara yang tersenyum kemenangan. Ia menatap puas akting nya karena berhasil mengelabui abang kedua Al.

“Hehe salah siapa bikin gw kesel. Lagian yak, kakak mana yang gak tau sama sekali tentang adeknya. Ya cuman keluarga kampret itu!”

“Hih, mikirinnya aja bikin ge naik darah”

“Si Al juga, kenapa bisa sampe nemplok di kediaman Ganendra” Gumamnya melihat pesan yang dikirim Al. Disana tertulis bahwa Al sekarang berada di kediaman Ganendra.

“Lah, Pantesan tuh suara kagak asing njir, ternyata suara si Kevin” lanjutnya mengingat suara di balik orang yang mengangkat telfonnya.

14:00

Di sisi Mahendra, ia sedang duduk di kursi kebanggaan nya. Di ruangan pribadinya yang berada di kantor.

Kaca mata epic yang bertenger di kedua matanya, menunjukkan betapa kharisma dirinya. Wajah tampan yang masih terlihat jelas di umurnya yang sudah memasuki kepala 4, membuat siapapun ingin menjadi pendamping hidupnya. Namun, siapa sangka bahwa wajah tampan itu justru tak menutupi bahwa ia telah merusak keluarganya sendiri. Bahkan tak segan menghukum buah hatinya hanya karena masalah yang belum tentu ada buktinya.

Tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya dari banyaknya dokumen yang berada di atas meja miliknya.

“Masuk” ujarnya mempersilahkan.

“Permisi tuan, saya mau melaporkan bahwa saat ini, saya sudah menemukan titik keberadaan tuan muda Al”

“Bawa dia kembali. Dan bawa ke tempat biasa” perintahnya tegas.

“Baik tuan” Setelah kepergian Anton, Tangan Mahendra mengepal kuat mengingat sebuah video yang di kirimkan padanya malam tadi.

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now