6. berubah part 1

6.1K 579 16
                                    

Tidak semua orang bisa berdamai dengan keadaan. Tidak semua orang bisa bertahan di situasi yang mereka kira mereka bisa melewatinya. Tidak semua orang bisa bisa menerima segala hal yang mereka alami dalam hidupnya. Tidak semua orang setabah, sesabar dan sekuat itu.

Mau sekuat apapun manusia, pasti memiliki titik lelahnya tersendiri. Sama seperti Al, hidup bertahun-tahun dalam kebencian dan tuntutan keluarganya sendiri, membuat ia muak dengan segalanya.

Tidak ada yang istimewa di hidupnya, Semuanya memuakkan. Ayahnya dan kedua abang kembarnya berperan besar dalam kehancuran hidupnya.

Setelah kepergian sang Bunda, ia disalahkan menjadi salah satu penyebabnya. Mereka beranggapan bahwa sang Bunda meninggal karena menolongnya dari tangga. Padahal pelaku sebenarnya bukanlah ia. Bundanya memang meninggal karena di bunuh, namun bukan dia pelakunya.

Waktu itu saat keluarganya sedang mengadakan pesta kecil kecilan dalam rangka merayakan ulang tahunnya yang ke 5 tahun. Ayah dan ibunya mengundang semua rekan teman dan sahabat terdekatnya untuk datang ke acara itu.

Tampak di awal seperti biasa, pesta berjalan dengan lancar. Tidak ada gangguan maupun serangan dari kolega Ayahnya. Semuanya tampak bahagia, begitu juga dengan Al.

Namun ketika semuanya sedang berbicara dengan rekan masing-masing, tinggallah Al dan Bundanya yaitu Clarissa Putri Sebasta. Ah, jangan lupakan sahabat Bundanya yang juga ikut duduk bersama dengannya di lantai 2.

Namun saat mereka akan turun kebawah ke lantai 1 dimana semua orang berada, Tiba-tiba dari arah belakang Sonya, selaku sahabat Clarissa mendorongnya dengan kuat sehingga Clarissa jatuh dari tangga hingga berguling-guling mengenaskan. Walaupun tangga yang mereka lalui tidak setinggi itu, namun dorongan yang cukup kuat membuat tulang rusuknya patah hingga menembus jantungnya.

Sedangkan Sonya justru berlari bersembunyi meninggalkan Altair kecil yang syok melihat kejadian di depannya.

Semua yang ada di lantai satu berteriak histeris menatap Clarissa yang penuh darah dan Al secara bergantian. Karena posisinya Al berada tepat di ujung tangga tempat Bundanya dan ia berdiri.

Setelah semuanya menyaksikan kejadian tersebut, Sonya keluar dari persembunyiannya dan berlari kencang dengan air mata yang membasahi pipinya, menghampiri Al dengan tatapan tak percaya.

Dan disitu Sonya mengatakan bahwa Al lah yang telah mendorong Bundanya sendiri karena keinginannya tidak dituruti. Padahal saat itu Al benar-benar tidak meminta apapun pada Bundanya.

Al yang tidak tau apa apa menangis meraung berlari turun kebawah menghampiri Bundanya yang sudah tidak bernafas lagi.

Semua yang ada di sana percaya pada Sonya dan mulai menyalahkan Al atas kejadian tersebut. Sedangkan Sonya, berteriak bangga dalam hatinya. Berfikir bahwa posisi Clarissa akan menjadi miliknya. Dan 2 bulan kepergian Clarissa, Mahen dan Sonya menikah dengan embel-embel keinginan terakhir mendiang Clarissa. Tentu saja itu bohong, karena Sonya sendiri yang mengatakannya. Mahen yang sangat mencintai istrinya hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan terakhir istrinya itu. Dan sejak itu kehidupan Al berubah seperti di neraka, tidak ada kasih sayang, walaupun secarcik perhatian pun. Yang ada hanyalah cacian penghinaan dan kekerasan yang dilakukan oleh keluarganya.

Kembali ke pemeran utama kita, yaitu Altair Saskara Sebasta. Pemuda itu tengah berbaring lesu di ranjang kamarnya, dengan tangan kanan dan kaki kiri yang di rantai ke sisi ranjang. Tatapan yang biasanya penuh binar dan polos, kini berubah datar dan kosong. Untuk luka yang ada di seluruh badannya sudah di obati oleh para bodyguard Ayahnya.

Namun, sudah 5 hari ini Al tidak di beri makan ataupun keluar dari kamarnya. Yah, Mahendra mengurung Al dikamarnya dengan kondisi demikian tanpa memberi makan selama 5 hari ini. Bahkan Baju yang Al kenalan pun masih tetap sama seperti terakhir kali ia pakai, yang berarti itu juga Al tidak mandi. Bagaimana bisa? Sedangkan tangan dan kakinya pun di rantai tanpa melonggarkan nya hanya sekedar untuk ke kamar mandi, alhasil Al hanya menahan keinginannya itu.

Saat sedang memandangi langit-langit kamar, Tiba-tiba seseorang memasuki kamarnya. Al tidak menghiraukan itu, tatapannya masih sama menatap langit kamar yang penuh dengan hiasan bintang itu.

"Hukumanmu sudah selesai, tapi ingat, jika kau melakukan kesalahan seperti terakhir kali itu, Ayah tidak akan segan segan untuk menghukummu lebih dari ini" suara bariton itu tampaknya tidak mengalihkan tatapan Al.

"Lepas rantainya dan berikan dia makanan" titah Mahen menyuruh bawahannya.

"Siap tuan"

Mereka mulai melepaskan rantai yang melilit tangan dan kaki Al dengan hati hati, karena tangan dan kaki Al yang memiliki banyak lebam di sekitarnya.

Mahen memperhatikan semuanya hingga selesai, namun perhatian Al sama sekali tidak berubah, ia masih menatap langit atap kamarnya seolah terdapat sesuatu yang sangat menarik disana.

Mahen yang melihat raut wajah Al yang sedikit,,, berbeda dengan alis yang terangkat.

"Ada apa dengan anak ini, mengapa tidak ada reaksi apapun seperti biasanya. Raut wajahnya pun seolah tak menunjukkan emosi apapun, dan apa apaan itu, ia tidak menatapnya disaat ia berbicara? Ia justru menatap atap langit yang tampak biasa itu" gumam batinnya merasa ada yang berbeda dari anaknya itu.

"Kau boleh sekolah sekarang, jangan lakukan hal bodoh seperti kemarin. Lakukan semuanya seperti biasa, dapatkan nilai yang sempurna. Jangan mempermalukan nama keluargaku hanya dengan kebodohanmu itu" setelah mengatakan itu, Mahen keluar dari sana di ikuti bawahannya.

Setelah kepergian Ayahnya, Al langsung bangun, ia merenggangkan tubuhnya yang sudah 5 hari tidak bergerak itu, dan menuju kamar mandi menuntaskan semua kegiatannya. Dan keluar dengan penampilan yang sangat sangat berbeda.

Mulai saat ini, detik ini juga Al akan mengubah hidupnya dengan kemauannya sendiri. Al akan melakukan apa yang ia lakukan, Al tidak akan peduli lagi dengan semuanya termasuk kasih sayang keluarganya. Tidak ada Al yang akan mengemis perhatian lagi, tidak ada Al yang terlihat polos, tidak ada Al yang ceria. Ia akan mengganti kepribadiannya mulai sekarang, menjadi, pendiam yang dingin. Tidak akan membiarkan siapapun menindasnya dan merendahkannya termasuk kelurganya sendiri.

Dengan langkah yang pasti Al keluar dari kamarnya dengan seragam yang sudah terpasang apik di badannya. Kali ini semuanya benar-benar akan terkejut dengan perubahannya.

Sedangkan di ruang makan semuanya sudah kumpul seperti biasanya dan memakan sarapannya tanpa menunggu Al terlebih dahulu.

Suara derap langkah kaki mengalihkan perhatian mereka, dilihatnya Al yang sedang menuruni tangga dengan penampilan yang jauh berbeda.

Baju yang terlihat lebih rapi dari biasanya, dasi yang melanggar di lehernya, rambut yang acak acakan memberikan kesan cool boy dan bad boy secara bersamaan. Tas yang terselempang di bahu kanannya, kepala yang terangkat, berwibawa. Dan jangan lupakan raut wajah datar dan dingin yang menjadi poin utama perubahannya.

Mereka semua menatap Al tanpa berkedip dan bingung, ada apa kiranya dengan anak itu, kenapa terlihat sangat berubah, dan ada apa dengan raut wajahnya itu. Pikir mereka.

Sedangkan yang ditatap seperti itu tidak merasa terganggu dan terus melangkahkan kakinya pergi dari sana menghiraukan mereka semua. Yang tanpa sadar membuat mereka yang tampak tidak suka dengan perubahan Al.

"Vino berangkat"

"Vano juga" Bangkit Vino dari duduknya di ikuti Vano. Mereka berdua keluar dari rumahnya dengan sepeda motor masing-masing.

Saat melewati halte bus, mereka melihat Al yang tengah duduk sendirian di sana dengan jari yang memainkan handphone nya, dan tanpa niatan apapun si kembar kembali melanjutkan perjalanannya menuju sekolah.

Ketika bus datang, Al mulai menaikinya dan duduk sendirian di bangku kosong yang tersisa. Menghiraukan tatapan memuja dari siswa siswi sekolah sebelah yang menatapnya kagum Al memilih memasang earphone di telinganya, menulikan pependengarannya dengan musik yang memenangkan pikirannya.

Saat bus akan berjalan, seorang pemuda lebih dulu masuk dan duduk di sampingnya. Dan posisinya Al duduk di samping jendela.

Tak menghiraukan iti, Al menatap diam pemandangan yang ada di balik jendela tersebut dengan datar.

Hingga pemuda di sampingnya menatapnya dari atas sampai bawah, seolah menilai penampilan Al. Tentunya Al mengetahui itu, namun ia mengabaikannya.










#gak usah lompat kalo baca!
Gak suka skip aja📌
Vote dan koment janlupa📌

Tanah Tandus || ENDWhere stories live. Discover now