16. masalah

4.9K 511 16
                                    

BAB 16. Masalah

 

“Al, lo ko tumben baru berangkat, biasanya subuh, dan kenapa chat gw gak di bales hah!” Keluh Kara karena chat nya tidak di balas oleh Al. Saat ini keduanya sudah duduk rapi di kursi masing-masing.

“Males”

“Ck, iyalah si paling males, nih sesuai perkataan gw semalem, gw punya sesuatu buat lo, tadaaa~” ucap Kara memberikan miniatur roket yang di belinya saat berlibur keluar kota.

“Gimana suka gak, suka lah masa gak orang bagus banget ke gitu”

“Nih liat ada ukiran khususnya, Alka tau gak artinya apa?” jari bulat Kara menunjuk ukiran nama yang terdapat di samping badan rocket tersebut.

“Gak”

“Alka itu singkatan Al dan Kara, keren kan ck iyalah gw gitu loh” jawab Kara dengan bangga menepuk dadanya dia kali.

  Al mengambil miniatur tersebut, miniature tersebut berwarna abu-abu memiliki tinggi setengah lengan panjang Al, persis seperti rocket sungguhan hanya saja versi mini.

Dan benar, di sisi badan rocket sebelaj kiri terukir kata Alka membuat senyum Al terbit untuk pertama kalinya setelah berubah.

“Thanks”

“Yo,,, santai aja, seperti janji lo semalem hari ini kita harus main bareng sampe puas titik!”

“hm”

“Ok, kalo gitu nanti pergi pake mobil gw aja”

“Hm”

“ck apasih ham hem ham hem mulu” kesalnya kemudian pelajaran dimulai seperti biasanya.

Dan hari ini Kara berhasil menghabiskan waktunya bersama Al. Benar benar ini pertama kalinya ia bisa bermain puas bersama Al. Karena sebelumnya setelah sekolah Al akan langsung pulang tanpa bisa bermain seperti ini.

Setelah selesai menghabiskan waktunya dengan sang sahabat, tentunya Al pulang di antar Kara karena ia belum sempat untuk membeli motor.

Sampainya di rumah Al mengerutkan dahinya ketika ia kembali di hadang, kali ini bukan Vano melainkan Sonya ibu sambungnya.

“Apa yang kamu lakukan sama Caca Al” ujarnya dengan nada tinggi, Al meliarkan pandangannya sepertinya semua orang sedang menunggunya pulang, lihat saja, mereka semua berkumpul di ruang tengah menatapnya dengan pandangan yang Al sendiri tak tau.

“Kali ini saya melakukan apa?” bukannya menjawab Al malah balik bertanya, memang apa yang ia lakukan? Karena seharian ini ia hanya bersama dengan Kara dan Kavi dkk.

“Katakan Al, Ayah sedang lelah kali ini” ujar Mahen tak sadar memanggil dirinya Ayah.

“Saya benar benar tidak tahu tuan Mahendra”

“Gunakan bahasa yang benar Al, atau kamu saya hukum!” kesalnya tak suka dengan cara bicara Al.

“Saya sudah biasa menerima hukuman”

“Bukankah kamu yang membuli Caca di kamar mandi hah!” tuduh Sonya menunjuk wajah Al dengan jarinya.

Rahang Al mengeras, orang yang tak tahu malu sepertinya dengan seenak hati menunjuknya dengan tangan kotornya itu? Sangat menjengkelkan.

“Turunkan tangan kotormu nyonya, Saya tidak akan segan untuk mematahkannya” dingin Al, seketika matanya menajam membuat mereka semua tersentak, begitu juga dengan Sonya ia mundur satu langkah dan dengan cepat menurunkan tangannya.

“Bagus, anjing pintar” pujian menatap Sonya dengan hina.

“Hah, lihatlah orang sepertimu yang menggunakan tangan kotor itu untuk mengusik kehidupan banyak orang, sungguh tak tau malu”

Tanah Tandus || ENDМесто, где живут истории. Откройте их для себя