26 His Past

4K 407 151
                                    

Ada yang nungguin?

Sebenernya Author gak niat mau update di sini, cuman mau apresiasi 279 orang yang udah votes dan apresiasi tulisan ini.

Sejujurnya ya Author kecewa sama 1500 an orang lainnya yg entah siapa cuma mau bacanya aja tanpa menghargai penulisnya.

Satu kata buat semua, kita saling menghargai aja ya. Biar pembacanya enak, penulisnya juga enak. Votes itu gak susah kok.

Silakan dibaca

*
*
*

Hari senin yang sebenarnya memiliki sumber kesibukan bagi Krystal, harus tertunda karena gadis itu memiliki kesibukan lain. Apalagi jika bukan istirahat karena Dom benar-benar tidak membiarkannya istirahat barang sejenak tadi malam.

Kini Krystal menatap pemandangan kota London dari balkon kamarnya. Gadis itu menatap kesibukan di bawahnya sambil merenungi hidupnya sendiri. Ia yang memilih untuk terjun langsung menghadapi bahaya masuk dalam kehidupan nyamannya. Yah, setidaknya hidupnya tidak akan terasa monoton lagi seperti sebelumnya.

"Istirahatlah lagi. Kau baru tidur 2 jam." ucap Dom dengan kedua tangan yang memeluk pinggang Krystal dari belakang. Menjauhkan gadis itu dari balkon. Melihat Krystal dan balkon adalah perpaduan yang tidak disukainya.

"Karena siapa aku begitu." keluh Krystal.

"Salahkan dirimu sendiri yang mengancamku tadi malam." balas Dom yang menggiring Krystal untuk duduk di atas ranjang.

"Kau benar-benar menyalahkanku rupanya." ucap Krystal memutar bola matanya malas.

Dom mengeluarkan senyum kecil. Ia mengambil secangkir cokelat panas yang telah ia siapkan untuk Krystal. Memberikannya pada gadis itu sembari duduk di hadapannya.

"Aku hanya tidak bisa berhenti ketika sudah berada di dalammu." ujar Dom.

"Benarkah?" tanya Krystal mengambil cangkir itu.

"Maafkan aku Krys. Tubuhku benar-benar tidak bisa melakukannya." ucap Dom yang terdengar tulus.

Krystal yang meminum cokelatnya pun menatap Dom dengan jantung berdebar. Perlahan ia menatap Dom dengan seksama.

"Kau bersungguh-sungguh dengan kata-katamu?" tanya Krystal lagi. Ia hanya waspada.

"Hm. Kalau tidak memikirkan kondisi tubuhmu, aku akan melanjutkannya pagi ini." jawab Dom santai.

Krystal terkekeh kecil. Dom benar-benar frontal. Pria ini memiliki gairah yang begitu besar untuknya.

"Dom, apa kau pernah melakukannya dengan orang lain?" tanya Krystal dengan kaki saling menggesek.

Dom menatap Krystal dengan lirikan tajamnya.

"Menurutmu?" Dom balik bertanya.

"Kau terasa begitu ahli melakukannya padaku. Aku tidak akan suka mengetahui jika aku bukan yang pertama untukmu Dom." ucap Krystal menatap Dom intens.

Dom memindahkan tubuhnya. Pria itu ikut duduk si samping Krystal dan membawa gadis itu masuk ke dalam dekapannya.

"Apa menurutmu ada seseorang yang pernah berada dalam posisimu saat ini Krys?" tanya Dom lagi menghirup aroma rambut Krystal.

"Hmm.. Dilihat dari caramu berinteraksi dengan orang lain, sepertinya tidak." jawab Krystal tampak berpikir.

"Kau dapat jawabanmu kalau begitu." ujar Dom menimpali.

Krystal tersenyum mendengarnya.

"Tapi bisa saja kau pernah melakukan ini kepada seorang perempuan kan? Aku tidak pernah tau masa lalumu." ucap Krystal lagi.

Dom tidak mengatakan apapun. Pria itu hanya diam sambil menyandarkan kepalanya di atas kepala Krystal.

"Jika itu memelukmu seperti yang kulakukan sekarang, aku pernah melakukannya dulu." jawab Dom setelah berpikir lama.

Krystal yang sedang tersenyum-senyum sontak menghilangkan senyum dari wajahnya.

"Maksudmu? Kau pernah memeluk seorang perempuan seperti yang kau lakukan padaku sekarang?" tanya Krystal lagi dengan alis bertaut.

"Ya, aku pernah." jawab Dom dengan pandangan menerawang jauh. Setitik kilat kerinduan terpancar di matanya.

Krystal yang mendengarnya langsung melepaskan pelukan Dom darinya. Gadis itu menatap Dom yang tampak baru tersadar dari lamunannya.

Lihat itu. Bahkan seorang Dominic Griffin tampak melamun setelah memikirkan masa lalunya? Seindah apa kenangan yang dimiliki pria itu?

Krystal yang melihat perubahan ekspresi Dom merasa tertohok. Gadis itu tidak pernah berpikir sampai ke sini, kalau mungkin saja pria ini memiliki masa lalu dalam hidupnya. Bukannya langsung mengklaim pria ini sebagai miliknya.

Krystal yang tampak linglung dengan perasaannya pun memilih untuk bangkit dan meninggalkan ranjang.

"Mau kemana?" tanya Dom menahan tangan Krystal yang hendak pergi.

"Aku harus bekerja." jawab Krystal singkat.

Dom mengerutkan keningnya.

"Bukankah kau sudah meminta izin tadi?" tanya Dom.

"Tidak jadi. Ada janji yang tidak bisa ditinggalkan." jawab Krystal lagi.

Dom tidak melepaskan tangannya semudah itu. Hal ini membuat Krystal melepas paksa tangannya dan langsung masuk ke kamar mandi. Membuat Dom menatap gadis itu dengan segala kemungkinan dan analisa di dalam otaknya.

***

Krystal benar-benar masuk kerja hari ini. Sebenarnya gadis itu tidak benar-benar menghadiri janji karena semua janjinya sudah ia batalkan. Dia hanya butuh waktu untuk berpikir dan merasionalkan perasaannya sendiri. Dan itu harus jauh dari Dom.

Karena jujur saja mendengar ucapan Dom mengenai masa lalunya membuat Krystal entah kenapa tidak bisa menerimanya. Ia dapat menyebut dirinya sebagai orang dengan pemikiran paling rasional di antara saudaranya yang lain, tapi saat ini entah kemana pemikiran rasional yang dimilikinya.

Entah kenapa Krystal benar-benar tidak dapat menerima apapun itu masa lalu Dom. Bukan hal yang berhubungan dengan hidup dan sebagainya, melainkan hal yang berhubungan dengan asmara. Ya, Krystal tidak dapat menerima jika Dom memang pernah memiliki seorang perempuan lain di dalam hidupnya, berbagi kehangatan seperti yang ia lakukan.

Krystal menggelengkan kepalanya pusing. Gadis itu berakhir menghubungi keluarganya untuk menghilangkan penat dari kepalanya.

"Hai Daddy." sapa Krystal begitu panggilan tersambung.

"Sweety, tumben sekali menelpon Daddy. Biasanya selalu Daddy yang menelpon mu terlebih dahulu." balas Zac dari seberang sana.

"Tidak apa-apa. Hanya rindu dengan Daddy. Bagaimana kabar Mommy?" jawab Krystal.

"Mommy-mu seperti biasa selalu cantik semakin hari." jawab Zac terdengar menyebalkan di telinga Krystal.

"Ck. Bukan itu maksudku Dad." kesal Krystal.

Terdengar kekehan ringan Zac dari seberang sana.

"Dia baik. Dia selalu menanyakan kabarmu, dan dia sangat merindukanmu." ujar Zac setelah tertawa ringan.

"Benarkah? Aku jadi ingin bertemu Mommy." balas Krystal tersenyum mengingat keluarga hangatnya.

"Tentu saja. Kau kan harus pulang hari ini juga. Daddy lupa mengabarimu kalau Daddy sudah mengirim jet ke sana." ujar Zac bersemangat.

"Apa? Kenapa begitu? Tiba-tiba sekali?" tanya Krystal terkejut.

[Sebagian chapter telah dihapus. Baca kelengkapan ceritanya hanya di ebook yang tersedia di Google Play.
Link pembelian ada di bio profil author.
Yuk baca kelengkapannya sekaligus support author untuk terus berkarya 😊]

The Owner of The Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang