Demam

469 41 7
                                    

Bocil yang tiap hari kerjaannya cuma sekolah sama main doang tapi merasa jadi manusia paling capek dirumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Bocil yang tiap hari kerjaannya cuma sekolah sama main doang tapi merasa jadi manusia paling capek dirumah.
Untung papa Andrian mau jadi tukang pijit pribadi buat Aska.

Untung papa Andrian mau jadi tukang pijit pribadi buat Aska

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Juna
Dia lagi bingung cari cara buat ngabisin duit.
Karena semua rekening nya kepenuhan kebanyakan cuan.





















Aska sedang duduk di kursi roda usai diperiksa oleh dokter spesialis penyakit dalam di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta.

Semalam Aska mengalami demam usai memakan semangka yang mama tania potong.
Suhu tubuhnya cukup tinggi membuat anak usia enam belas tahun itu menggigil karena kedinginan.
Bahkan mama dan papa nya rela tidak tidur semalam suntuk demi menjaga Aska.

Namun sampai pagi hari pun suhu tubuhnya belum juga turun dan Aska mulai dehidrasi karena menolak untuk minum, Bahkan sempat muntah beberapa kali.

Dan disinilah dia sekarang,
Usai diperiksa oleh dokter dan menjalani berbagai tes laboratorium. Aska disarankan dokter untuk menjalani rawat inap karena mengalami demam typoid.

Mama Tania sedang mengurus administrasi, sedangkan Aska duduk menunggu dengan tatapan lesu. Wajah ceria nya entah hilang kemana.
Dengan baju tidur berwarna putih bergambar stich yang masih melekat, dia juga memakai kaus kaki bermotif Doraemon.

Dan tak lupa plaster demam bergambar pinguin yang menempel pada kening putihnya.

"Lho Aska? Kenapa ada disini?"
Suara berat Dante yang muncul entah darimana. Aska yang mendengar namanya di sebut langsung menoleh ke asal suara itu.
Dilihatnya om-om yang ia temui di sekolah kemarin, namun dia tidak bersama dengan pria yang memberi nya saham itu. Hanya ada Dante dan para pengikutnya yang memakai jas hitam.

"Lagi main om"
Jawab Aska asal. Dia sedang cukup malas untuk berbicara sesuatu.
Kepalanya pusing badan nya terasa tidak nyaman.

"Aska sakit ya? Demam?"

Kali ini Aska hanya menganggukkan kepalanya lesu. Bawel sekali ya om-om satu ini.
Membuatnya jengkel saja.

"Maaf mama lama ya sayang? Maaf ya.."
Mama Tania akhirnya datang dengan beberapa suster yang siap membawa Arsa ke kamar rawatnya.

"Maaf, ini anak anda?"
Dante bertanya sopan pada sosok wanita anggun yang tengah mengusap-usap kepala Aska.

"Iya, ini anak saya. Ada apa ya?"

"Oh tidak.. saya hanya bertanya, kebetulan saya kenal Aska. Salam kenal nyonya"

"Benarkah? Salam kenal juga, Nama saya Tania_

_Saya permisi dulu ya Aska harus cepat di tangani"

"Bolehkah saya bantu mendorong?"

"Ah.. ngga perlu terimakasih, saya takut merepotkan"

"Bukan masalah.."

Dante mendorong kursi roda Aska menuju pintu lift yang di ikuti beberapa orang termasuk mama Tania dan suster yang mengantar.
Sebenarnya dia tidak menyangka akan bertemu Aska dirumah sakit.
Dengan keadaan anak itu terlihat sedang tidak sehat.

Dante sedikit tersentuh saat melihat Aska yang biasa banyak bicara kini terlihat diam saja tanpa suara.

"Nah.. sudah selesai, cepat sembuh ya anak pintar"
Ucap Dante setelah selesai membantu memegangi lengan Aska yang sedikit menolak ketika suster akan memasukkan jarum infus.

Aska terlihat payah, wajahnya pucat pasi, dia berkeringat meski tubuhnya menggigil.
Bahkan matanya terlihat sayu tidak begitu fokus ketika di ajak bicara.
Nafasnya pun seperti sedikit tersengal sehingga suster menempelkan alat bantu pernafasan seperti selang yang dimasukkan ke dalam hidung.

Mama Tania terus mengusap kepala putranya, dia sangat sedih melihat Aska seperti ini.
Dia lebih suka dibuat marah oleh kelakuan ajaib Aska dibandingkan melihatnya seperti ini.
Berulang kali dia mengecup kening putranya berharap rasa sakit itu sedikit berkurang.

"Nyonya.. saya pamit undur diri. Semoga Aska cepat sehat."

"Ah ya baiklah, terimakasih banyak. Hati-hati dijalan"

Dante melihat sekilas pada Aska yang sudah terlihat mulai tertidur.
Dia berharap Aska cepat sehat dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.

*

"Listen Juna, kali ini lawan mu bukan seseorang yang mudah di kalahkan"

"Siapapun orangnya, aku tidak perduli. Aku harus menang dan mendapatkan apa yang selama ini ku harapkan"

"Sebaiknya jangan gegabah, kali ini dia sepadan dengan mu. Bahkan bisa jadi lebih."

Saat ini Juna tengah berdiskusi dengan papa tirinya, tuan fallen. Ruangan bercat hitam dan di dominasi naga berwarna merah itu tampak elegan sekaligus terlihat menyeramkan.

Juna mendapat informasi dari papa nya, jika dia kali ini harus hati-hati dan jangan sampai salah langkah.

"Memang nya siapa dia? Tidak ada di sejarah ku seorang Herjuna harus kalah"

"Dia putra dari salah satu anggota sembilan Naga di Asia. Dia bukan lawan yang bisa kamu remehkan Juna. Dia penuh taktik dan sangat berhati-hati"

"Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menang kali ini. Dia hanya berkuasa di wilayah Asia saja. Sedangkan diriku? Aku bahkan bisa menjungkirbalikkan pasar di Eropa"

"Tapi tetap ingin pesan ku. Jangan sesekali membuat keputusan seorang diri. Karena jika terjadi sesuatu mama mu bahkan aku sendiri tidak yakin akan bisa membantu"

"everything will be fine, papa."













Tbc.

Mau pamer seragam sekolah anak bebeknya mama Tania

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau pamer seragam sekolah anak bebeknya mama Tania.
Lucuuk kaan (*o*)

Btw, ada yang kangen Bagas?

A S K A R AWhere stories live. Discover now