Kecurigaan mama Tania

264 26 11
                                    

Malam sudah semakin larut, dinginnya angin yang membelai semakin menjadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam sudah semakin larut, dinginnya angin yang membelai semakin menjadi.
Tapi itu semua bukan menjadi alasan seorang ibu untuk menemani putranya yang tengah berjuang hidup dan mati.
Dulu, mama Tania rela merasakan sakitnya ratusan suntikan yang menembus kulit mulusnya demi melahirkan Askara.

Rasa letih, putus asa, hancur dan tekanan dari berbagai sudut tidak serta merta membuat mama Tania menyerah demi melahirkan seorang putra yang amat dia cintai.

Rasanya begitu sakit ketika melihat bayi yang pernah kita perjuangkan kehadirannya, kini tengah terbaring dengan berbagai luka di setiap jengkal tubuhnya.

Mama Tania ikut merasakan apa yang Askara rasakan.

"Mas... Kenapa Askara ada disini? Kenapa bayi ku jadi begini mas..? Kamu harus sembuhin dia, mas... Askara pasti bangun lagi kan?" Tangis mama Tania untuk yang kesekian kalinya.

Wanita cantik itu begitu frustasi ketika melihat Askara dalam keadaan mengenaskan.
Seingatnya kemarin putranya masih sehat dan terlihat sangat ceria. Tapi sekarang?
Jangankan membuatnya emosi seperti biasa, untuk membuka mata saja rasanya mustahil.

"Mas... Kamu inget kan? Ketika aku bolak-balik Singapore buat dapetin Askara? Kamu tau kan perjuangan aku kaya gimana?? Aku rela lakuin apa aja demi hamil Askara, aku sanggup nahan sakit ratusan jarum setiap bulan demi dia. Tapi kenapa orang-orang belakangan ini selalu berlomba untuk sakiti bayiku mas.. apa salah Askara..?" Tangis mama Tania semakin pilu.

Saat diberi tahu penyebab Askara kecelakaan, mama Tania sempat menampar mama Samanta dan membuatnya tersungkur kebawah. Menurutnya ini sudah kali kedua putranya celaka karena keluarga mereka.
Sebenernya apa yang membuat mereka gemar membuat Askara terluka?

Bahkan Juna, pria itu belum menampakkan batang hidungnya setelah membuat kegaduhan.
Dia sama sekali tidak datang, hanya terlihat Bagas yang memasang wajah seperti habis menangis.

Dan tanpa Jean disampingnya.
Kemana dia? Tidak biasanya.

"Tania.. sudah yaa.. kamu belum istirahat, biar aku aja yang nemenin Askara."

"Bagaimana bisa kamu masih mikirin istirahat disaat anakku di dalam sana lagi kesakitan mas? Kamu tega ya!"

"Bukan begitu Tania.. kalau kamu ikut sakit juga terus Askara sadar dan kamu ngga ada aku harus bilang apa sama dia?"

"Ngga.. aku ngga mau, aku mau nemenin Askara. Aku sanggup cuma buat nemenin dia."

Keduanya masih berdiri di ruangan ICU yang terhalang kaca pembatas, hanya keluarga inti saja yang diperbolehkan untuk masuk, tapi untuk mendekati pasien sepertinya dokter belum bisa menyarankan. Itulah yang membuat mama Tania begitu hancur karena tidak bisa menemani Askara secara langsung.

Sebenarnya papa Andrian cukup heran dengan sikap Askara yang dilihat dari cctv di sekitar tempat kejadian perkara.
Anak itu seperti sengaja menabrakkan dirinya begitu saja.
Apa yang sedang menimpa putranya sehingga ia melakukan hal diluar nalar seperti ini.

A S K A R AWhere stories live. Discover now