Reset

293 24 19
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





"Askara.. morning.. bangun sayang udah jam 7 lho minum obat dulu yuk"

Mama Tania membangunkan putra nya dengan suara yang dibuat se lembut mungkin, sejak kepulangannya dari rumah sakit dan memulai hidup baru di Netherlands. Askara selalu tidur sebelum jam sembilan malam.

Anak itu sering tiba-tiba tertidur meski dalam keadaan duduk sekalipun.
Maklum, obat yang ia konsumsi membuat efek samping mengantuk yang cukup parah.

"Hei.. bangun sayang, katanya mau lihat sunrise.." mama Tania mengusap pipi Askara pelan berharap putranya mau membuka matanya.

"Kak.. Juna..."

Mama Tania diam sejenak, sudah empat hari ini Askara selalu memanggil Juna dalam tidurnya.
Bahkan saat demam pasca jahitan pun hanya Juna yang Askara sebut hingga pagi menjelang.

Tapi saat di tanya tentang Juna, Askara mengalihkan topik bahkan terkesan tidak suka saat nama itu dibawa-bawa dalam pembicaraan.

"Askara... Anak nya mama, disini nggak ada kak Juna sayang."

Mama Tania terus mengusap-usap lengan putra nya agar lekas bangun dan melupakan mimpi tentang Juna.
Sosok laki-laki yang sepertinya ikut andil dalam kecelakaan Askara.

Saat membuka mata, pemandangan yang Askara lihat pertama adalah wajah teduh sang mama dan senyumannya yang secerah matahari pagi.

"Mama.."
Askara bangkit perlahan dibantu mama yang memegangi lengannya.

"Askara tidur lama sekali sih, mama kangen tau"

"Maaf ma.."

Mama Tania merapikan Surai rambut Askara yang sedikit berantakan karena tidur semalaman.
Dilihatnya lekat-lekat putra semata wayangnya itu, ada rasa haru sekaligus sedih karena sejak kejadian mengerikan itu putranya berubah menjadi sosok yang sangat pendiam.

Tidak seperti dulu yang banyak bicara atau tak jarang mengibarkan bendera perang untuk mama dan papa nya.

"Askara.. kalau masih ada yang sakit bilang ya sama mama. Jangan diem aja, mama kan nggak tau apa yang sakit."

Mama Tania berbicara sembari mengusap-usap lengan Askara, senyum nya sangat tulus namun ada suara getir yang ia sembunyikan rapat-rapat.

"Disini yang sakit mama." Askara menyentuh dada nya dengan tatapan sendu.

Dia ingin menangis jika ingat kejadian saat Juna membuang kue nya.

Tapi ini bukan soal kue.

"Sini mama obati_

__apapun yang terjadi, Askara harus ingat ada mama sama papa yang selalu sayang sama Askara. Kami selalu ada buat kamu nak"

Runtuh sudah pertahanan Askara.
Dia sudah mati-matian menahan air matanya untuk tidak menetes namun tetap gagal saat mama Tania mengusap dada nya dan memeluknya erat.

A S K A R AWhere stories live. Discover now