Masa lalu yang rumit

241 21 2
                                    

Askara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Askara

Papa, kenal Jean?

**

Perihnya batu kerikil yang melukai kakinya, tidak menghalangi langkah Askara untuk berlari mencari pertolongan.

Langkah nya semakin pincang saat duri entah darimana datangnya, tiba-tiba merobek telapak kakinya yang sedang berlari berharap menemukan seseorang yang mau mengantarnya pulang.

Beberapa jam lalu, Askara melarikan diri saat Juna tertidur pulas setelah mengabisi banyak orang di mansion milik Dylan.
Potongan tubuh dan organ yang berurai berhasil membuat Aska muntah seketika.

Kaget, sekaligus tidak pernah menyangka jika sosok wibawa yang Aska lihat beberapa Minggu belakangan ini adalah seorang psikopat.

"Mama..." Desiran angin malam yang datang bersama hujan membuat suasana semakin dingin dan mencekam.
Tangan kurus itu memeluk tubuhnya berharap bisa memberi rasa hangat meski sedikit.

Tak perduli siapa yang Aska panggil, dia berharap mama nya cepat datang dan membawanya pergi dari tempat gelap, sepi dan tidak ada cahaya sedikitpun.

"Hai sayang, sedang apa disini?"
Sosok wanita bergaun putih tanpa alas kaki itu menghampiri Askara yang meringkuk kedinginan.

Wanita itu sangat cantik, matanya seperti bulan sabit saat tersenyum, dan rambutnya yang diikat seperti menggunakan sanggul.

"Dimana rumahnya? Mau Bunda antar?" Dalam benak Aska, siapa wanita ini? Kenapa ada ditengah hutan bahkan memanggil dirinya dengan sebutan Bunda?

Aska diam, dia tidak ingin menjawab apapun pertanyaan dari wanita didepannya.

"Jangan takut... Bunda hanya ingin antar, kamu terlihat kedinginan. Sama seperti anak bunda yang ada disana."

Tubuh Aska meremang, saat wanita itu membelai pipinya. Kulitnya terlalu dingin untuk seukuran manusia.
Aska merasa ada kesedihan mendalam yang wanita itu berikan.
Air matanya tidak bisa menetes meski wanita itu ingin menangis.

Aska merasakan kesedihan wanita itu, hatinya menangis kencang. Ingin menjerit mengeluarkan segala sesak.
Tapi tidak banyak yang bisa ia lakukan.

"Ayok kita pulang, hm?"
Tangan dingin itu berhasil membawa Aska berdiri dan memeluknya erat.

Mereka berjalan beriringan dengan angin yang terus berhembus kencang dan rintik hujan yang mengiringi perjalanan keduanya.

                         
                     ***

"Dengar Bagas ! Aku bisa menghancurkan keluarga mu seperti Juna yang menghabisi seluruh penghuni rumah ku." Dylan memborbardir isi mansion Bagas saat ia tau jika Juna tengah dalam misi membawa Aska pergi.

"Lakukan saja, kenapa harus datang kesini dan membuat keributan?"

"Aku baru tau, jika para tuan muda keluarga Ny. Samantha yang terhormat_

__masih menyukai pemuda kecil.
Bagaimana? Bukankah dia mirip dengan cintaku, Arsa?"

Dengan sekali tepukan dia memanggil anak buahnya yang datang sambil menyeret Jean keluar.

"Dia hanya Asisten ku, apa yang kamu inginkan?"

"Asisten! Hahaha! Lucu sekali tuan muda_

__Dia sekilas memang mirip dengan Arsa, Tapi Askara jauh lebih mirip" Dylan mengusap wajah Jean menggunakan dagger yang ia pegang sebelumnya.

Sempat ia lihat wajah pemuda tampan itu tampak takut sekaligus sedih.
Dylan juga tidak paham, kenapa seorang Bagas memiliki takdir yang sangat unik. Bagaimana tidak, dia terlalu naif ketika menyelamatkan seseorang tanpa tau siapa yang ia selamatkan.

"Apa yang kamu mau? Mau bunuh dia? Bunuh saja"

"Kamu yakin? Kamu tidak ingin tau dia siapa? Jika tau aku sangat penasaran seperti apa reaksi mu nanti."

Kedua tuan muda itu masih saling menatap dengan tatapan saling membunuh.
Rasa benci keduanya begitu besar sejak kejadian mengenaskan itu terjadi.
Dan di antara mereka berdua ada seorang pemuda yang menahan air matanya untuk jatuh.

Hatinya begitu sakit saat Bagas mengatakan dia hanya seorang asisten dan membiarkan Dylan untuk membunuhnya.

"Dylan Wang ! Cukup. Disini kamu yang bersalah dengan menculik putraku." Papa Andrian datang dan menengahi dua laki-laki dewasa yang sepertinya akan saling membunuh.

"Tuan Andrian... Mohon untuk tidak ikut campur"

"Ini urusanku, karena kamu yang membawa putraku pergi tanpa alasan. Bahkan aku tidak mengenal mu"

"Aku menyukai putramu yang sangat mirip dengan mendiang kekasihku"

"shut your fucking mouth !" Bagas melepaskan peluru nya ke arah Dylan.
Kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki itu sungguh membuat nya muak.

"Hei ! Kamu mau kejadian yang sama terulang? Kamu mau mencoba ingat lagi? Tempat dan posisinya sama.
perbedaannya yang di tanganku ini bukan Arsa"

Posisi mereka sangat mirip dengan kejadian beberapa tahun lalu.
Apa kali ini Jean yang akan terjun dari mansion?

Bagas sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Rasa sesak karena kehilangan Arsa sungguh membuat nya tersiksa.
Dia menangis dengan pistol yang ia hantamkan berulang kali diatas lantai.
Sulit sekali untuk tidak menangis saat mengingat soal Arsa.

Saat itu, dia tidak tau jika Arsa sudah tiada.
Dia di beritahu setelah seminggu kepergian Arsa. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya?
Sehari sebelum kejadian memilukan itu, Arsa masih tidur dengannya namun tak lama kenapa tiba-tiba dia sudah ada di dalam tanah.

"Dylan, saya tidak ingin mencampuri urusan kalian. Saya hanya mau kamu lepaskan Jean dan putraku Askara.
mereka tidak tau apapun. Jangan libatkan seseorang yang bahkan tidak paham apa masalah mu_

__Jangan ulangi kesalahan Juna"

"Kenapa aku harus lepaskan anak ini? Apa karena anda tau dia siapa?"

"Apa maksudmu?"

"Dia seseorang yang Bagas selamatkan saat akan dijual_

__dia adalah milikku"

"Tidak. Dia milik keluarganya"

"Keluarga? Dia bahkan di buang oleh ayahnya!" Dylan tertawa puas saat mengingat siapa Jean sebenarnya.
"Dia anak dari hasil perselingkuhan penguasa kota Bali dengan seorang wanita bersuami"

"Apa maksudmu?"

"Anda lupa? Atau pura-pura tidak tau? Seorang pria yang anda bantu ketika dia mencalonkan diri disana-

__Masih ingat?"







" Hi..raa..ya?"

Tbc.

Siapa ya kira-kira?

A S K A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang