Aska diculik?

345 31 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Askara menatap bingung pada Juna yang masih diam saja dan seperti enggan melanjutkan laju mobil nya.
Dia baru saja bangun dari tidur saat merasa ada usapan lembut menyapa keningnya.

Apa Juna tidak berniat mengantarkan nya pulang?

Jam tangan nya menunjukkan pukul lima sore, mama Tania pasti akan bertanya-tanya kenapa anak bebeknya belum sampai ke rumah.

"Kenapa berhenti?" Sekian lama Aska terdiam akhirnya dia berani bersuara juga.

"Ak.. aku.. aku.."

"Kenapa? Ada masalah?" Aska menautkan alisnya tidak mengerti saat melihat Juna seperti hendak menangis dengan tangan yang bergetar.

"Bukan.. bukan apa-apa aku hanya merasa sedang tidak begitu baik"

"Aku mungkin hanya anak kecil dimata mu. tapi dirumah, aku selalu bisa di andalkan papa dan mama saat mereka punya masalah, mereka akan bercerita padaku"

Juna menatap bocah yang usianya terpaut cukup jauh darinya itu.
Tatapannya teduh, senyumnya begitu tulus. Sosok anak kecil yang manja beberapa jam lalu sudah berganti dengan pemuda yang terlihat begitu dewasa dengan tutur kata yang lembut.
Membuat Juna terhipnotis.

"Aku hanya sedang merindukan seseorang, sangat, sangat rindu"

"Apa dia kekasihmu? Dia kemana?"

"Dia sudah bahagia dirumah Tuhan."

Aska mencelos. Dia tidak bermaksud mengungkit luka lama seseorang.
Juna benar, merindukan seseorang yang sudah tiada adalah sebuah rindu yang sangat menyakitkan.
Tidak perduli seberapa banyak kita merindukannya, pada akhirnya pun kita tidak akan pernah bisa menyentuhnya lagi.

"Boleh aku peluk? Mama bilang pelukan bisa meredakan rasa sedih" Aska terlihat merentangkan tangannya, bertujuan agar Juna menerima pelukannya.

Mendengar perkataan itu, bukannya bahagia Juna malah semakin menangis kencang. Bahkan terlihat begitu frustasi.
Dia begitu tersiksa dengan kemiripan Aska dan Arsa.
Dia ingin memeluk Arsa, tapi yang menemaninya saat ini hanya raganya saja yang mirip.

Selebihnya hanya orang lain.

"Hei.. tidak apa-apa jangan seperti ini. Kamu boleh menangis sepuasnya jika memang bisa meredakan sesaknya. Aku akan menemanimu" Aska berujar saat melihat Juna menarik-narik rambut nya sendiri.

Aska akhirnya merengkuh Juna kedalam pelukannya, membiarkan laki-laki itu menangis sepuasnya.
Sepertinya rasa rindunya begitu dalam, dia sangat tersiksa dengan perasaannya.
Karena yang ia rindukan sudah berbeda dimensi.

Bagaimana cara mengatasi nya?

"Maaf.. maafkan aku Aska, ngga seharusnya saya nangis di depan anak kecil kaya kamu"
Sontak perkataan Juna membuat Aska melebarkan matanya, dan langsung mendecakkan bibir nya sebal. Bagaimana bisa om-om satu ini sudah kembali ke setelan pabrik?

"Dasar cengeng!" Aska membalikkan tubuhnya ke arah jendela dia begitu sebal dengan perkataan Juna barusan.

Sudah diberikan bahu gratis untuk menangis bukannya berterima kasih malah mengejeknya.

"Aska, jangan marah. Aku minta maaf eum?" Juna meraih dagu Aska untuk memudahkan nya melihat wajah yang sedang merajuk itu.
Bibir nya maju sama seperti bebek.

"Semua ngga ada yang gratis!"

"Oke, oke apa yang kamu mau?"

"Berikan aku merak putih yang ada di depan rumah, mau ku pindahkan ke rumahku!"

"Itu saja?"

"Eum!" Aska mengangguk lucu. Dia sejak datang ke rumah Juna memang tatapan pertama nya tertuju pada merak putih yang tengah berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah itu.

"Itu soal mudah, besok kamu akan lihat merak itu ada dirumah mu"

"Beneran??"

Juna tersenyum menanggapi Aska, bocah itu sungguh menyenangkan ternyata.
Meski kadang merepotkan dan banyak tingkah. Tapi ada kalanya anak itu bisa berubah menjadi sosok dewasa. Dan penuh pengertian.

Setelah sampai di depan rumah Askara, Juna membantunya melepaskan seatbelt. karena saat tidur tadi Juna diam-diam memakaikan Aska sabuk pengaman, agar tidur nya tidak terguncang terlalu keras.

"Jangan keluar rumah lagi, ini sudah hampir malam. Mengerti?"

"Iya om ngerti....." Aska keluar dari mobil Juna, karena Juna tidak berniat masuk ke dalam pelataran mansion Aska.
Di pintu masuk saja seperti nya cukup.

Dia memperhatikan Askara yang jalan perlahan mendekati pintu masuk, sebelum sekumpulan orang mendekatinya dan membekap mulut Askara dengan selembar kain berwarna gelap.

Askara yang terkejut langsung memberontak dan berusaha melepaskan cengkraman seseorang pada lengannya.
Namun kesadaran Aska semakin terkikis karena pengaruh obat bius yang seperti nya berasal dari kain hitam tadi.

"ASKA!!" Sontak Juna yang melihatnya bergegas turun dari mobilnya dan mengejar sekumpulan orang yang membawa Askara pergi.

Namun sayangnya Juna kalah cepat.
Orang-orang itu terlebih dulu masuk ke dalam mobil dan menembaki Juna meski beberapa kali meleset.

"BAJINGAN !! " Juna kalap.
Dia buru-buru menaiki mobil dan mengejar sekumpulan orang yang membawa Askara pergi.

Pikirnya siapa orang itu?
Kenapa harus Askara? Apa ini persaingan bisnis ayah Aska? Atau siapa?tidak mungkin kan anak kecil seperti Askara memiliki musuh? Kecuali dari orangtuanya, terutama tuan Hartono.

Besar kemungkinannya jika kakek-kakek itu mempunyai banyak musuh.
Karena beliau adalah salah satu anggota sembilan naga di Asia.
Tentu banyak yang merasa tersaingi.

"Askara!!__

_Mau dibawa kemana anak itu!" Juna hampir kehilangan jejak karena mobil di depannya cukup lambat.
Membuat mobil yang ia kejar semakin menjauh.

Satu jam lalu Askara masih berada disisinya, memberi pelukan dan menghibur nya ketika teringat soal Arsa.

Tapi kali ini Askara terlepas darinya.

Semoga hanya sebentar.

Semoga hanya sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Ada yang kangen Askara?

Tbc.

A S K A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang