Penyesalan Juna

276 22 10
                                    

Askara, jangan bertingkah seperti Arsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Askara, jangan bertingkah seperti Arsa.
Mengerti?

***

"Bajingan! Mati saja kalian! " Sudah hampir satu jam lama nya Juna mengayunkan gergaji mesin pada beberapa tubuh yang tergeletak di lantai.

Potongan jari kaki hingga organ tubuh berserakan dimana-mana.
Ruangan yang awalnya beraroma kayu Cendana berubah menjadi aroma anyir darah yang sangat menyengat.

Entah apa yang merasukinya.
Setelah melihat Askara tidak bersamanya. Juna mendadak seperti orang gila membunuh siapa saja yang berani mendekatinya. Tak terkecuali tahanan yang sudah berbulan-bulan lamanya di ruang bawah tanah, kini tubuhnya sudah hancur berserakan di ruang utama mansion.

"Andai waktu itu aku tidak memaksa diri untuk menemui Arsa.. pasti hari ini dia masih bersama ku iya kan?_

__aku rindu Arsa Tuhan..."

Tangis pilu Juna terdengar diantara potongan tubuh dan kepala yang tergeletak dilantai.
Tangan bahkan wajahnya sudah dipenuhi darah dimana-mana.
Dia bahkan tidak memperdulikan apa yang akan terjadi setelah ini saat ayahnya tau jika tahanan mereka sudah di habisi tanpa sisa.

Juna hanya ingin melampiaskan rasa sedih dan penyesalannya yang sudah ia lakukan pada Arsa dulu.

Dia menyesali itu semua.



                        ***



"Gimana dok anak saya ngga apa-apa kan?" Mama Tania langsung mencecar dokter pribadi yang baru saja keluar dari kamar anaknya.

Dua jam lalu Askara ditemukan tengah tertidur di bangku taman oleh seorang securty yang tengah berkeliling untuk bertugas.
Aska ditemukan tidak sadarkan diri dengan tubuh cukup dingin.

"Tidak ada yang perlu dicemaskan Mrs.. Askara hanya syok. Sebentar lagi pasti sadar, mohon ditunggu saja."

"Tolong dokter jangan pulang dulu ya, tunggu sampai anak saya sadar."

"Baik Mrs.."

Kakek masih terdiam.
Dia memikirkan banyak hal, tentang penyelamatan yang tengah Juna lakukan bersama putranya.

Tapi kenapa Askara ditemukan di taman dekat mansion miliknya?
Bukankah harus nya Askara datang bersama Juna atau putranya Andrian?

Apalagi cucunya ditemukan dalam keadaan pingsan.

"Pah.. mas andiran sudah bisa dihubungi? Kenapa ngga aktif?"

"Kamu tunggu saja dulu, jangan perdulikan Andrian. Lebih baik kamu rawat cucuku dia jauh lebih berharga"

"Baik pah.." meski ragu tapi mama Tania tetap berjalan menuju kamar putranya.
Dia ingin tau apa yang suaminya lakukan bersama Juna. Kenapa bisa mereka berdua tidak pulang bersama Aska.

"Anak mama..."
Rasanya begitu melegakan ketika melihat anak kesayangan nya kembali meski dengan cara sangat aneh.

Berulang kali mama Tania mengecup wajah Askara untuk sekedar melepaskan rasa rindu yang begitu hebat karena beberapa hari berpisah dengan anak bebek nya ini.

Askara, anak laki-laki yang dia tunggu kelahirannya.
Tidak pernah terpikirkan olehnya sedikitpun untuk berpisah dengan Aska.
Bahkan sejak anaknya dinyatakan hilang, mama Tania sama sekali tidak bisa tidur.
Dia terus memikirkan Askara yang entah kemana dan bersama siapa.

"Ma..maa"

"Hey, sayangnya mama.."
Suara serak Askara membuyarkan lamunan mama Tania yang sedang berpikir tidak-tidak.

"Di..ngin... Mama. Aku kedinginan_

_tante tadi.. rasanya dingin..."

"Tante siapa sayang?" Mama Tania mengeratkan pelukannya pada Askara saat mendengar putra nya mengeluh dingin.

"Tante.. Tante yang antar pulang"

"SSssstt.. sudah ya.. Sudah malam Askara harus tidur. Masih lelah kan?

"Pa..pa man..a?"

"Papa ada urusan... Sebentar lagi pulang nak.." mama Tania terus mengusap punggung Askara, berharap putranya merasakan kehangatan yang dia berikan.
Tubuhnya dingin kesadarannya pun rendah.

Bahkan mama Tania tidak paham apa yang Aska bicarakan.

Tante?
Tante siapa?

Apa Askara diantar seseorang saat pulang?

Tapi siapa?
Jika berniat menyelamatkan putranya pasti sudah diantar ke rumahnya bukan justru ditinggal sendirian di taman dengan keadaan kedinginan.

"Aska sudah pulang?" Papa Andrian datang dan langsung mencium putranya berkali-kali. Dia sangat mencemaskan keadaan Askara saat diberitau oleh ayahnya.

"Kamu darimana aja sih mas! Aska pulang sama siapa? Kamu sama Juna itu dimana sebenarnya?"

"Aku di mansion Bagas, Juna juga sudah ada dirumahnya. Aku kira Aska diantar Juna karena Juna yang menyelamatkan Askara"

"Tapi kamu liat kan? Kamu juga denger sendiri dari papa. Untung Aska ngga ada luka berat"

"Aska.. maafin papa ya nak.."

"Lepas! Kamu dari luar! Ngga usah peluk-peluk anakku" mama Tania menyingkirkan tangan suaminya yang memeluk Askara.

Papa Andrian bangkit, dia sadar pasti istrinya sedang marah mungkin juga kecewa.
Bukan dia tidak ingin menyelamatkan Askara.
Dia hanya sedang menjalankan misi yang tidak boleh siapapun tau termasuk istrinya.

"Aku minta maaf"

"Minta maaf aja sama Aska, kamu yang punya salah sama dia"

"Iya, aku tau_

__tapi aku juga harus minta maaf sama mama nya"

"Ngga perlu mas! Udahlah sana mandi! Tadi Askara nanyain kamu. Aku mau kamu bersih sebelum nemenin dia tidur-

__Jadi kamu harus bersih!"

Tbc.

A S K A R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang