Enam belas

10.3K 584 1
                                    

"Kakak, bagaimana dengan kak Marvel? Apakah kak Marvel tidak bersalah?" Tanya Archie yang tiba-tiba saja berdiri di depan Imanuel dengan senyuman yang menghiasi wajah gadis itu.

Imanuel yang saat ini menyandang tas Marvel di bahu kanan nya dengan pandangan selalu melihat ke arah depan di mana  Marvel yang saat ini sudah berjalan lebih dulu, kembali melangkahkan tungkainya namun lagi lagi Archie menghalangi jalan nya membuat dirinya menggeram rendah. "Katakan apa yang ingin kau katakan, jika lama. aku tak akan segan segan menggorok leher mu itu," Tekan Imanuel menghunus tajam Archie membuat gadis itu ketakutan namun masih mencoba berbicara pada nya.

"Archie cuma mau bilang tentang kak Marvel saja, terus nanti Archie pulang agak telat karena masih ada ekskul yang harus di kerjakan," Senyum itu seketika luntur saat Imanuel lebih dulu pergi sebelum ia menyelesaikan kalimat nya. Archie mengepalkan tangannya kuat dengan sorot mata menampilkan kebencian penuh terhadap sosok Marvel. "Lihat saja, apa yang akan aku lakukan untuk menyingkirkan mu, Marvel."

"Sayang," Panggil Imanuel yang kini menggenggam tangan sih bungsu, saat ini mereka tengah berada di dalam mobil setelah tadi Imanuel terus terusan berlari mengejar sang adik. Terlihat raut wajah sih bungsu tampak tak enak untuk di pandang, Mood yang hancur dengan hawa panas yang menyengat saat ini membuat Marvel menyentak kuat tangan Imanuel. Membuat putra tengah James itu tampak menghela nafas pelan, membiarkan dulu sang adik untuk tetap diam, pemuda itu mulai melajukan mobilnya keluar dari pekarangan Sekolah.

Hingga saat di rasa hawa hawa pemarah dari Marvel memudar barulah dirinya bertanya. "Dimana Alpha? Mengapa dia tidak datang terlebih dulu untuk menemui mu?" Imanuel baru teringat adik pertamanya itu. Jika dirinya yang memang baru pertama kali yang menjawab telpon dari Andrew dan otomatis Alpha lebih dulu tau bukan karena mereka berdua satu sekolah, dan lagi. Terlihat jelas jika pemuda labil tanpa Emosi itu akhir akhir selalu bersikap posesif pada sih bungsu, bahkan pernah beberapa hari di kediaman Tuan Lee. Pemuda itu bahkan tak suka saat para sepupunya mendekati sih bungsu, malahan pemuda itu rela menghidupkan segala ancaman untuk mereka yang berani mendekati bungsu nya James itu.

"Kak Alpha sedang ada turnamen basket di sekolah sebelah, dan lagi aku memang tak menyuruh Andrew untuk menelpon kak Alpha karena takut menganggu waktu penting kak Alpha," Marvel angkat bicara dengan tatapan terlihat sinis ke arah luar kaca mobil, entah apa yang membuat anak itu menatap sinis di luar kaca mobil. Imanuel mengulas senyum, dia menepikan mobil nya di sebuah restoran. Tangan kekar milik nya mengelus surai Sang adik.

"Dengar sayang, kami semua tidak merasa direpotkan karena tingkah mu. Apa kau tau akibat jika kau tak memberitahu nya tentang hari ini?" Imanuel menggantung kalimat nya guna ingin melihat respon dari sih bungsu terlebih dulu.

"Apa?" Anak itu tampak begitu penasaran. Dirinya berbalik sepenuhnya ke arah sang kakak, dengan duduk bersila di atas kursi mobil.

Imanuel terkekeh ringan. "Akibatnya, Alpha akan marah pada mu. Bahkan pemuda itu juga akan langsung menghabisi Zaidan saat itu juga. Dan lagi, jika sekarang pun kau memberitahu nya otomatis pemuda itu akan langsung kembali ke sekolah demi menemui adik tersayang nya ini lalu meninggalkan turnamen nya, tak peduli jika dia membawa nama sekolah. Yang paling penting dan prioritas utama bagi nya adalah. Kamu sayang, Marvelo Andromedes. Adik bungsu kami semua," Marvel ternganga mendengar penuturan panjang lebar dari pemuda itu. Baru kali ini dia mendengar ucapan terpanjang dari sang kakak keduanya itu.

Blue ice itu tampak berkaca-kaca dengan bibir mengerucut ke bawah. Imanuel yang melihat itu hanya diam, bukan tak khawatir namun dia ingin menikmati wajah indah itu dulu. Tangan kanan nya mengusap wajah sang adik dari dahi sampai ke dagu anak itu, hingga akhirnya cairan liquid bening itu menetes dari mata anak itu membuat kadar manis dan keindahan wajah itu kian menguar. Imanuel mengulum senyum nya, kala Netra copian James itu menatap lekat seonggok daging hidup di depan nya ini. "Why, Darling?" Imanuel akhirnya bertanya.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang