29. Duapuluh sembilan

7.1K 671 16
                                    

Pagi ini di rumah sakit milik keluarga Andromedes tepat nya di ruang inap Marvel, semuanya tengah berkumpul. Kali ini juga giliran James yang memanjakan si bungsu. Anak itu juga tampak nyaman bersandar di dada bidang James. Setelah tadi baru saja terbangun Marvel langsung memanggil sang ayah dan tepat saat itu juga James baru saja memasuki ruang inap si bungsu. Wangi maskulin dari James membuat Marvel terus menerus mendusel wajahnya di dada bidang James. James sendiri tak henti henti nya memperhatikan tingkah si bungsu. Tangan nya setia mengolesi salep pada punggung Si bungsu. Seperti biasa, anak itu tak memakai baju karena luka nya belum terlalu sembuh.

"Apa tidak sakit sayang?" Pertanyaan itu terlontar dari bilah bibir Alpha. Ah melupakan jika Kakak ketiga Marvel juga ikut duduk di Bankar sambil memperhatikan James yang tengah mengobati punggung sang adik. Marvel mengelengkan kepala pelan. Memberikan kode pada sang kakak untuk mendekat, tentu saja pemuda itu mendekat.

"Aku sayang kakak!" Pekikan khas si bungsu setelah tadi mengecup bibir Alpha. Membuat pemuda 18 tahun itu tertegun sampai akhirnya menghujami seluruh wajah manis adiknya, membuat tawa geli dari si bungsu mengudara. Kontan saja, semuanya langsung melihat ke arah nya dengan senyum tipis khas mereka masing-masing. Enigma juga kini memilih tetap berada di rumah sakit demi selalu bersama si bungsu. Hanya Imanuel dan Wilder yang tidak ada di sini. Karena ada beberapa hal mendadak yang harus mereka urus.

"Sayang jangan bergerak dulu," James berujar membuat kini tawa Alpha yang mengudara. Karena melihat wajah cemberut adik nya, anak itu memukul dada bidang James kuat namun sang ayah hanya diam dan malah kini menyatukan hidung mancung mereka. Marvel memiliki bentuk hidung mancung namun cenderung kecil, bahkan bentuk hidung anak itu sangat sama dengan James. "Daddy cerewet sekarang, Velo pusing. Dari bangun tadi, Dad selalu mengoceh." Oh ayolah. Nampaknya bungsu nya itu kesal karena memang sedari anak itu bangun. James terus mengomel pada Kristoff dan mengatakan bahwa mengapa luka putra bungsu nya tak kunjung sembuh. Padahal dirinya sudah mendapatkan obat terbaik untuk penyembuh luka goresan.

"Apa salah, jika Dad menanyakan kapan sembuh nya luka mu, aku sudah membayar mahal dokter gadungan itu agar putra ku cepat sembuh. Namun sekarang sudah dua hari luka mu belum sembuh," Protes James datar. Tangan nya menyelipkan anak rambut yang mengenai kelopak mata si bungsu.

Marvel memutar bola matanya malas mendengar itu. "Hey bodoh! Mana ada obat yang sembuh selama dua hari. Dan lagi, bahkan pagi ini belum sampai dua hari penuh anak ku di obati!" Zelixon berujar saat mendengar ucapan yang begitu tak masuk akal dari mulut kakak ketiganya itu. Namun James hanya acuh tak acuh, tetap sibuk memanjakan bungsunya yang saat ini kembali menempel di dada nya.

"Menikah saja belum, malah menganggap bungsu ku anak mu. Dasar, pemuda kecut." James berceletuk santai. Membuat Zelixon mendelikkan mata nya kesal. Apa apan ini! Pria itu sungguh membuat nya ingin sekali menenggelamkan wajah sok angkuh itu ke laut.

Pemandangan gedung gedung pencakar langit dan awan biru yang cerah nampak mengapung di cakrawala. Semua nya nampak indah, netra ice blue itu tampak memiliki binar setelah dua hari yang lalu terus menerus redup. Namun sekarang Marvel sungguh cepat melupakan mimpi buruk nya. Apalagi seluruh anggota keluarga nya selalu ada di sisi nya, walaupun ia tidur sekalipun. Mereka akan selalu tetap berada di sisinya. Setidaknya saat ia membuka matanya. Diri nya selalu melihat dada bidang seseorang, karena memang dua hari di rumah sakit. Dirinya selalu tidur tengkurap di dada anggota keluarga nya.

Jacob terkekeh ringan melihat tingkah bungsu nya James itu. Bagaimana tidak, Marvel menempel kedua telapak tangannya di kaca besar ruang Inap Marvel, lalu wajah nya yang ia tempelkan di kaca itu. Jangan lupakan netra yang nampak berbinar selayaknya senter di malam hari. Bibirnya ia majukan ke depan hingga menyentuh kaca. Membuat tawa dari Putra kembar Gilbert itu seketika pecah saat itu juga.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang