30. Tiga puluh

5.9K 521 6
                                    

Cahaya Arunika menyingsing lalu menerobos masuk ke sela sela kaca balkon ruang inap Bungsu nya James yang sedikit terbuka. Dua orang berbeda usia saling tatap satu sama lain, yang membedakan si yang lebih tua menatap datar makhluk putih nan kecil yang ada di atas bankar. Lalu si yang lebih muda kini menatap selidik yang lebih tua. Perempatan imajiner muncul kala merasa masih begitu asing dengan sosok pria di yang duduk di sofa itu. Otak nya terus berpikir dan berpikir, siapa gerangan orang di ruang inap nya. Bertanya pada sang ayah yang tadi sebelum pergi hingga meninggalkan nya dengan pria asing itu di sini. Namun Si James hanya melirik sekilas pria itu, membubuhkan kecupan di dahi si bungsu sampai akhirnya memilih segera keluar dari ruang inap si bungsu, sebenarnya dia tak rela jika harus meninggalkan si bungsu. Namun karena hampir lima hari Seluruh pekerjaannya, baik di dunia bawah maupun dunia atas ia tinggalkan semuanya demi bersama si bungsu. Dan sekarang, pagi ini juga pria itu harus Segera menyelesaikan semua urusan itu. Lalu secepatnya kembali untuk memanjakan si bungsu.

Kembali ke Marvel yang kembali berkutat dengan visual wajah pria itu. Jika di perhatian, wajah pemuda itu sedikit mirip dengan Jacob. Namun mengenyahkan pikiran yang menurutnya aneh itu. Karena dari lekuk wajah dan aura pemuda itu jelas terlihat beda. Si Jacob yang suka berceletuk pedas, sulung nya Tuan Lee itu hobi mengoceh dan selalu saja membuatnya kesal dengan tingkah papi nya itu. Berbeda dengan pria itu yang hanya diam sembari menatap nya lekat. Alis tegas sebelah kanan pria itu sedikit terangkat, bibir tebal itu sedikit bersinggungan ke samping, hidung bangir mancung dengan tahi lalat yang tepat berada di batang hidung pria itu. Cukup tampan hanya saja aura yang begitu menekan sungguh menguar dari pria muda itu.

Netra sejernih ice yang tadi nya tak terlalu Peduli dengan kehadiran Pria asing itu, seketika melotot saat melihat benda yang ia benci kini di hisap santai oleh pria itu. Kepulan asap mengudara. Membuat kaki kecil itu reflek melompati kasur lalu segera merampas benda itu dari tangan si pria tadi, menghempaskan ke lantai lalu menyirami Nikotin yang masih hidup itu dengan air minum yang berada di atas meja hingga nyala api di puntung nikotin itu menghilang. "Rokok tidak baik untuk kesehatan, kau masih muda. Jadi jangan merusak dirimu dengan menghisap benda aneh itu," Hening sejenak kala suara lembut itu mengoceh.

Wilder, pria yang tak lain dan tak bukan yang ada di ruang inap Marvel kini terkekeh ringan. "Lalu, kau akan memberiku apa jika benda yang membuat ku tenang barusan kini sudah mengenaskan di lantai," Pungkas Wilder santai. Oh ayolah, baru kali ini iblis tampan itu terkekeh. Anggap saja pria muda itu terkesima akan jalan pikir adik sepupu di depan nya saat ini. Menyongsong ice blue yang nampak berpikir keras dengan apa yang di katakan nya barusan. Tak buruk juga jika dia lebih mengenal putra bungsu paman nya itu.

Tak mengindahkan ucapan Wilder yang mengudara, Badan kecil itu ia balik dan mulai berjalan ke arah dapur yang ada di ruang inap nya. Mengobrak-abrik isi laci yang baru saja ia tarik. Terus mencari hingga tangan putih itu menggenggam mantap sebuah permen rasa mangga. Berjalan menampakki lantai Marmer agar bisa secepatnya pada tujuan nya menemui pria muda tadi.

"Ambil dan kunyah. Maka kau akan merasa tenang, kau tau? Itulah yang aku lakukan jika ingin tenang. Memakan obat aku sudah di larang, jadi aku memutar otak untuk mulai belajar membiasakan diri untuk makan permen,"

Wilder diam mendengar itu, di bawah sadar nya. Pria itu mengambil sebungkus kecil permen di telapak tangan Marvel yang terbuka lebar itu. Mengecap rasa manis dan asam, yang kini menjalar ke indra perasa nya. Hening kembali mengambil alih, hingga ayunan kaki yang menjuntai dari atas sofa, ujung netra setajam elang itu tangkap. Dilirik nya, ternyata anak itu sungguh aktif. Badan nya memang duduk, namun kaki dan mata anak itu terus berkeliaran ke sana kemari.

"Bagaimana, kau merasa tentang sekarang?"

"Tidak, biasa saja." Senyum yang mengembang tadi seketika luntur mendengar jawaban dari pria itu. Marvel memilih bungkam, berbalik badan kembali melangkahkan tungkainya ke arah balkon guna mencari udara segar. Anak itu sudah kehilangan mood nya saat ini, ternyata pria itu sama saja dengan Jacob. Hobi berceletuk pedas. Dengan sudut bibir yang menyungging ke samping. Sungguh sangat sangat menyebalkan bagi bungsu nya James yang memiliki tingkat kesabaran setipis tissue, dan di bagi dua.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang