25. Duapuluh lima

6.8K 626 25
                                    

"Dad," Marvel tampak tergesa memasuki Mansion. Netra nya meliar ke segala arah guna mencari semua orang. Kaki nya ia langkah kan lebih masuk ke dalam Mansion. Ruang tengah yang kosong dan kim, juga tidak terlihat batang hidung nya. "Daddy!!" Panggil nya lagi dengan suara yang lebih keras. Hingga tak lama ia rasa sebuah dekapan hangat punggung nya. Netra nya melirik ke belakang ternyata itu James. Segera anak itu berbalik dan memeluk erat badan tegap sang ayah.

"Ada apa, aku sudah ada di sini." James berujar lembut tepat di telinga si bungsu. Mengecupi pipi kiri si bungsu singkat. Di angkat nya badan Marvel ke gendongan koala nya, membuat anak itu dengan senang hati mendusel kepala nya di ceruk leher sang ayah. James membawa si bungsu turun ke bawah di mana saat ini ketiga putra nya sudah Stan by di sana. Mereka juga terlibat sudah bersih tanpa ada noda darah di badan mereka. James mendaratkan bokongnya di sofa. Membiarkan si bungsu yang nampak meringkuk seperti anak koala di dada nya.

"Sayang, kau tak apa?" Enigma mendekat lalu mengusap lembut surai sang adik. Anak itu berbalik lalu menatap tajam ketiga kakaknya, Alpha yang merasa tatapan sang adik terus mengarah padanya segera mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Pemuda itu merasa gugup saat ini. James menurunkan si bungsu membuat anak itu segera berjalan menghampiri ketiga kakaknya yang duduk berdempetan di sofa. Dan tentu saja dia ikut duduk di samping mereka. Di tengah tengah antara Imanuel dan Enigma, lalu Alpha duduk lesehan di karpet berbulu.

"Kakak kasar," Si bungsu berceletuk membuat James menghentikan aksi meminum kopi hitam milik nya. Lalu memusatkan atensinya ke arah si bungsu dan ketiga putra nya yang lainnya. Guna melihat drama di hadapan nya saat ini, terlebih wajah putra ketiganya yang tampak cengo di tempat nya. Lalu si sulung yang tampak memprovokasi si bungsu untuk memarahi Alpha, dan jangan lupakan Imanuel yang memilih diam dengan menyandarkan kepala nya di bahu si bungsu.

"Jangan gitu lagi kak, nanti orang orang anggap kakak bukan cowok baik Baik." Alpha mendongak menatap netra yang begitu indah dan memikat dirinya. Netra yang selalu ia tatap dalam diam, lalu garis rahang halus si bungsu yang selalu ia kecup.

"Baiklah, aku mengerti sayang." Marvel menunjukkan jempol nya di hadapan Alpha, anak itu merentangkan kedua tangannya selebar mungkin. Lalu memberikan kode kepada Alpha agar memeluk nya. Pemuda itu tersenyum hangat membuat Alpha langsung mendekap erat badan si bungsu. Lalu di susul Enigma dan Imanuel yang ikut memeluk si bungsu hingga tubuh mereka bertiga berguling di karpet berbulu, tawa si bungsu mengudara saat itu juga. Merasakan badan nya hangat karena di peluk oleh ketiga saudaranya.

"Jangan marah," Alpha berbisik di telinga si bungsu lalu mengecup singkat pipi sang adik. Marvel hanya diam mendengarkan ucapan Alpha, anak itu memeluk Enigma erat. Netra nya tampak sayup saat ini dan berakhir anak itu tertidur di dada bidang si sulung.

James membaringkan pelan badan si bungsu di atas kasur. Pria itu duduk di tepi kasur dengan tangan besar nya yang kini menggenggam erat tangan kecil si bungsu. Wajah damai si bungsu nampak terlihat sangat indah dan cantik. James merapikan anak rambut Marvel, pria itu mengecup kedua pipi si bungsu lalu terakhir mengecup singkat bibir peach merona itu. Entah mengapa suasana hati nya terasa tak karuan malam ini, padahal bungsu nya sudah berada di dekatnya. James mengangkat badan Marvel ke pangkuannya lalu sedikit menimang sang anak seperti bayi. Terus menerus menatap wajah damai yang semakin hari semakin mirip mendiang sang istri. Tangan nya ia tempelkan di dada si bungsu hingga bisa ia rasakan detakan jantung beraturan si bungsu bisa ia rasakan.

"Maafkan aku, maafkan aku sayang. Aku janji akan memperbaiki semuanya, maafkan ayah mu ini nak, hukum saja aku jika memang kau ingin ayah mu ini mendapatkan karma. karena telah menyakiti dan menelantarkan mu," James menyatukan dahi nya ke dahi si bungsu. Air mata nya kian berjatuhan lalu menetes tepat di kelopak mata yang tertutup itu. James rapuh saat mengingat betapa jahatnya dia menjadi seorang ayah. Betapa bodoh nya dia menelantarkan bungsu nya itu.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang