49. Empat sembilan

2.2K 260 8
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, terhitung satu pekan penuh Marvel berlatih dalam pertahanan diri dan menggunakan beberapa jenis senjata api. Dan lagi mereka melakukan itu karena memang hanya ingin Marvel bisa bertahan dalam medan tempur nanti, lagi. Mereka juga akan selalu berada di dekat anak itu apapun yang terjadi. Terhitung kedekatan Marvel dengan James semakin lengket begitupun dengan kedua kakaknya, kadang anak itu juga pernah menangis saat tengah malam kala teringat kakak keduanya itu.

Hembusan angin dari beberapa pinus di sisi jalan membuat perasaan senang dan tenang membuncah, ice blue itu menyongsong santai ke pepohonan pinus. Empat buah mobil anti peluru yang diisi anggota keluarga Andromedes berjalan beriringan lalu beberapa mobil sedan hitam yang diisi semua anggota mafia Andromedes dari Indonesia juga ikut serta menemani perjalanan mereka dari Indonesia menuju negeri paman sam. Tepat nya di texas, yang di mana menjadi markas terbesar Mafia Andromedes beserta seluruh anggota DiamondGolden.

Hanya ada keheningan di dalam van yang di tumpangi Marvel, James dan kedua kakaknya. Dengan Enigma yang menyetir. Marvel meremat celana panjang berbahan lembut yang ia kenakan saat tangan besar James merapikan rambut halus nya yang tampak berantakan karena angin dari luar kaca mobil. Hingga elusan itu menuntun lengan kekar itu untuk semakin mendekap sang anak masuk ke dalam dekapan hangatnya.

"Daddy,,,"

"Iya sayang, ada apa. Kau berubah pikiran untuk tidak ikut hm?" Marvel menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan yang baru saja James layangkan padanya.

"Marvel tetap pada opsi pertama, untuk ikut kalian terjun langsung ke medan tempur." Helaan nafas kasar James terdengar, Marvel tau jika keputusannya yang ini tentu saja masih sangat di ragukan dan tidak disetujui oleh Daddy nya dan semuanya.

"Keras kepala," celetuk Alpha yang duduk di sebelah kemudi tepat di samping Enigma. Pemuda itu memang sedari tadi selalu melihat kaca depan untuk melihat keadaan adiknya di belakang. Memilih diam hingga ucapan si bungsu barusan membuat nya mood nya kembali turun, pun Enigma juga merasakan kekesalan teramat karena begitu keras kepala nya adik kecilnya itu. Aura gelap kini memenuhi diri Enigma.

________

"Tapi Lodan juga tak suka dengan keputusan mu ini Marvel!" Bantah Enigma sembari menarik kerah belakang Marvel, hingga tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu berputar dan menghadap dirinya sepenuhnya. Marvel menggigit bibir bawahnya menahan rasa sesak yang membuncah di dadanya.

"Berhenti menyeret namanya kak! Kalian sendiri yang bilang untuk mengikhlaskan nya, namun kalian sendiri yang kembali memulainya!" tanpa sadar anak itu berteriak, terlanjur sakit saat kembali mengingat pemuda kaku itu.

Enigma meraup wajahnya kasar pria itu meliarkan pandangannya ke sembarang arah, setengah jam yang lalu mereka sudah sampai di depan markas DiamondGolden dan saat mereka semua turun. Berbeda dengan Enigma yang menarik Marvel ke taman Markas. Dan disinilah keduanya berada di taman markas yang di penuhi rumput luas hijau di sekitar mereka lalu beberapa pohon jeruk menjadi daya tarik tersendiri di taman ini.

Dengan wajah memerah padam Enigma memilih duduk di kursi yang tersedia di sana, pandangan nya menatap tajam beberapa anggota DiamondGolden yang melirik mereka hingga akhirnya hanya mereka berdua yang berada di sana setelah beberapa anggota yang berjaga di Sana. Pemuda dewasa itu menggeram marah saat melihat adiknya hanya diam saja tak berniat mendekati nya yang sedang dalam mood yang hancur saat ini.

"Mau," tawar Marvel sembari menunjuk buah strawberry yang sedari tadi ia makan, buah itu juga yang sedari tadi ia bawa bekal dari James agar anaknya itu tidak terlalu bosan saat berada di Texas.

"Gak!" ketus yang lebih tua. Marvel hanya acuh terus memakan buah merah berbintik putih yang memiliki cita rasa manis dan sedikit asam itu.

"Jangan marah marah, nanti cepet kawin," Marvel menyumpal mulut si sulung dengan buah strawberry bekas gigitan nya. Enigma sendiri hanya diam sembari mengunyah buah merah itu.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang