40. Empat puluh

3.9K 445 22
                                    

"Tak ada yang perlu di khawatir kan, kondisi tuan kecil baik. Dia demam karena syok dan juga dehidrasi. Kalau begitu saya pamit undur diri," Kristoff keluar dari kamar Marvel setelah memeriksa bungsunya James itu. James meringsut mendekat ke arah si bungsu yang kini berada di pangkuan Imanuel.

"Daddy pusing, muter-muter hiks..." Lirih si bungsu hingga anak itu langsung memeluk leher James saat tubuh nya di angkat dan di dudukkan di pangkuan sang Ayah. James memijat lembut dahi si bungsu, bisa ia rasakan rasa hangat di telapak tangannya saat menyentuh permukaan kulit si bungsu. Marvel masih terisak pelan di dekapan sang Ayah. Tangan nya menggenggam jari jemari James.

Enigma menghela nafas pelan melihat adik nya yang tampak lemas dengan terus menerus menangis. Pria muda itu duduk di sebelah Marvel, tangan nya tergerak menempelkan plaster penurun panas pada dahi sang adik.

"Maaf," Lirih Enigma yang menggenggam tangan putih si bungsu. Hingga hati nya menghangat melihat senyum kecil terbit di bibir sang adik. Di usapnya lembut bibir pink sang adik dengan jari jempol nya. Enigma terus menatap lekat wajah si bungsu yang kini menempelkan pipinya di dada bidang James. Sekon terus berjalan hingga tak lama Imanuel kembali masuk ke dalam kamar si bungsu dengan membawa nampan.

"Makan dulu, kakak mu sudah membuatkan mu sup rumput laut." James berujar, dengan perlahan pria itu mengeluarkan kepala bungsunya dari balik dada nya. Ketiga pria itu kontan terkekeh pelan melihat wajah si bungsu yang tampak memerah karena suhu panas yang terjadi pada suhu tubuh si bungsu saat ini. Anak itu membuka sedikit mulut nya saat Enigma menyuapi nya sup rumput laut. Hening sejenak hingga bungsunya James tersenyum manis karena sup rumput laut yang masuk ke dalam mulutnya terasa enak dan pas. Ah, kakak nya itu memang sangat pandai dalam memasak.

"Enak?" Marvel mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Imanuel. Sup rumput laut buatan Imanuel itu habis, James dengan sigap memberikan obat pada sang anak dan tak lupa minum. Marvel kembali menduselkan badan nya di dada bidang James. Mencari kenyamanan pada dekapan sang Ayah.

"Daddy,"

"Ada apa?" James dan ketiga kakak nya segera menjawab panggilan si bungsu. Marvel tersenyum tipis, segera mendongakkan kepalanya menatap keempatnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya, dan mengapa semalam keluarga kakek Edward di bunuh," Marvel berucap sedikit ragu saat menanyakan hal itu. Ia tak terlalu tau pekerjaan apa yang sebenarnya semua keluarganya sembunyikan dari nya. Namun Marvel hanya mencoba untuk lebih tau. Agar suara saat nanti ketika keluarganya melakukan hal yang sama semalam maka ia tidak akan merasa takut dan terancam. Ia hanya butuh alasannya saja. Karena tak mungkin orang yang tadi nya begitu perhatian pada keluarga Edward kini malah menjadi pisau terdekat.

"Almarhum, Oma mu mati karena keluarga Edward." Marvel tertegun mendengar penuturan James. "Jangan terlalu di pikirkan, nanti kau akan tau sendiri." James mengangkat dagu si bungsu hingga tatapan mereka bertemu. Menundukkan kepala nya guna mengecup kedua pipi si bungsu.

"Masih pusing?"

"Dikit," Cicitnya Marvel melirik ke arah depan di mana ketiga kakaknya yang masih stand by di atas kasurnya. Alpha meraih tangan si bungsu lalu mengecup nya lembut.

"Cepat sembuh, aku punya banyak koleksi motor scoopy untuk di tunjukkan pada mu." Alpha segera menyembunyikan wajahnya saat melihat senyum yang begitu manis dan indah kini terpampang di wajah si bungsu. Oh ayolah, apa adiknya itu tidak bisa sehari saja tidak membuat jantungnya kacau. Bahkan kini ketiga kakaknya matian matian menahan degup jantung yang kian merajalela karena ulah bungsunya James.

"Ehm! W-wajahmu, J-jangan seperti itu jika tak ingin gigi mu kering," Imanuel membuka suaranya yang terbata-bata.

"Kenapa!? Kan kata papi kita harus selalu tebar senyum biar orang ngiranya kita ramah dan hangat, iyakan Dad?" James tersenyum tipis. Ia sudah tau siapa dalangnya, James tak marah ataupun merasa risih dengan ajaran kakak sulungnya itu. Namun jika bungsunya terus seperti ini di depan mereka. Maka habis lah mereka dengan jantung yang terus berdetak dua kali lebih cepat.

MARVELO ANDROMEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang