9. Rumah Kita

2.8K 173 36
                                    

Menapakkan kaki di rumah megah yang terlihat mewah dengan interior yang sudah rapi, membuat Ansara sempat melongo selama beberapa detik. Sang gadis menengok ke belakang, mencuri tatap pada Bumi dan Killian, sang pemilik rumah yang sebentar lagi akan memindahkan kepemilikannya pada Bumi, dengan tatapan tak percaya.

"Suka, sayang?". Saking pekanya, Bumi menyadari tatapan sang istri untuknya. Lelaki itu tersenyum hangat.

Ansara menggigit bibirnya. "Itu.. Kok besar banget rumahnya?".

Bumi maupun Killian, sama-sama terkekeh mendengar pertanyaan Ansara. "Bagus dong, nanti Biel biar bisa lari-larian di sini".

"Tadinya, ini didesign untuk keluarga saya. Makanya luas begini. Oh iya, most importantly, kamar anak disini, designnya juga sengaja luas supaya bisa untuk jangka panjang. Jadi, once anak kalian remaja, gak perlu expand, bisa langsung bawa temen-temennya nginep disitu malah". Jelas Killian, menambahkan.

Ansara mengangguk, netranya pun membulat. "Tapi, kalo seluas ini, nanti aku takut gak ya kalau sendirian dirumah?".

Bumi maju selangkah, lantas meraih pundak Ansara dan mendorongnya perlahan masuk lebih dalam ke rumah megah itu. "Coba lihat dulu ke dalam, dapurnya bagus loh. Kamu pasti betah, kamu kan suka masak".

Benar saja, Ansara langsung jatuh cinta setelah melihat design dapur yang begitu memanjakan mata. Saking terpesonanya, Ansara bahkan bisa membayangkan dirinya berada disana, dibalik meja luas sembari asyik menyiapkan bahan-bahan masakannya.

Bumi yang menyadari perubahan suasana hati Ansara, lantas berbisik di belakangnya. "Gimana? Bunda suka?".

Ansara tak lagi mampu menahan senyumnya, gadis itu pun menoleh dan mengangguk pelan. "Aku suka banget".

Sekali lagi, Bumi terkekeh. Lelaki itu lantas mengembalikan atensi pada Killian, temannya sejak dulu, dan menepuk pundaknya. "Istri gue udah oke. Gue ambil, Bro".

"Great. Urusan surat-suratnya nanti lo sama gue aja ya, Bro. Semoga betah. Gue seneng juga lo yang ambil nih rumah. Seenggaknya, kapan-kapan, gue sama istri dan anak-anak gue, bisa main kesini kalo kangen sama rumah ini". Balas Killian senang.

Bumi lantas terkekeh. "Gue gak salah denger barusan? Anak-anak? So.. You've changed your mind, huh? Katanya mau childfree?".

Killian menggaruk lehernya yang tak gatal. "Kebobolan gue".

"Wait, what? your wife's pregnant?". Sahut Bumi tak percaya.

Killian lantas mengangguk. "Yup. Twins".

"Holly fuck?! Congratulation, Man. Wah, gak jauh dari anak gue nanti umurnya. Bisa lah temenan bertiga". Sahut Bumi lagi.

Killian mengangguk. "Bisaa, asal anak lo nantinya gak naksir anak gue aja. Satunya cewek anak gue".

Keduanya lantas tertawa lepas, dengan Bumi yang menyahuti. "That's out of my control, Bro. Bisa aja malah anak lo yang cinta mati sama anak gue, ganteng soalnya anak gue, mirip gue banget".

Mendengar percakapan kedua lelaki di hadapannya, Ansara ikut tersenyum. Setidaknya, hari ini, dirinya seakan mendapatkan sisi lain dari Bumi saat bertemu dengan teman-temannya. Bukan Bumi yang kaku dan tegas, melainkan luwes dan penuh gurau.

———

"Istri saya kenapa diem aja? Capek, ya?".

Sapa dari Bumi membuat Ansara menoleh, setelah sebelumnya sibuk menatap keluar mobil, menikmati pemandangan jalanan sore diluar.

BUMIGANTARAWhere stories live. Discover now