BAB 4

88 8 0
                                    

Hari ini aku melihat wajah kekasihku nampak suram tak seperti biasa. Aku coba bertanya padanya kalau begitu.  Siapa tahu aku bisa mengurangi kesuramannya itu.

"Sayang kamu kenapa sih? Kok kayaknya agak bete gitu?" Aku bertanya halus.

"Sssttt! Jangan panggil sayang-sayang di ruang makan ah, nanti si ponakan bos denger." Dia muram.

"Eh, iya. Maaf maaf, kamu lagi kenapa sih?" Aku heran.

"Masa ayah dan ibu aku nyuruh aku pulang buat kenalan sama rekan bisnisnya. Pengusaha muda sukses gitu." Dia bete sekali.

"Serius yank?" Aku menyelidik. "Kenalan aja kan nggak apa sayang." Aku menenangkan.

"Kamu ini gimana sih? Kenalan dan dia deketin aku, terus ortu kami nyuruh tunangan. Masih nggak apa-apa gitu? Kamu rela?" Dia mendengus.

"Apa? Tunangan? Ya tentu aku gak rela lah yank." Aku mulai cemas.

"Ya udah maka dari itu aku kesel jadinya. Udah tau aku mau konsen ke karir aku." Glo melipatkan kedua tangannya tanda tidak suka.

"Selamat pagi kakak-kakak cantik." ya ampun suara bocah rese itu lagi.

"Iya pagi juga Icha." Aku menjawab.

"Pagi." Glo menjawab datar.

"Aduh kakak bule kok kayak bete banget pagi ini. Nggak baik lho kak. Masih pagi." Dia tertawa kecil.

"Bukan urusan kamu!" Glo ketus.

"Hmm, ok! Oh iya, kak Zeva masak apa ni sarapannya?" Dia tersenyum.

"Nggak bikin sarapan. Itu roti tawar tinggal kamu pakein selai sama susu tuang sendiri aja ya." Aku memberi penjelasan.

"Ah, nggak mau kak. Bikinin dong." Dia malah berani menyuruh aku lagi.

"Kan udah gede, bisa dong bikin sendiri." Aku tetap sabar.

"Nggak mau! Bikinin atau aku aduin oom ni." lagi dan lagi dia ancam seperti itu. Ih bocah!

"Eh dek. Jangan suruh-suruh Zeva kaya gitu. Dia lebih senior dari kamu." Glo agak sewot.

"Ya memang kak Glo. Ya udah kak Zeva, tolong bikinin yah." Icha ini nampak santai sekali.

"Kamu ini dek!" Glo geram.

"Eh, udah ya udah Glo. Nggak apa-apa kok. Masih pagi ini. Tenang ya." Aku mencegah kekasihku agar tidak mencak-mencak.

"Tuh kak Glo. Sabar. Setuju sama kak Zeva!" hmm dasar anak ini. Pengen aku pites!

Setelah itu aku menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Lalu aku membuat roti isi selai untuknya. Dasar ya ini anak dengan polosnya sarapan depan kami. Merasa tidak bersalah apa ya?

Harus banyak bersabar. Aku mau keluar dari perusahaan nggak mungkin karena kami sudah perpanjang kontrak minggu lalu. Kami diperpanjang untuk dua tahun kedepan. Padahal biasanya per satu tahun.

Setelah kami semua sarapan. Kami menuju mobil, secara pakai motor tidak mungkin. Kami masuk ke dalam mobil, aku yang menyetir dan Gloria di sampingku biar si bocah di belakang saja.

"Hey kakak-kakak, aku mau duduk di depan ya." Ia mencegah Glo.

"Eh? Aku yang di depan biasanya. Kamu di belakang aja." Glo ketus.

"Nggak mau!" bocah ni ngeloyor masuk mobil. Glo masih berdiri di dekat pintu mobil.

"Aduh dek. Kamu kan di belakang enak tuh, leluasa." Aku menjelaskan.

"Aku nggak mau kak. Ayo berangkat! Si kak Glo tinggal aja tuh. Nggak mau masuk mobil gayanya." bocah ini cuek.

Aku langsung turun dari mobil lalu membujuk Glo agar masuk ke dalam mobil. Nanti kalau telat jadi tidak enak sama bos. Apalagi ada ponakannya ini, dimana hari pertama ia bekerja.

"Glo sayang. Ayo masuk mobil. Nanti telat nih kita." Aku berbicara agak berbisik padanya.

"Dia tuh keterlaluan. Ganggu kesenangan kita tau nggak?" kekasihku kesal.

"Iya aku paham sayang. Tapi kita sabar aja ya ngadepin anak itu. Masih labil kali." Aku menenangkan.

"Oy kakak-kakak! Ayo berangkat nanti telat."

"Iya!" Glo ngeloyor ke dalam mobil. Dia mengalah dan duduk di belakang.

"Nah bagus kak Glo. Jangan kayak anak kecil dong. Baru segitu doang."

What the hell? Nggak sadar apa bahwa dia yang seperti anak kecil.

Di perjalanan aku lihat Glo sangat muram dan mengalihkan pandangan ke arah jalan. Sedangkan Icha dengan santainya menyetel radio di dalam mobil dengan keras. Mobil kami melaju selama kurang lebih dua puluh lima menit. Ya lebih lambat sepuluh menit jika dibandingkan dengan menaiki motor.

Sesampainya kami di kantor. Kami langsung menangani job desk kami masing-masing. Si bocah biar ditangani sama bos aja. Aku lihat dengan cerianya dia berkenalan dengan para pegawai kantor. Mereka belum tahu saja betapa resenya bocah bernama Icha ini.

Jam kantor berlalu cepat dan sudah waktunya istirahat. Aku mengajak Glo untuk makan di luar saja. Aku menghampiri dia yang sedang meregangkan tubuhnya yang nampak pegal.

"Glo, kita lunch di luar yuk!" Aku menarik tangannya sambil tersenyum.

"Yuk, Zeva!" Dia tersenyum balik.

Iya kalau di kantor keseringan panggil nama saja. Biar tidak ada yang curiga. Perlakuan aku kepada Zeva juga jangan terlalu mencolok perhatian.

"Hai, kakak berdua. Mau makan siang ya?" duh bocah ini lagi.

"Iya." Glo menjawab singkat.

"Aku ikut dong. Makan di mana?" Dia bertanya dengan polosnya.

"Kita mau makan di luar." Aku menjawab.

"Oh gitu, ayolah ke kantin aja temenin aku makan. Aku mau tau makan di kantin suasananya kayak gimana kak. Ayo kakak!" Dia menarik tangan kami berdua.

"Iya iya ih tapi lepas dong!" Glo menuruti walau bete.

"Iya dek lepas aja. Kita ke kantin." Aku datar.

"Asik!" Dia berjalan di depan kami dan nampak kami seperti pengawalnya.

Sebenarnya kesal sekali. Di rumah ada dia dan di kantor sudah pasti dia lagi. Hidup kami berdua bisa terancam punah kalau begini caranya. Ya tapi kami berusaha maklum karena ia masih suka main-main mungkin. Padahal saat aku seusianya tidak begini tingkahnya. Mungkin ia suka dimanja oleh keluarganya. Maka dari itu ia dilepas ke perantauan supaya lebih mandiri.

Kami sampai di kantin kantor dan aku memesan beberapa menu untuk kami bertiga. Icha bilang dia suka dengan menu kantin di sini. Sedangkan Glo makan dengan ogah-ogahan. Ingin aku menyuapi Glo tapi mana mungkin? Banyak mata memandang nantinya. Terlebih ada Icha di antara kami. Aku takut Gloria sakit seperti dulu.

"Kak makasih ya udah nemenin makan." Icha tersenyum lebar pada kami.

"Iya, sama-sama." Aku jawab singkat saja.

Makanan Icha habis dan bersih. Lahap sekali makan dia itu sementara Glo masih tersisa banyak. Benar saja dia jadi tidak nafsu makan. Lalu kami bergegas ke meja kerja kami masing-masing.

Icha kembali ke mejanya. Lalu aku menemani kekasihku kembali ke meja kerjanya. Langsung saja punggungnya aku elus perlahan.

"Yank, sabar yah. Nanti kita sambung obrolan di rumah." Aku berbisik padanya.

"Hmm,  Iya sayang." Dia mengalihkan pandangan ke layar komputer.

Benar saja Gloria sedang kesal. Di satu sisi sudah bad mood karena keluarganya ditambah dengan bocah bernama Icha itu. Ya ampun, aku jadi pusing kalau Glo sudah begini. Aku jadi terbebani kalau melihat dia sedih.

Ya sudah sekarang aku kembali bekerja saja. Nanti akan lanjut obrolan di rumah dengan Glo. Semoga kesalnya bisa mereda.

BERSAMBUNG...

Salam Manis
Canimangel
Q (Kyu)
Sabtu, 10 Februari 2024
14.50 WIB

Don't Let GoWhere stories live. Discover now