BAB 17

24 4 0
                                    

Sementara itu di kampung halaman Zeva

Zeva's POV

"Nah sayang. Ini rumah aku." Aku merangkul Glo dengan begitu erat.

"Wah besar ya. Nuansa rumah kamu etnik. Beda dari rumah aku yang modern. Tapi aku suka." Glo tersenyum.

"Makasih yank. Ayo masuk!" Aku terus memencet bel depan rumahku.

"Eh, anak ibu udah pulang. Ayo nak masuk sini. Apa kabar?" ibuku begitu senang dan memelukku.

"Baik bu sehat, ibu juga toh?"

"Iya nduk, ibu sehat juga."

"Oh iya bu, Zeva sama Glo nih yang pernah aku ceritain." kami duduk di ruang tamu.

"Kenalin bu, saya Glo." lalu mereka bersalaman sembari cipika-cipiki.

"Oh iya ini nak Glo. Anak yang baik ya, cantik lagi. Makasih lho udah mau jadi teman Zeva dari lama." kami seketika saling melirik.

"Iya bu, sama-sama." Glo nampak masih malu-malu.

"Bu, bapak mana sih?" Aku tengak-tengok dari tadi.

"Oh sebentar. Bapakmu itu lagi siram tanaman di taman belakang." ibu langsung bergegas.

"Yank, Ibu kamu baik. Aku takut kalau hubungan kita ini nyakitin ibu dan bapak kamu nanti." Glo khawatir.

"Tenang sayang. Sekarang kita istirahat dulu aja ya. Kita hadapi sama-sama." Aku meyakinkan Glo dan menggenggam erat tangannya.

"Lho anak bapak udah sampe toh. Apa kabar nak?" bapakku langsung memeluk anak semata wayangnya ini.

"Kabarku baik pak. Bapak gimana? Sehat?" Aku tersenyum. Rindu juga melihat wajah bapak dan ibu secara langsung.

"Bapak sehat nduk. Nih seger buger buktinya. Oh iya, Ini siapa?" bapakku melirik Glo.

"Oh iya pak. Ini Glo." lalu bapak tersenyum.

"Wah, ini toh orangnya. Salam kenal ya nak Glo."  bapak menepuk-nepuk punggung Glo. Biasanya kalau begitu tandanya bapak sayang.

"Iya pak. Salam kenal." Glo memang masih kaku karena ini pertama kali Glo dan keluargaku bertemu langsung. Biasanya hanya dari telepon saja.

"Zeva, Glo. Ini diminum dulu ya. Pasti kalian capek." ibu membawakan minum dan cemilan untuk kami.

"Makasih ya bu." Glo tersenyum.

Setelah berbincang-bincang singkat. Akhirnya kami berdua pergi ke kamar untuk merebahkan tubuh kami yang lelah. Aku juga sudah kangen kamarku yang serba putih, bersih dan nyaman ini.

"Yank, ini kamar kamu?" Glo sembari melihat-lihat.

"Iya dong. Gimana? Kamu suka nggak?" Aku tersenyum.

"Suka yank. Bersih, rapi dan wangi. Wah kamu koleksi poster kartun yank? Haha." Glo terkekeh melihat koleksiku.

"Haha iya koleksi aku pas jaman sekolah. Lucu kan? Biar aku mengenang masa kecil gitu." Aku tertawa jadinya.

"Haha gitu ya. Ya ampun, ada Doraemon sampe Power Ranger gitu yank. Berubah! Hehehe." Dia menirukan gaya Power Ranger.

"Eh yank. Jangan pernah berubah." Aku menggodanya.

"Haha kamu ini. Dasar ya, bisaan aja godain aku." Dia mencubit pipiku.

"Sini yank boboan." Aku meraih tangannya dari wajahku dan menariknya untuk tidur di sampingku.

"Hehe geli sayang, ih kamu mah gitu." Glo memang sensitif kalau dikelitik reaksinya bisa luar biasa geli.

"Bodo amat, aku suka." Aku terus saja mengerjainya.

"Ih, udah yank. haha udah sih." Dia membalikkan tubuhku dan mencium bibirku.

"Tok-Tok-Tok!"  kami langsung berhamburan.

"Haha cian deh ciumnya bentaran aja ya." Aku balik mencubit pipinya.

"Huh!  Buka sana yank hehe." Dia mengacak rambutku.

"Iya Gloria sayang." Aku menuju pintu kamarku.

"Ceklek!"

"Ibu, ada apa bu?"

"Nanti sejam lagi turun ya nduk. Makan, ajak Glo. Ibu lagi masak yang enak deh buat kalian." ibu tersenyum.

"Ok bu. Siap! Makasih ibu sayang." Aku mencium kedua pipi ibuku.

"Kembali kasih anakku peyang." ibuku memang terkadang suka bercanda.

Kemudian aku menutup pintu kembali dan menghampiri Gloria.

"Ada apa yank?" Glo penasaran.

"Ciye, kepo nih ye." Aku meledek.

"Haha, kenapa ih?" Dia melempar aku dengan bantal.

"Aw! Atit! Lagi dong sayang hehe." Aku tambah ledek saja dia.

"Dasar kamu! Kenapa ibu kamu tadi? Bilang apa gitu?" Glo dengan wajah herannya.

"Sejam lagi kita disuruh makan. Ibuku masak yang spesial buat kita deh. Kamu pasti juga suka, aku kangen masakan ibu yank." Aku merebahkan tubuhku kembali di samping Glo.

"Oh gitu. Wah jadi nggak sabar deh. Ya udah bobo kamu kalau ngantuk. Istirahat sana." Dia menutup wajahku dengan guling dan Glo beranjak dari tempat tidur.

"Kamu mau apa sayang? Nggak ikut tidur juga?" Aku langsung terduduk di kasurku yang empuk dan lembut ini.

"Aku mau hubungin Ify nih. Dia kan mau buat surprise ke Icha nanti malam yank. Kamu lupa?" Dia terlihat mengotak-atik ponselnya.

"Astaga! Iya ya aku lupa hehe. Oh iya, nanti malam minggu kita jalan ke alun-alun yuk! Cari hadiah buat Icha." Aku tersenyum.

"Nah iya. Harus itu. Aku mau tau persiapan Ify." Lalu Glo men-loud speaker ponselnya.

Ternyata Grify sudah siap untuk memberi kejutan kepada Icha nanti malam. Pasti Icha akan bahagia sekali apalagi Grify mau menyatakan rasa ke Icha. Benar-benar manis perlakuan anak itu.

Kalau aku menembak Glo langsung to the point saja sembari memberi cincin kembaranku dengannya ini padanya. Semoga Ify berhasil mendapatkan hati Icha. Memang kalau berani mencintai berarti berani sakit hati.

Cinta memang datang tiba-tiba dan perjuangannya tentu tidak mudah. Apalagi seperti hubungan yang aku jalani ini. Aku harus berani bilang ke orang tuaku tentang hubungan kami yang tidak biasa ini.

Namun aku memang bahagia dengan Glo sehingga aku tidak ingin kehilangan dirinya. Semoga orang tua aku dapat mengerti akan cinta kami ini. Meski hatiku dan Glo pastilah sangat gundah saat ini.

BERSAMBUNG...

Salam Sayang
Canimangel
Q (Kyu)
Selasa, 13 Februari 2024
15.55 WIB

Don't Let GoWhere stories live. Discover now