BAB 28

33 4 0
                                    

Aku terus memperhatikan foto itu dan terus bertanya dalam hatiku. Tak terasa malam telah menjelang. Aku benar-benar didera penasaran.

"Ceklek." suara pintu kamar terbuka. Ah itu Zeva pulang.

Buru-buru aku sembunyikan foto ini dibalik selimut. Aku hanya terdiam melihat dia. Begitu juga dengan dia.

"Kamu udah makan?" akhirnya dia membuka pembicaraan setelah hampir satu jam saling terdiam. Dia hanya mengotak-atik ponsel sedari tadi.

"Tadi pagi aja."

"Kenapa nggak makan lagi?" Dia datar.

"Nggak laper." Aku tak kalah datar.

Aku lihat Zeva langsung pergi. Entahlah apa yang dia pikirkan. Aku langsung buru-buru menaruh foto itu ke tempat semula dan kembali tiduran.

"Tok-Tok-Tok! Glo ke luar yuk!" Aku mendengar suara Ify.

"Iya Fy, sebentar." Aku membuka pintu kamarku.

"Udah jam sepuluh malam lewat lho ini. Kamu nggak mau makan juga? Turun yuk ah makan." Ify menarikku.

"Hmm, nggak deh. Nggak usah Fy. Aku nggak laper. Beneran deh. Makasih ya." Aku masih menahan diri di kamar.

"Nanti kamu sakit Glo." Ify tersenyum.

"Hehe nggak usah ya Fy. I'm ok. Aku mau rehat aja deh. Beneran aku nggak apa-apa. Thanks ya." Aku tersenyum melihat Ify dengan ekspresi seriusnya.

"Ok lah kalau gitu. Selamat istirahat ya. BTW, si Zeva lagi bikin minum di dapur. Tadi aku nyapa dia eh tapi dia diem aja gitu. Masih marah kayaknya sih." Ify memberi tahu.

"Iya biarin aja. Maafin dia ya Ify" Aku datar.

"Udah Glo, nggak usah minta maaf gitu. Bukan salah kamu. Ya udah deh, selamat istirahat ya Glo." Ify berlalu dari kamarku.

Aku kembali tiduran lagi. Lalu tak berapa lama Zeva masuk kamar. Ia terlihat membawa sesuatu.

"Glo, bangun dulu. Ayo duduk sini." Zeva datar.

"Apa?" Aku agak sensi.

"Hmm." Dia menghela napas. "Kamu makan dulu ya." lanjutnya.

"Nggak usah." Aku datar.

"Nggak usah kekanak-kanakan. Ini aku udah bikinin nasi goreng sama air jahe. Makan ya. Aku nggak mau kamu sakit." Dia menyodorkan padaku.

"Aku males makan." Aku makin datar karena sudah ingin bertanya foto itu tapi aku malas untuk membahas.

"Ya udah, aku suapin." Dia langsung menyuapi aku.

"Ayo dong, Glo. Makan." Dia memaksaku.

"Hmm." Aku menggeleng perlahan.

"Glo, ayo dong. Makan dulu ya." Dia masih berusaha membujukku.

"Hmm." Aku masih menolak suapan darinya.

Lalu Zeva menghela napas agak panjang dan menaruh piring pada nakas.

"Sayang, maafin aku ya." Dia dengan tenangnya sembari memegang tanganku.

"Kamu ngerasa salah?" Aku menanggapi.

"Iya. Maafin aku karena aku udah berani kasar sama kamu." Dia tampak menyesal.

"Kamu kenapa belakangan jadi berubah?" Aku mulai respek.

"Aku, hmm. Nggak apa-apa. Aku cuma lagi kangen dan kepikiran sama bapak aja. Ibu bilang, kalau sampai detik ini bapak belum bisa maafin aku." Dia terlihat sedih.

Don't Let GoWhere stories live. Discover now