BAB 25

26 4 0
                                    

"Sayang." Aku memeluk Zeva yang sedang tiduran.

"Hmm?" Dia terlihat sibuk dengan ponselnya.

"Ih sayang. Lihat aku dong." Aku memalingkan wajahnya ke arahku.

"Hehehe." Dia hanya tersenyum.

"Ih sayang. Sini ih HP kamu." Aku menarik ponselnya.

"Eh sayang bentar, jangan ditarik dulu. Aku lagi ngitung laba kafe kita yank. Kan bentar lagi karyawan kita gajian." Dia menarik kembali ponselnya lalu mematikan.

"Yah kok HP kamu malah dimatiin sih yank?" Aku manyun deh.

"Aduh sayangku ini jelek banget deh. Sini sini sayang. Peluk aku." Ia langsung merengkuh tubuhku.

"Ih kamu ma gitu yank." Aku mencubit pipinya.

"Hehe, ya udah yuk bobo. Aku capek yank. Besok Icha sama Ify jadi kan main ke sini?" Zeva bertanya.

"Iya jadi. Dari sana malem yank. Nyampe sini paling dini hari." Aku menjelaskan.

"Oh ok deh. Nice dream honey." Zeva langsung tertidur sambil terus memelukku.

"Ih yank. Kok langsung bobo sih? cium kening aku dulu ih." memang itu kebiasaan kami.

"MuachGood night honey." Dia menurutiku.

Belakangan Zeva terasa aneh bagiku karena tidak seperti biasanya. Terkadang aku bertanya-tanya sendiri di dalam pikiranku. Malam ini aku juga belum bisa tidur namun Zeva tertidur lebih dulu, aku lihat dia langsung pulas.

Baiklah, aku jadi tergugah untuk mengecek ponsel miliknya. Penasaran sekali karena ia begitu serius menghitung laba kafe karena biasanya kami menghitung bersama. Jadi aku ambil diam-diam ponsel yang ada di atas nakas samping tempat tidur kami.

Aku menghidupkan ponsel kekasihku lalu aku tunggu beberapa detik. Terdapatlah layar ponselnya yang menyala. Ternyata ponselnya memakai password dan itu tidak seperti biasanya.

Aku merasa semakin aneh dan curiga padanya.
Tapi percuma saja karena aku tidak bisa membuka ponselnya untuk cek. Jadi aku matikan lagi saja, namun sebelum aku mematikan ponselnya ada telepon yang masuk.

"Ddrrtt-Ddrrtt!"

Ingin aku angkat namun panggilan itu langsung terhenti. Tunggu, ini nomor siapa? Tidak ada nama yang terpampang di layar.

"Ddrrtt-Ddrrtt!" berikutnya ada SMS masuk. Sepertinya sih nomor yang tadi. Sialnya aku tidak bisa lihat isi pesannya lagi.

Ada apa ini? Siapa malam-malam begini berani hubungi Zeva? Kecurigaanku jadi makin menjadi.

Ya sudah kalau begitu aku tidur saja dan mematikan ponsel dia serta mengembalikan ke posisi semula.

Esok Pagi

"Selamat pagi sayang." Zeva mengelus rambutku dan membangunkan aku.

"Pagi. Tumben bangun duluan?" Aku langsung tersenyum kecil.

"Iya nih, kamu mandi sana. Aku baru selesai mandi dong." lalu dia bergegas berganti pakaian.

"Iya." Aku langsung ke kamar mandi.

Setelah selesai bersih-bersih. Aku bergegas untuk berganti pakaian. Tunggu, aku melihat Zeva seperti sedang telepon, tapi seperti bisik-bisik.

"Uhuk-Uhuk!" Aku pura-pura batuk saja.

"Eh, sayang. Udah selesai mandinya. Biasanya agak lama yank." Zeva langsung memasukkan ponselnya ke saku blazer.

"Iya. Aku dingin banget kalau lama-lama. Hari ini dingin banget ya." Aku tersenyum.

Don't Let GoWhere stories live. Discover now