BAB 26

21 3 0
                                    

Hari ini rasanya agak berbeda karena adanya kehadiran dua sahabat baik kami yaitu Icha dan Ify. Hari ini aku ingin mengajak mereka ke kafe. Tentu mereka memang ingin tahu keseharian kami jika di kafe dan sekalian ingin ikut membantu.

"Kak Glo, beneran ini? Kami boleh bantu kalian di kafe?" Icha terlihat senang.

"Tentu aja dong." Aku tersenyum.

"Thanks ya Glo. Mudah-mudahan sih, Icha nggak ngerepotin kalian dan bikin masalah hehe." Ify menggodaku.

"Dasar! Nggak bakalan lah. Aku kan udah nggak kayak kecil lagi tau!" Icha menyoraki Ify.

"Ah maca cih cayank? Haha." Ify terus meledek.

"Iyah ih!" mereka ini lucu memang.

"Udah dong. Kalian ini ya nggak berubah. Masih aja suka ledek-ledekan hehehe." Aku tertawa riang.

"Hey, Zeva! Dari tadi diem aja sih? Ikut nimbrung ngobrol dong. Nggak kangen sama berdua apa ya?" Ify menyentil kuping Zeva yang sedang menyetir.

"Haha iya, kangen dong. Ikut dengerin kok, sorry lagi konsen nyetir soalnya." Zeva tertawa kecil.

"Iya nih kak Zeva nggak asik lagi." Icha menyindir.

"Hehehe sorry deh sorry ya Cha, sorry Ify." Zeva seperti kurang menyatu pada kebersamaan kami.

Lalu kami sampai di kafe. Setelah aku dan Zeva menyajikan beberapa menu spesial pada mereka. Akhirnya mereka membantu kami dan ternyata mereka cukup cekatan.

"Capek nggak dek?" Aku bertanya pada Icha yang sedang menunggu pesanan untuk diantar.

"Nggak kak, malah asik menurut aku. Jadi pengen punya kafe sendiri." Dia tersenyum.

"Ya nanti kamu pasti bisa juga Cha. Itung-itung belajar ngadepin customer ya di sini hehe." Aku mengacak rambutnya.

"Ih kakak. Berantakan kali ah aku ini." seketika logat aslinya ke luar.

"Hehe sorry deh." Aku terkekeh.

"Tambahin aja ni biar ngamuk hehe." Ify datang dan ikut mengacak rambut pacarnya ini.

"Ish kamu! Wah ngajak ribut ya." Dia manyun.

"Kenapa? Nggak suka? Terus mau apa? Ngambek? Cium ni cium." mereka ini memang lucu sekali.

"Huu! Dasar tukang nyosor kamu." Icha mencubit pipi Ify dan berlalu.

"Haha kalian lucu ya. Gemes banget lihatnya." Aku masih tertawa kecil.

"Yah gini deh kita kalau bareng. Oh iya, kamu sama Zeva baik-baik aja kan?" Ify tiba-tiba bertanya seperti demikian.

"Iya kita baik-baik kok Fy." Aku menutupi.

"Ah jangan bohong deh. Aku tuh liat kalian beda. Diem-dieman." rupanya dia orang yang peka.

"Glo? Kalian lagi kenapa sih? Kok bengong?" Dia menyadarkan lamunanku.

"Hmm, iya Fy. Kita lagi ada masalah sih." Aku mengeluh.

"Nah, tuh kan! Masalah apa?" Ify mulai antusias.

"Nggak tau yah. Aku ngerasa Zeva belakangan ini kayak aneh dan berubah." Aku membeberkan.

"Berubah? Dalam hal apa?" Dia penasaran.

"Hmm, gimana ya? Bingung juga. Pokoknya sikapnya beda. Seperti bukan Zeva yang biasanya. Dia belakangan rada sensi gitu terus kalau nerima telepon suka menjauh dari aku. Kalau aku tanya katanya nomor nyasar. Terus aku diem-diem mau stalking HP dia kan. Eh, malah dikasih password. Nggak biasanya kayak gitu. Aku jadi curiga sama dia." Aku menceritakan panjang lebar.

Don't Let GoNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ