BAB 11

36 6 0
                                    

"Nah, sampe deh Cha." mobil kami berhenti di suatu tempat.

"Ini di mana? Mau apa?" Aku memang belum pernah  jalan ke tempat ini.

"Di sini enak deh suasananya. Kita bakal makan di kafe favoritku. Yuk turun!" Ify mengajakku.

Aku berjalan mengikutinya dari belakang. Setelah sampai memang tempatnya bagus. Tempat ini juga tidak terlalu ramai.

Di depan terdapat pemandangan pantai yang menyejukkan. Sudah banyak orang-orang berada di pinggiran pantai. Mereka pasti sedang menunggu matahari terbenam.

"Kamu suka pantai?" kami mulai duduk.

"Iya aku suka banget." Aku menopang dagu di atas meja kafe.

"Sebentar lagi sunset lho. Pasti kamu makin suka." Dia tersenyum.

"Iya nih. Makasih ya!" Aku merasa bahagia.

"Ya udah, aku pesenin mocktail mau?" Dia menawarkan.

"Iya boleh. Terserah aja. Ini kan kafe rekomendasi kamu." Aku kembali menatap pantai.

"BTW, kamu nggak marah kan ditinggal Zeva sama Glo?"

"Enggak, soalnya diajak ke tempat bagus kayak gini sih. Ya nggak jadi marah deh."

"Hehe syukurlah, kirain kamu marah Cha."

Setelah kami berbicang singkat pesanan kami pun datang. Ify memesan mocktail dan beberapa makanan ringan. Ia juga memesan jagung bakar yang aromanya menggoda.

"Ayo Cha. Diminum sama makan dulu."

"Oh iya iya. Thanks ya."

"Nggak perlu sungkan Cha. Santai aja lagi."

"Baiklah, oh iya ini kafe kok rada sepi sih? Padahal suasananya enak gini."

"Oh ramenya kalau malem Cha. Di sini ada club-nya juga."

"Hmh, gitu. Pantes."

"Kenapa? Mau clubbing? Ajojing kita."

"Enggak ah, haha."

"Kenapa? Kalau mau, aku temenin."

"Haha enggak deh. Makasih."

"Haha kalau kamu mau nanti contact aku aja."

"Iya, tapi kamu nggak drugs kan?"

"Enggak kok. Aku bersih. Minum juga nggak. Dulu pernah nyoba sih untuk minum, dulu banget ya. Sekedar nyoba gitu karena penasaran, tapi ya nggak suka ternyata."

"Hahaha, sama dong. Tos!"

"Ify?" tiba-tiba aku melihat ada seorang laki-laki menepuk punggung Ify. Lelaki itu lumayan tampan, hitam manis dengan kumis tipis.

"Hai, koq kamu di sini?" lalu mereka cipika-cipiki.

"Iya. Tadi aku ke rumah kamu, terus kata orang rumah. Kamu ke kafe ini. Jadi aku susul." lelaki itu akrab banget dengan Ify.

"Oh gitu. Ada apa emang? Eh iya, kenalin ini Icha, temen baru aku." lalu aku dan lelaki itu berjabat tangan.

"Hai Icha, salam kenal. Nama gue Daniel." pria ini tersenyum ramah.

"Oh iya. Salam kenal juga." Aku tersenyum balik.

"Hmm, gue pinjem Ify sebentar ya. Boleh?" Dia meminta ijin.

"Ya udah silakan aja." langsung saja Daniel menarik Ify ke meja kafe yang berada di ujung.

Aku tetap menatap pantai sembari menyantap menu yang telah dipesan. Sesekali aku melirik ke arah Ify. Mereka tampak serius dan intim.

Don't Let GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang