BAB 8

46 7 0
                                    

Hari ini tiba. Aku jadi tidak sabar ingin melihat Icha bertemu dengan gebetan yang sekian lama ia sukai itu. Aku jadi ikut berdebar dengan hal yang akan Icha lalukan.

"Yank, kamu tau nggak? Aku punya kabar yang heboh ni." Aku menepuk perlahan Zeva yang sedang menyiapkan baju kerjanya.

"Nggak dong sayang. Kan kamu belum cerita. Ada apa sih yank?" Zeva tersenyum.

"Kamu pasti nggak percaya deh." Aku cekikikan.

"Apa sih yank? Jangan bikin aku penasaran deh." Ia mulai penasaran.

"Si bocah itu, Icha lagi jatuh cinta. Lucu deh dia." Aku tertawa.

"Jatuh cinta yank? Sama siapa?" Zeva tersenyum.

"Sama kamu hahaha." Aku makin senang.

"Yeh kamu becanda aja yank. Aku kan punya kamu." Dia memencet hidungku.

"Entahlah aku nggak tau nama gadis itu siapa tapi cantik sih." Dia heran.

"Cewek dong? Lha? Dia kaya kita gitu? Hahaha." Zeva ikut tertawa.

"Atuh iya sayang. Aku juga nggak nyangka sih. Nah aku mau nemenin dia nembak nanti siang sebelum cewek itu pulang ke Medan. Nanti sore sekitar  jam tiga udah take off soalnya." aku tersenyum pada Via namun dia mendadak heran.

"Kok kamu sih yang nemenin? Kan mesti kerja yank." Dia datar.

"Aduh sayang. Jangan cemburu dong. Aku cuma nemenin aja. Ngasih dorongan semangat. Dia nangis tau liat foto ceweknya itu karena si cewek udah punya cowok baru." Aku menjelaskan.

"Aih? Nyelekit dong yank?" Zeva heran.

"Iya sayang. Nanti aku izin setengah hari sama bos. Kamu nggak apa ya, aku tinggal sebentar buat nemenin Icha?" Aku tersenyum yang lebar agar Zeva tidak marah.

"Iya sayang. Gak apa kok. Temenin aja. Duh senyum kamu yank, manis banget deh. Ya udah kita siap-siap kerja yuk!" Ia mencubit pipiku.

"Kamu mandi duluan sana biar aku siapin sarapan deh." Aku bergegas ke dapur.

"Iya sayang."  Zeva menuju kamar mandi.

Aku selesai menyiapkan sarapan untuk kami bertiga. Kemudian Zeva dan Icha juga sudah menuju meja makan. Hari ini aku masak bubur kacang hijau dan susu murni supaya energi kami full tahan lama.

"Pagi kak. Wah wangi banget sarapannya. Masak apa sih?" Icha menyapa kami.

"Ini aku masak bubur kacang hijau. ya udah yuk emam dede cayank haha." Aku menggodanya.

"Ish kakak. Nanti ka Zeva cemburu tuh." seketika kami melirik Zeva.

"Apa sih? Nggak lah."

"Nggak salah ya? Kakak sampe manyun gitu haha." Icha meledek.

"Udah deh. Kamu itu mending siapin apa yang mau kamu omongin ke gebetan kamu nanti siang. Awas pingsan haha." Zeva meledek balik.

"Aish! Kakak ini, ya jangan sampe gitu lah kak. Aku tak mau lah." Wah dialek asli Icha ke luar.

"Idih, mukanya merah tuh." kami berdua tertawa melihat Icha.

Setelah ledek-ledekan. Kami bertiga sarapan dan aku lihat mereka lahap. Pasti sarapan buatanku enak.

Lalu kami bertiga siap-siap menuju kantor. Kali ini aku saja yang menyetir. Gantian supaya tidak selalu Zeva yang menyetir. Sepanjang jalan aku bergurau dengan Zeva namun Icha hanya terdiam saja. Pasti ia memikirkan untuk pertemuannya di bandara nanti.

Aktivitas kantor kami lakukan seperti biasa. Jam demi jam berlalu dan aku bersama Icha izin ke bos. Aku dan Icha juga pamit ke Zeva. Baiklah saatnya kami menuju bandara.

Don't Let GoWhere stories live. Discover now