Ch.10 Traktiran Emir

7.9K 223 4
                                    

Satu minggu semenjak terakhir bercinta dengan pak Damar, keadaan dirumah Abuya semakin membaik, Abuya dan Emir sudah tidak sering mengurung diri dikamar, ya meskipun memang Emir tidak pulang setiap hari, tapi ketika dia sedang libur dan berada dirumah, setidaknya dia tidak keluar kamar hanya untuk mengambil makan, karena minggu kemarin untuk makan saja dia memanggilku, kebanyakan hanya tiduran dikasur, bahkan mungkin sepertinya mandi pun dia dengan malas, hmm jika saja Emir memintaku untuk memandikannya, mungkin dengan senah hati aku akan melakukannya.

Hari ini Emir libur, kulihat dia sedang menonton tv diruangan tengah, beberapa cemilan dan minuman aku sediakan untuknya, sedangkan Abuya, dia ke kantor sejak tadi pagi, tentunya bersama pak Damar, kebutuhan bulananku sebenrnya sudah banyak yang habis dan aku berniat untuk belanja bersama pak Damar, sayangnya dia selalu pulang malam bersama Abuya, aku jadi kasihan kalau meminta tolong kepadanya kalo sudah malam, apalagi dia baru beres bekerja kan.

Tugas menyetrika ku sudah selesai, aku segera membereskan pakaian Abuya dan Emir, menyimpanya kembali ke kamar Abuya, kamar luas dengan wangi khas bukhur orang Arab, menurutku interior kamar Abuya ini tipe yang megah dan mewah, bahkan over the top, dengan ranjang berukir dan karpet bermotif, bukan seperti kamar orang kaya yang suka dengan minimalism, setelah memasukan pakaian Abuya kedalam kemarinya, aku berjalan menuju kursi tempat Abuya duduk menghadap jendela, dimeja depanya terdapat asbak yang kini penuh dengan puntung rokok, banyak sekali, hampir penuh, memang setiap aku temui Abuya dikamarnya, pasti ia sedang merokok, aku pindahkan semua puntung rokok itu kedalam tong sampah lalu keluar dan lanjut ke kamar Emir, jika kamar Abuya banyak puntung rokok, maka kamar Emir berbeda, kamar Emir terdapat banyak piring dan gelas kosong yang malas ia turunkan ke dapur, bekas cemilan, bekas makan, bekas minum, semua aku ambil dan bawa kedapur, jorok, mau anak ataupun bapaknya.

Aku berjalan menuju kearah Emir, melihat piring cemilanya kosong.

“Tuan Emir, mau ditambah lagi cemilanya ?.” Tanyaku, matanya tetap fokus kelayar didepanya.

“Tidak usah, aku mau keluar sebentar lagi.” 

“Mau kemana Tuan ?.” Tanyaku, ia memindahkan pandanganya dari tv ke arahku.

“Apa pedulimu ?.” Tanyanya sinis kepadaku.

“Owh, tidak apa apa, saya hanya berfikir jika tuan akan pergi ke Mall, boleh saya ikut, saya ingin membeli kebutuhan saya.” Jawabku pelan sambil menunduk.

“Hmmm, silahkan, saya berangkat pukul 2 sore.” Jawabnya sambil kembali menonton tv.

Aku menatap jam dinding yang besar, yang bener aja, sekarang aja udah jam setengah dua, tiga puluh menit untuk ku bersiap siap berangkat, aku dengan cepat mengangguk kemudian berlalri kecil menunuju kamarku, mandi sebentar kemudian mengganti pakaianku, menyemprotkan sisa parfumki kemudian kembali berjalan menuju ruang tengah, Emir sudah tidak terlihat disana, kulihat ke arah lantai dua, disana Emir sedang berjalan hendak turun dari tangga, menggunakan gamis khas arab yang biasnya disebut thob, berwarna abu abu, sorban dikepala khas orang Arab, ganteng banget, mirip banget kayak yang ada di instagram itu lho, Emir melewatiku begitu saja, berjalan ke arah luar, dan kalian tahu apa ? Wanginya Emir bener bener hebat, Emir sudah berada didepan pintu, tapi wanginya itu masih diem di depan aku.

“Ayo !, Kamu mau ikut tidak ?.” Ujarnya, aku dengan cepat berjalan mengikutinya, berjalan menuju kearah garasi mobil, disana ada mobil Emir, sebuah mobil berlogo empat buah lingkaran yang saling terhubung sejajar, berwarna putih, mobil mahal pasti, karena aku saja belum pernah melihat mobil ini di kotaku dulu.

Emir masuk kedalam mobil itu, aku berjalan ke belakang, mencari dimana pintu belakang mobil itu, karena tidak ada handle pintunya, kemudian kaca pintu depan turun.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang