Ch.20 Nakalnya Emir

9.7K 280 14
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.20

Setelah kami sampai dirumah, aku menyimpan parfum pemberian Abuya ke kamarku, Abuya berganti pakaian dengan pakaian santai untuk tidur kemudian duduk diruang tengah, aku kembali ke dapur untuk membawakan makan malamnya.

“Makan dulu Abuya.” Ujarku sambil memberikan sepiring nasi beserta lauk pauk nya.

“Brahim, saya ingin dibuatkan teh mint dengan susu ya.” 

“Baik Abuya, setelah makan Abuya selesai akan saya buatkan.” 

Abuya menonton televisi sambil makan, tidak maka dimeja makan dapur, lagi pula Abuya orangnya memang se-santai itu, tidak ada ke formal-an ketika dia berada didalam rumah, sepuluh menit berlalu, Abuya memanggilku sambil menyerahkan piring kosong bekas makannya, aku membawa piring itu ke dapur kemudian membuatkan teh panas dengan susu kesukaan Abuya, tak lupa juga aku membawa segelas air putih untuknya.

“Abuya besok masuk kantor ?.” Tanyaku.

“Tidak, saya besok libur, lusa baru ada meeting lagi dengan branch.” Jawabnya sambil meminum habis segelas air putih.

“Terimakasih Ibrahim, teh nya nikmat.” Katanya setelah menyeruput teh mint buatanku, aku mengangguk kemudian berjalan kembali ke dapur, hanya beberapa menit aku didapur, Abuya kembali memanggilku.

“Brahim, saya minta tolong, pijatkan kaki saya, pegal sekali rasanya.” 

“Baik Abuya, sebentar saya ambilkan dulu minyak zaitun nya.” Jawabku sambil kembali ke kamarku, membawa sebuah botol kecil berisi minyak zaitun.

Aku berjongkok didepan Abuya yang sedang duduk disofa, ia melepas slipper atau sendal tipis yang dipakainya, aku kemudian mendudukkan diriku dilantai, mengangkat kaki Abuya sebelah kiri dan menempatkannya di pahaku, mengucurkan minyak zaitun dari dalam botol ke kaki Abuya, dari bawah lutut hingga ke telapak kaki, aku memijat kaki Abuya yang keras dan berbulu, mengusap dan mengelus, lalu kembali memijat betisnya, jari-jari kakj Abuya terasa kaku dan tegang, memang dia sedang benar benar pegal, aku menarik jari-jari kakinya satu persatu, membuat setiap jari kaki Abuya mengeluarkan suara, sesekali Abuya terjengit menahan sedikit rasa sakit, aku kembali mengusap dan mengurut kaki Abuya sebelah kiri hingga selesai, sama seperti sebelumnya, kali ini giliran kaki kanan, begitu seterusnya, mengusap, memijat, mengurut lalu menarik setiap jari kaki Abuya, hingga selesai, tidak ada suara keluar dari Abuya, aku yang terfokus pada kaki Abuya kemudian mengalihkan pandanganku ke wajahnya, astaga, Abuya tertidur sambil bersandar pada sofa, hmmm, nikmat sekali bukan pijatanku, sampai sampai bisa membuat Abuya tertidur.

“Abuya, Abuya, bangun Abuya.” Ujarku sambil menggoyangkan kakinya.

“Hhhhh mmm ???.” Tanya Abuya sambil membuka matanya, ia kemudian menegakkan posisi duduknya.

“Abuya barusan tertidur, lebih baik Abuya pindah ke kamar, tidur di sofa tidak nyaman Abuya, nanti sakit pinggang.” Abuya mengangguk setuju kemudian berdiri dan berjalan ke arah kamarnya.

“Brahim ?.” Panggil Abuya.

“Ya ?.” 

“Saya tidak setua itu.” Ujar Abuya tiba tiba sambil tersenyum.

“Maaf Abuya.” Ucapku, Abuya hanya tertawa sambil kemudian kembali melanjutkan berjalan menuju kamarnya.

______

Waktu menunjukan pukul sepuluh malam, keadaan rumah sudah sepi, Abuya sudah tidur, Amihan dan Nala sedang berada di kamarnya masing masing, pak Damar ?, Entahlah, aku belum bertemu dengannya hari ini, selesai mencuci muka aku kembali ke kamarku, mengganti pakaian ku dengan baju tidur, memakai beberapa semprot parfum kemudian bergerak ke kasur untuk tidur, hatiku sungguh sangat senang hari ini, meskipun masih belum bisa mendapatkan tubuh Abuya, setidaknya Abuya sudah tidak bersikap dingin kepadaku, bahkan dia membelikanku parfum, yang sudah pasti harganya mahal, aku lupa, parfum yang diberikan Abuya, seketika aku beranjak dari kasur dan mengambil sebuah paper bag kecil di atas mejaku, sebuah kotak kecil berisi parfum, ku buka kotak itu, sebua botol berukuran seratus mililiter, kereeeen, botolnya berntuk tabung dengan ujung tutupnya berbentuk kepala rusa dengan mahkota, cairan didalamnya berwarna kuning gelap, aku membuka tutupnya, menghirup aroma parfum itu, hmmm, aneh, parfum ini memang ada sedikit hint wangi parfum Abuya, oud nya terasa, tapi kali ini wanginya didominasi rose dan white floral, sedikit manis vanilla juga, berbeda dengan parfum Abuya yang dominan oud, rose dan leather, aku kemudian membaca tulisan di botol itu, pour femme, hmm, mungkin yang botol ini berisi wangi yang lebih feminine, aku menutup botol parfum ini kemudian menyimpannya diatas mejaku, memasukan wadah kertasnya kedalan papper bag dan menyimpannya dibawah kasurku, menarik selimut lalu mencoba untuk tidur.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang