Ch.26 Berbalas Kecup

7.1K 273 34
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.26

Setelah perjanjian dengan Abuya, aku kini tidak terlalu canggung dengan Abuya ketika kami berada dirumah, apapun yang Abuya perintahkan kepadaku langsung aku lakukan, aku juga bertingkah sedikit nakal, ketika tidak ada siapapun terlihat disekitar kami, aku memeluk Abuya erat lalu mencium pipinya, bahkan mengecup bibirnya cepat.

Emir sudah pulang tadi sore, Abuya juga sedang berada dirumah, aku mengambilkan makanan untuk Emir dan membawanya ke kamar Emir, Emir sedang bertelanjang dada, hanya mengenakan celana kantornya saja tanpa atasan, badan Emir yang tegap dan putih, juga penuh bulu nampak dengan jelas dihadapanku.

“Ahh, Ibrahim!, Kemari!, Sini cepat!.” Ujar Emir menyuruhku masuk, aku menjadi tergesa memasuki kamar Emir.

“Ada apa tuan?.” 

“Apa yang kamu bawa ditanganmu itu?.” 

“Ah, ini makanan tuan, saya sengaja bawakan untuk anda, anda pasti belum makan seharian ini.” 

“Siapa bilang?, Tapi kamu benar Brahim, saya memang belum makan, kemarilah dan suapi saya sambil saya mengganti baju.” Ujar Emir sambil menarik tanganku dan mendudukkanku dikasurnya, Emir membuka mulutnya mengeluarkan suara “Aaaa”, aku langsung menangkap apa maksud Emir, ku ambil sepotong kue dan memasukannya kedalam mulut Emir dengan tanganku, Emir langsung saja melahap kue itu, dia kemudian kembali berdiri tegak dan membuka celananya, kini dia hanya memakai celana dalam berwarna biru gelap, berbentuk boxer, mulutnya masih mengunyah, ia membuka lemari, memgambil sebuah celana pendek dan kaos oblong, kemudian ia memakainya lengkap.

“Aaa.” Katanya lagi sambil mendekatiku dan membuka mulutnya lebar lebar, kembali aku masukan sepotong kue ke dalam mulutnya.

Ia kemudian naik ke atas kasur dan bersandar diujung ranjang sambil memainkan telfonnya, matanya fokus kepada handphone yang dipegangnya sambil sesekali mulutnya terbuka lebar meminta suapan kue selanjutnya, aku tentu saja hanya bisa pasrah menuruti kemauannya.

“Tutup pintunya Brahim, nanti Abuya lihat lagi, malu saya nanti!.” Ujar Emir sambil matahya tetap fokus ke arah handphonenya, aku mengangguk kemudian menyimpan piring berisi beberapa potong kecil kue itu di atas kasur lalu berjalan menuju arah pintu kamar Emir dan menutupnya, karena aku takut Emir akan berbuat yang tidak tidak kepadaku, maka aku kemudian sekalian saja mengunci pintu kamar Emir.

Aku kembali menyuapi Emir dan dia tetap fokus ke handphone di genggamannya.

“Mana airnya Brahim?, Tenggorokan saya kering ini makan terus tanpa minum.” Ujar Emir kepadaku sambil kini ia menyimpan handphone miliknya, aku mengambil segelas jus jeruk yang kusimpan di pinggir kasur Emir dan memberikannya kepada Emir, ia meminum setengah dari gelas itu kemudian menyimpannya sendiri di meja disebelahnya, Emir kemudian menatap aku yang sedang memandanginya, matanya bertatapan langsung dengan mataku.

“Kamu mau kue itu Brahim?.” Tanya Emir kepadaku.

“Ahh, saya bisa ambil sendiri nanti tuan.” Jawabku sambil tersenyum.

“Jangan, yang itu saja sudah, biar aku suapi kamu.” Jawab Emir.

“Tapi tuan Emir belum kenyang kan?.” Tanyaku.

“Gampang, kan kamu bisa ambil lagi.” Balas Emir, aku kemudian menatapnya sebentar kemudian mengangguk setuju, Emir mengambil piring dari tanganku kemudian mengambil sepotong kecil kue, aku kira dia akan memasukan kue itu kedalam mulutku, ternyata tidak, dia malah memasukan kue itu kedalam mulutnya sambil tertawa, aku reflek memukul sisi tanganya, Emir kemudian tertawa lebih keras.

Emir mengunyah kue dimulutnya, kemudian kulihat pandanganya yang tadi penuh tawa kini serius, dia berhenti mengunyah, kemudia mendekatkan wajahnya ke wajahku, tanganya memegang wajahku, aku diam tak bergeming, menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, Kulihat Emir terlihat sedikit ragu ragu, namun kemudian sekelibat juga terlihat wajahnya berubah menjadi penuh keyakinan, ia semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan, cupp, kurasakan bibir Emir mencium bibirku, ini pertama kalinya ia mencium bibirku, setelah sebelumnya ia merasa jijik, kami tidak berciuman dalam, hanya sebuah kecupan saja.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang