Ch.43 Hari Yang Santai

4.1K 190 26
                                    

PRIA ARAB MAJIKANKU CH.43

Kamar Abuya masih gelap, apa dia belum bangun ya, padahal ini sudah pukul enam pagi, kuputuskan untuk masuk dan membangunkan Abuya saja, barangkali dia begitu kelelahan hingga dia tertidur lebih lelap.

“Abuya.” Panggilku, aku mendekat ke arah samping kasur dia.

“Abuya, sudah pagi.” Ucapku kembali,kali ini sambil menggoyangkan badan Abuya pelan.

Mata Abuya perlahan terbuka, tidak kuduga, sesaat setelah matanya terbuka, tangan Abuya dengan cepat menarik tanganku, membuatku jatuh tepat ke atas badannya.

“Aduhhh, Abuyaaa!.” Ucapku kesal sembari memukul dadanya.

“Hahaha, kenapa kamu membangunkan saya sepagi ini hmm? Berani sekali mengganggu jadwal istirahat saya.” Ucap Abuya.

“Memangnya anda libur hari ini? Saya kira anda akan masuk kantor hari ini Abuya, saya tidak tahu.” 

“Kemarin kan harusnya jadwal berkemah kita itu dua hari dua hari Brahim, tapi kamu meminta pulang kemarin, jadi ada sisa satu hari kosong untuk saya beristirahat.” Ucap Abuya, aku tersenyum lebar sambil menatap mata nya, kemudian kupeluk erat Abuya, kami berdua tiduran diatas kasur, dengan aku berada diatas tubuh Abuya, kepalaku bersandar didada bidang Abuya, saling melamun, tidak banyak kata yang keluar, nafas kami beriringan, tangan Abuya mengusap usap kepalaku, dan tanganku mengusap usap dada bidangnya, kami tetap dalam posisi tersebut sekitar tiga puluh menit, hingga kemudian aku memutuskan untuk menyudahi acara cuddle kami, menyuruh Abuya untuk segera bangun dan mandi, lalu pamit untuk menyiapkan sarapan pagi untuknya.

Setelah semua sarapan sudah ku taruh dimeja, kini mulai terlihat Abuya datang dengan penampilan lebih fresh dan santai, tetap wangi, dia kemudian duduk dimeja makan, tak lama kemudian Emir juga datang lalu duduk bersampingan dengan Abuya, aku menaruh piring di depan Abuya dan Emir, mengambil roti roti hangat yang telah aku panggang, menambahkan peanut butter dengan selai anggur disetiap sisi masing masing, memotongnya menjadi dua bagian, lalu dan menaruhhya dipiring Abuya dan Emir, dua gelas kusiapkan di samping piring masing masing, satu gelas ku isi air putih, gelas satunya ku isi dengan jus jeruk.

“Kamu tidak membuat juga Brahim?.” Tanya Abuya.

“Saya masih belum lapar Abuya.” Jawabku.

“Mana mungkin belum lapar? Memangnya kau sudah makan apa?.” Tanya Emir, ia beranjak dari kurisnya lalu memaksaku untuk duduk dikursi, ia mengambil piring dan menaruhnya didepanku, Emir menaruh satu potong roti hangatnya ke piringku, Abuya juga, ia menaruh sepotong rotinya ke piringku, jadi sekarang dimasing masing piring Emir dan Abuya ada tiga potong roti, sedangkan di piringku ada dua potong roti.

“Minumnya kamu ambil sendiri saja, sekarang makan!.” Ucap Emir tegas, aku hanya bisa pasrah menurutinya.

“Baba.” Ucap Emir pelan.

“Kenapa?.” 

“Saya mau minta izin Baba.” 

“Izin untuk apa?.” 

“Saya ingin membawa Ibrahim untuk jalan jalan sore nanti, tidak sampai menginap, hanya ke mall saja, jika Baba izinkan.” Ucap Emir tiba tiba, aku tertegun, Emir sudah mulai makin terbuka, bahkan meminta izin kepada Abuya terang terangan.

“Sebelum bertanya kepada Baba, bertanyalah kepada Brahim, apakah dia mau?.” Jawab Abuya.

“Bagaimana Brahim? Kamu mau ikut dan temani saya ke mall nanti sore?.” Tanya Emir.

“Tidak masalah, ayo saja, sekalian saya ingin membeli sesuatu.” Jawabku sambil menaikan bahu, Emir menatap ke arah Abuya, menunggu persetujuan darinya.

PRIA ARAB MAJIKANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang